“Dokter genius apa?” tanya Edgar langsung ke intinya.“Emm ....” Berhubung ucapannya dipotong begitu saja, Susan pun terdiam sejenak sebelum melanjutkan, “Di ... dia itu murid terakhir Pak Juan.”“Pak Juan yang dikenal sebagai dokter terunggul di dalam negeri itu?” Setelah berpikir sejenak, Edgar pun teringat tentang seseorang seperti itu.“Benar! Sebelumnya, kamu juga pernah ingin mengundangnya untuk mengobati Bella, ‘kan? Tapi, dia sudah mengasingkan diri dan tidak terlihat lagi selama beberapa tahun terakhir. Bahkan ada yang curiga dia sudah meninggal atau sakit parah. Tapi, murid terakhirnya juga sangat hebat.”Susan melanjutkan, “Dia masih muda, tapi sangat berbakat dan bisa membuat Pak Juan membuat pengecualian untuk menerimanya sebagai murid. Selain itu, dia juga dijuluki sebagai murid Pak Juan yang paling hebat. Aku berhasil mendapatkan nomor ponselnya dengan susah payah ....”“Di mana orangnya?” Edgar memotong ucapan Susan lagi dan melihat ke belakang Susan. Kemudian, dia meli
Edgar menatap Bella sejenak, lalu menghela napas dan duduk kembali.“Bella, coba katakan dengan jujur. Apa hari ini ... kamu sembarangan makan?” tanya Edgar dengan suara yang sangat tenang. Sangat jelas bahwa dia sedang berusaha menekan emosinya.Bella menjawab dengan pelan, “Papa, aku memang ada makan, tapi nggak sembarangan makan kok. Kak Yuna memberiku makanan sehat yang bisa menguatkan fisikku, tapi nggak akan membuatku bertambah gemuk! Kak Yuna sudah bilang, dengan tinggi dan berat badanku ini, laju metabolisme basalku sangat tinggi. Asalkan asupan kaloriku nggak melampaui laju metabolisme basal, aku pasti bisa kurus dengan cara defisit kalori. Papa, aku rasa cara ini akan bermanfaat!”Setelah makan siang, Bella masih belum merasa lapar sampai sekarang. Dulu, dia harus hidup menderita karena kontrol diet yang ketat. Setiap hari, dia hanya diperbolehkan untuk mengonsumsi tomat, timun, dan brokoli. Begitu memikirkannya, Bella langsung merasa ingin muntah.Bella tidak berani mengatak
Bella mengangkat kepalanya, lalu berkata dengan tegas, “Tapi Papa … biarkan aku mencoba sekali ini saja! Untuk yang terakhir kalinya! Anggap … anggap saja aku bukan lagi diet. Kita juga nggak usah tetapkan target mesti turun berapa kilogram. Dengan kondisi sekarang, sepertinya nggak salah untuk mencoba. Papa biarkan aku mencoba sekali ini lagi, ya. Ketika aku bersama Kak Yuna, aku benar-benar merasa gembira. Aku yakin dia nggak bakal celakai aku!”Edgar merasa syok. Dia dapat merasakan tatapan penuh keyakinan di diri putrinya. Sudah lama dia tidak pernah melihat tatapan berkilauan seperti ini di diri putrinya. Hati Edgar mulai terasa luluh. “Tapi ….”“Papa, aku tahu kamu menghalangiku juga demi kebaikanku. Tapi aku benar-benar sudah muak dengan tomat, timun, dan sayur-sayuran itu. Papa saja yang nggak tahu aku pernah muntah berkali-kali. Aku sudah berusaha untuk menuruti ucapanmu!”Sambil berbicara, air mata Bella mulai menetes. “Aku juga ingin kurus, punya postur badan bagus, ingin pa
Setelah mendapat persetujuan dari sang ayah, keesokan paginya, Bella langsung keluar rumah dengan kegirangan. Dia tidak memberi tahu Yuna terlebih dahulu, dia berencana untuk memberitahunya secara langsung. Hari ini Bella juga berencana untuk makan di rumah Yuna. Dia bahkan sudah membayangkan makanan lezat apa yang akan dimakannya nanti.Baru saja Bella bersiap-siap untuk keluar rumah, Fahrel malah datang ke rumah dengan menenteng dua kantongan ke dalam rumah. Hatinya seketika berdegup kencang.Bella sungguh takut pamannya datang untuk menghasut ayahnya lagi dan pada akhirnya hati ayahnya malah goyah. Jika benar seperti itu ….“Bella, apa kamu mau keluar?” Melihat Bella, Fahrel duluan menyapa.“Emm, Om, kamu ….” Bella agak bingung ketika melihat Fahrel datang dengan menenteng kantongan besar dan kecil.Fahrel pun tersenyum. “Aku datang untuk mencari papamu. Apa papamu lagi di rumah?”Apa dugaan Bella! Om Fahrel datang untuk menghasut ayahnya. Kali ini, Bella spontan membalas, “Papa la
Memang benar! Dulu Bella sangat takut untuk mengangkat teleponnya. Dia bahkan jarang keluar rumah dan sering menyendiri.Tentu saja Edgar merasakannya. Dia merasa sangat sedih dan juga tidak berdaya. Sebagai seorang ayah, dia tidak tahu bagaimana menghadapi seorang putri yang sudah kehilangan kasih sayang dari seorang ibu.Dulu Edgar pernah mengikuti militer. Jadi, dia sudah terbiasa menggunakan standar ketat di dunia militer di diri Bella. Dia merasa dengan begitu Bella baru akan menuruti ucapannya.Sekarang anaknya memang penurut, tapi malah kelewat penurut. Ketika melihat tatapan Bella yang penuh rasa takut dan bahkan merinding ketika mendengar suaranya, Edgar pun merasa kesal dengan dirinya sendiri.Semua ini bukan yang diinginkan Edgar. Dia tidak tahu bagaimana mengubahnya. Namun … semuanya berubah sejak semalam sore, sejak Brandon datang untuk membahas urusan bisnis.Edgar sangat mengagumi lelaki ini. Dia merasa Brandon sangat cerdas dan sangat memiliki prinsip. Dalam lingkungan
Fahrel tahu temperamen abang iparnya memang seperti ini. Hanya saja, dia merasa malu saat ini. Pada akhirnya, dia tersenyum canggung, lalu menambahkan, “Kak Edgar, sekarang masih pagi, kenapa kamu malah buru-buru ke kantor? Apa aku tidak diperbolehkan untuk bicara beberapa patah kata sama Kak Edgar?”“Apa kamu ada urusan serius? Kalau kamu tidak ada, aku ada urusan serius!” Edgar sungguh kesal melihat omongan panjang lebar Fahrel. Dia pasti telah memendam banyak rencana buruk.Ketika menyadari Edgar tidak gembira, Fahrel pun segera menyimpan senyumannya dan berkata, “Ada, ada, ada! Tentu saja ada urusan serius! Kak, dengar-dengar Kakak memegang kendali dalam masalah lelang Saenar?” Setelah mendengar berita ini, Fahrel langsung mengunjungi Edgar, lantaran takut akan terlambat.Fahrel sadar abang iparnya yang satu ini tidak pernah memberi keuntungan untuk keluarganya sendiri. Jadi bodoh jika Fahrel tidak mengambil inisiatif untuk mengambil kendali sendiri.“Dengar-dengar? Dengar dari sia
“Kak Edgar, gimana kalau aku antar kamu?” ucap Fahrel dengan lekas, “Aku baru saja ganti mobil baru. Gimana kalau Kak Edgar coba duduk? Siapa tahu Kak Edgar menyukainya ….”Edgar memalingkan kepalanya melirik Fahrel sekilas. Keningnya spontan berkerut. Kemudian, Fahrel langsung menimpali, “Oh oke … aku mengerti! Mesti merendah! Mesti merendah!”Senyuman terlukis di atas wajah Fahrel. Namun, Edgar malah menggeleng.Sepertinya tak peduli berapa kali Edgar berpesan, Fahrel tidak akan bisa mengerti maksud ucapannya. Sudahlah! Tidak ada gunanya untuk banyak bicara!…Setelah Edgar pergi, Fahrel baru pulang ke rumah. Begitu masuk ke rumah, kebetulan istrinya hendak keluar rumah. Dia pun berdecak. “Kenapa malah keluar lagi?”“Aku ingin pergi mencari dokter genius!” balas Susan, “Apa maksudmu ‘lagi’?”Fahrel melambaikan tangannya, langsung mengalihkan topik pembicaraan. “Untuk apa kamu cari dokter genius? Bukankah kamu bilang sendiri Bella tidak mau konsultasi?”“Apa yang dimengerti bocah itu
“Coba kamu lihat, kalau bukan karena aku, apa kamu bisa mendapatkan proyek itu?” Susan merasa kontribusinya sangat besar dalam mendapatkan proyek Saenar, dia pun merasa sangat bangga.Setelah berjalan pergi beberapa langkah, Susan menghentikan langkahnya, lalu memalingkan kepalanya dan bertanya, “Oh ya? Apa kamu yakin kakak iparmu sudah menyetujui permintaanmu? Jangan-jangan kamu yang salah paham?”Fahrel terbengong sejenak ketika mendengar ucapan istrinya. Dia berpikir dengan saksama, lalu membalas, “Seharusnya … iya. Aku disuruh untuk menyusun proposal dengan baik. Dia juga menyuruhku untuk berusaha lebih giat ….”Tetiba Fahrel terdiam sejenak, lalu melambaikan tangannya dan berkata, “Haish, kamu tidak mengerti! Pebisnis seperti mereka suka berbicara kata yang abu-abu supaya tidak gampang untuk mendapatkan kesalahan mereka. Dia bisa berbicara seperti itu berarti dia sudah memberi kode yang sangat jelas! Kalau aku tidak mengerti, itu berarti aku yang bodoh!”Fahrel memang berbicara se
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta