“Kamu malah sudah bisa mengadu!” Brandon merasa marah dan juga lucu. “Jadi, kamu merasa sakit dipukul Papa?”Kali ini Kenzi mengangguk dengan kuat. Dia mencemberutkan bibirnya, seperti sudah hampir menangis saja. Pintar sekali aktingnya!Kedua pasang suami istri saling bertukar pandang. Dapat terlihat ketidakberdayaan dari tatapan mereka berdua.Yuna memangku Kenzi, lalu mengusap bokongnya dengan tenang. Dia melihat Brandon, lalu berkata dengan tersenyum, “Kalau begitu, Mama bantu balas dendam, ya?”Kenzi tidak tahu arti dari balas dendam. Namun setelah mendengar kata “Mama bantu”, dia langsung mengangguk dan tersenyum lebar. Dia memeluk erat leher Yuna, lalu menyandarkan kepalanya di bagian leher sang ibu sembari memiringkan kepalanya melihat ke sisi Brandon, seolah-olah sedang menantangnya saja.Melihat sikap putranya yang masih kecil itu, Brandon merasa agak kaget. Apa si Kenzi lagi rebutan Yuna dari dia?“Tapi kenapa Papa pukul kesayanganku? Apa Kenzi nggak patuh?” tanya Yuna denga
Brandon benar-benar tidak terbiasa. Anak sekecil ini malah minta maaf terhadapnya.Sebelumnya saat anak ini masih dibedung, Brandon dan Yuna telah mencapai kesepakatan. Kelak dalam masalah mendidik anak, meskipun mereka memiliki perbedaan pendapat, mereka juga tidak boleh berdebat di hadapan anak.Kenzi menggembungkan pipinya menunjukkan sisi imutnya. Kenzi memutar bola matanya menatap ibunya yang sedang menunjukkan wajah serius. Kemudian, dia melihat ayahnya yang bagai penonton itu. Dia terpaksa berkata dengan suara kecil, “Maaf.”“Kamu lagi minta maaf sama siapa?” Yuna memiringkan kepalanya seolah-olah tidak kedengaran. Dia sengaja bertanya kembali.“Papa!”Brandon terdiam.Bagus! Bukankah sekarang Kenzi bisa memanggilnya? Tadi, ternyata dia sedang sengaja.“Lain kali kamu tidak boleh pura-pura menangis dan mengadu!” Brandon menepuk bokong Kenzi dengan sangat pelan.Kali ini, Kenzi malah merasa geli dan langsung tersenyum. Air mata di ujung mata Kenzi masih belum kering. Sosok Kenzi
“Kamu tahu aku bukan bermaksud seperti itu.” Brandon mendekati Yuna. “Kelak Kenzi memang sudah ditakdirkan untuk mengelola perusahaan Grup Setiawan. Jadi, sudah seharusnya dia memulai pendidikan sejak dini. Kamu sendiri juga pernah mengatakan sebelumnya, tidak seharusnya terlalu memanjakan anak. Emm?” Brandon mengusap hidung Yuna, lalu menundukkan kepalanya.Dari sudut pandang ini, kebetulan Brandon bisa melihat bibirnya. Saat Yuna berbicara, bibirnya yang bergerak itu kelihatan sangat menggoda.“Memang nggak boleh dimanjakan, tapi bukan berarti boleh disiksa. Aku merasa sekarang terlalu dini untuk membahas masalah pendidikan, lagi pula ….” Yuna terdiam sejenak. Kedua tangan tiba-tiba diletakkan di atas pundak Brandon. Dia mendorong Brandon, membuat jarak di antara mereka. “Gimana kalau dia nggak hobi dalam dunia bisnis? Gimana kalau dia nggak mau mengambil alih bisnis Grup Setiawan?”Lelaki ini selalu mendekatinya. Ketika melihat wajah mulus tak berbekas si lelaki, Yuna hampir kehilan
“Tidak kenapa-napa.” Yuna menggeleng. Dia bersandar di dalam pelukan Brandon, lalu berkata, “Hari ini aku pergi melakukan percobaan lagi. Ternyata semuanya sama seperti yang aku pikirkan. Setelah memasukkan minyak esensial, aroma obat herbal akan menguap lebih lambat.”“Emm.” Brandon mengangguk. Sebenarnya dia tidak begitu mengerti dengan masalah itu. Berhubung Yuna bersedia mengatakannya, dia pun bersedia untuk mendengarkan.“Jadi?”“Jadi kalau aku melakukan beberapa kali percobaan lagi. Mungkin percobaan akan berhasil. Semuanya sesuai dengan apa yang diharapkan mereka.”Setelah Yuna melakukan percobaan tadi, dapat tercium bau obat herbal di tubuhnya. Untung saja Kenzi sudah terbiasa dengan aroma itu.“Kamu tetap merasa tujuan penelitian mereka tidaklah bagus?” Brandon melanjutkan, “Gimana kalau aku utus orang untuk melakukan pemeriksaan. Biar kita tahu apa yang ingin dilakukan mereka.”Yuna menggeleng, lalu berkata, “Bukannya aku nggak perbolehin kamu untuk memeriksa, tapi kamu nggak
Satunya obat untuk tidur, satunya lagi obat perangsang. Seharusnya efek obat ketiga itu berada di tengah-tengah?Tentu saja, semua ini hanyalah tebakan Brandon saja. Yuna juga langsung menggeleng. “Bukan! Kamu pasti nggak kepikiran. Obat ketiga itu racun!”“Ra … cun ….” Kedua mata Brandon terbelalak. Dia juga kehilangan ketertarikannya untuk bercanda lagi. Dia memiringkan kepalanya untuk melihat Yuna. “Bukannya kamu bilang penelitian ini dilakukan demi mengobati penyakit, demi meringankan penderitaan orang-orang? Kemudian, kalian ingin mengembangkan ilmu pengobatan tradisional?”“Memang iya, tapi kata mereka, racun juga termasuk dalam jenis obat herbal.”“Sembarangan!” Brandon merasa agak marah. Bukankah mereka lagi asal bicara?Yuna tersenyum ringan. “Mereka juga bukan lagi asal bicara. Di dalam obat herbal memang ada beberapa jenis obat yang mengandung racun. Katanya racun bisa melawan racun, jadi ucapan mereka nggak salah. Racun di pengobatan tradisional memang bisa mengobati penyak
Brandon tidak ingin Yuna terlalu banyak pikiran. Bagaimanapun, dia sedang berbadan dua, kondisi tubuhnya lebih lemah. Apalagi Yuna sangatlah pintar, terkadang Brandon tidak perlu mengatakan terlalu banyak, Yuna pun bisa memahaminya.Setelah menghela napas panjang, Brandon pun berkata, “Mengenai masalah Shane, aku akan mencari tahu apa yang terjadi, kamu tidak usah berpikir kebanyakan. Jika proyek ini terasa aneh, lebih baik dihentikan saja. Aku akan menarik danaku dan keluar dari proyek ini. Aku ingin lihat bagaimana mereka bisa melanjutkannya!”“Tapi ….”“Tidak ada tapi-tapian!” Kedua tangan diletakkan di atas pundak Yuna. Ini pertama kalinya Brandon menghalangi Yuna melakukan sesuatu dengan tegas.Dulu tak peduli apa pun yang ingin dilakukan Yuna, Brandon pasti akan mendukungnya. Namun kali ini, Brandon tidak bisa mendukungnya lagi.“Sekarang masih tidak jelas apa yang ingin mereka lakukan. Tapi jelas sekali proyek ini sangat berbahaya. Mungkin kamu tidak akan bisa menebak motif mere
Begitu masuk ke dalam rumah, tercium aroma segar rerumputan. Terdapat banyak jenis tanaman di sepanjang pintu masuk hingga depan vila. Saking banyaknya, mobil pun sulit untuk masuk ke dalam. Jadi, pelayan mesti berjalan panjang ketika hendak pergi belanja. Mobil biasanya diparkirkan di dekat pintu gerbang.Tentu saja, biasanya jarang ada yang berkunjung ke vila ini.Awalnya, ada banyak orang yang datang untuk meminta bantuan Juan. Namun Juan tidak bersedia menemui satu pun dari mereka. Setelah banyak orang ditolak, perlahan-lahan semua orang juga sadar. Dengar-dengar kepribadian lelaki tua ini agak aneh. Selain murid dan beberapa sanak saudara, tidak ada yang bisa menemuinya dengan gampang.Lama kelamaan, tidak lagi ada yang mengunjunginya. Si lelaki tua sangatlah gembira dengan keheningan di dalam vila. Namun hari ini, ada dua mobil berhenti di luar gerbang. Jujur saja, gambaran ini sungguh langka.Chermiko menghentikan mobilnya dengan perlahan. Dia menatap mobil sedan merah di depan
Cuaca hari ini sangatlah cerah. Di belakang vila, tercium aroma wangi bunga, terdengar juga kicauan burung. Si lelaki tua bersandar di sebuah kursi goyangnya dengan santai. Tangannya memegang sebuah teko keramik kecil. Terkadang dia langsung meminum teh dari mulut teko tersebut. Dia kelihatan sangat santai.Si lelaki mengenakan singlet putih dengan sandal karet. Hanya saja, cuma satu kakinya saja yang mengenakan sandal, kaki satunya lagi sedang menggantung di atas paha. Siapa sangka lelaki yang kelihatan sangat biasa ini adalah Juan yang susah untuk ditemui?Juan terlihat sangat menikmati harinya. Sesekali dia mengangkat kepalanya mengintip sebelah kanannya. Dia memang tidak memedulikan orang tersebut, tetapi dia tetap bersikap waspada.Sebelah kanannya adalah kebun obatnya. Di dalamnya ditanam “barang kesayangannya”. Biasanya selain dirinya sendiri, ada tukang kebun yang akan memupuk tanamannya. Selain mereka, tidak ada yang boleh menginjakkan kakinya ke dalam.Saat ini, seorang wani
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta