“Kalau begitu, sekarang aku biarkan kamu pergi bersama dia. Aku akan beri kebebasan kepada kalian. Apa kamu bersedia?” tanya Monica dengan langsung.Kedua mata Hanny spontan terbelalak. Jelas sekali, Hanny tidak memercayainya.“Rencana apa lagi yang sedang kamu susun? Kamu bisa langsung terus terang, nggak usah bertele-tele!”Yuna juga tidak mengerti apa yang sedang dipikirkan Monica. Hanya saja, Yuna tahu dia pasti memiliki maksud tersembunyi. Yuna pun hanya duduk dan menyaksikan saja.“Serius, aku beri kalian satu kesempatan. Bukankah kamu sangat menyukainya? Jangan-jangan kamu nggak mau pergi bersamanya, lalu hidup bersama untuk selamanya?”Jujur saja, tawaran Monica sungguh menggoda hati Hanny. Meskipun semua itu hanyalah sebuah jebakan, Hanny juga bersedia masuk ke dalam jebakan itu.Saat ini hati Hanny sudah tergerak. Dia memalingkan kepalanya untuk menatap Steve, lalu kembali menatap kakaknya. “Katakan saja, apa persyaratannya?”Bagaimanapun juga mereka berasal dari rahim yang s
“Hanny, jangan bertindak gegabah!” Steve membujuknya.Hanny menggeleng, lalu menggenggam tangan Steve sembari berkata, “Meski aku nggak punya tangan, aku masih punya kaki, mata, mulut …. Kita masih bisa cari cara untuk bertahan hidup. Aku sudah pernah bilang sebelumnya, asalkan aku bisa bersamamu, aku pun nggak peduli dengan segalanya.”“Tapi ….”“Tak disangka, ternyata kamu begitu setia!” dengus Monica dengan dingin. “Kamu harus pikir dengan saksama. Kamu akan kehilangan kedua tanganmu dan juga diusir dari Keluarga Yukardi. Lelaki yang kamu sukai juga sudah kehilangan segalanya. Bagaimana kalian bisa melewati kehidupan kalian di kemudian hari?”“Kamu itu nggak punya hati dan juga nggak ngerti cinta. Mana mungkin kamu akan mengerti!” Hanny merasa tidak puas.Monica memberi isyarat mata kepada Adam. Kemudian terdengar suara keras. Sebilah pisau tajam jatuh ke atas lantai.“Coba kamu pikirkan lagi. Setelah pisau ini memotong tanganmu, nggak ada gunanya kamu menyesali perbuatanmu.”Yuna m
“Karena aku paham sama kamu. Setelah kamu mematahkan kakinya, kamu masih akan meminta yang lain. Sebenarnya kamu nggak ingin beri kebebasan kepada kami dan nggak berencana untuk melepaskanku. Aku nggak pergi lagi. Kamu bunuh aku saja!” ucap Hanny dengan panjang lebar.Monica tidak berbicara. Kedua matanya hanya menatap ke sisi Steve. Saat ini, dia malah hanya menunduk dan tidak berbicara sama sekali. Dia bahkan tidak bermaksud untuk mengutarakan pendapatnya.“Bukankah kalian berdua saling mencintai? Bukankah kalian rela mengorbankan segalanya demi satu sama lain? Kenapa? Sekarang aku beri kalian kesempatan, tapi kamu malah nggak rela untuk mengorbankan satu kakimu?” Setiap ucapan Monica ditujukan kepada Steve.“Om,” panggil Yuna, “Dia rela berkorban banyak demi kamu, kenapa … kamu nggak mengatakan apa-apa?”“Apa lagi yang perlu aku katakan?” Steve menatap Yuna, lalu berkata dengan sedikit marah, “Memangnya apa lagi yang bisa aku katakan? Apa aku harus bilang aku bersedia untuk kehilang
“Hanny!” Monica langsung membangkitkan dirinya. Dia hendak menghalangi aksi adiknya. Yuna juga terkejut hendak melangkah maju. Namun, semuanya sudah terlambat.Siapa pun tidak menyangka Hanny akan tiba-tiba melakukan hal seperti ini. Saat ini, Adam mengadang di hadapan Monica. Dia sungguh khawatir majikannya akan terluka. Pisau ditancapkan ke dalam perut. Hanny terlihat sangat kesakitan, tetapi dia malah tersenyum, lalu jatuh ke samping dengan perlahan.“Hanny!” Monica berlari ke hadapan Hanny, lalu memeluknya. Hanya saja, tubuh lemah Monica tidak sanggup menahan Hanny. Mereka berdua pun jatuh ke lantai. Untung saja, ada Adam yang memapahnya.“Hanny! Apa kamu gila! Apa pantas kamu meninggal demi lelaki seperti itu? Apa pantas?” jerit Monica dengan terkejut dan marah. Hatinya juga terasa sakit.Sementara itu, Hanny yang berbaring di dalam pelukan Monica malah tersenyum dengan sangat gembira. Salah satu tangannya menekan pisau ke dalam perut, sedangkan tangan yang satu lagi diangkat. Ta
Steve terbengong sejenak. Namun, Yuna tidak menunggu jawabannya dan langsung membalikkan tubuhnya untuk berjalan pergi.Adam mengendarai mobil. Monica duduk di baris belakang sembari memeluk Hanny yang semakin melemah itu. Masih terasa sedikit embusan hangat dari hidung Hanny. Hanya saja, sepertinya napas itu bisa menghilang kapan saja.“Hei, kamu nggak boleh mati! Aku nggak izinin kamu buat mati! Kamu nggak boleh mati, sudah dengar belum?” ucap Monica dengan kasar, “Kalau kamu berani mati, aku pasti akan beri pelajaran kepadamu. Sudah dengar belum? Kamu nggak boleh mati!”Namun, kali ini Hanny tidak melakukan respons apa-apa lagi. Dia tidak menuruti maupun membantah sama sekali.Adam mengendarai mobil dengan serius. Dia melihat sekilas dari kaca spion tengah dan dia semakin terkejut saja.Majikannya yang biasanya bahkan tidak pernah menangis ketika mengalami luka serius itu malah sedang meneteskan air mata. Tetesan air mata itu menetes jatuh ke wajah Hanny.Saat Yuna keluar dari Kedia
Saat Monica menyadarkan diri, langit di luar sana sudah menggelap. Dia mengamati sekeliling, lalu menyadari dirinya sedang berada di kamar pasien dengan tangan dipasang jarum infus. Dia memalingkan kepalanya, lalu tampak Yuna sedang duduk di samping sembari mengupas jeruk.Aroma wangi jeruk memenuhi satu kamar. Dia mengangkat kepalanya, lalu tersenyum. “Sudah bangun?”“Kenapa kamu … bisa ada di sini?” tanya Monica dengan suara serak.“Mesti ada yang menjagamu di sini. Lagi pula aku juga nggak ada kerjaan, jadi aku temani kamu sebentar.” Yuna terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “Emm … turut berduka cita, ya.”Kali ini Monica terbengong. Dia baru menyadari apa yang terjadi pada Hanny sebelumnya. Dia pun tersenyum getir. “Turut berduka cita? Heh! Sejak kecil, aku sadar dia pasti akan meninggal. Kalau aku hidup, dia nggak boleh hidup di dunia ini. Kalau dia hidup, itu berarti aku mesti mati. Sekarang apa yang ditakuti dari kutukan itu sudah terjadi. Kelak … aku juga nggak usah takut lagi.”
Kediaman Setiawan, kediaman yang sudah didirikan selama berabad-abad ini kelihatannya agak berbeda dari sebelumnya. Seolah-olah telah terjadi banyak perubahan dalam beberapa waktu ini.Di dalam kamar Amara, Steve sedang berlutut di depan ranjang. Sosok Amara kelihatan kurus dan ubannya juga kelihatan semakin banyak saja.Ketika melihat Steve, suasana hati Amara terasa sangat kalut. Dia memejamkan matanya dan tidak berbicara. Hanya saja, air matanya tak berhenti menetes.“Ma, maafkan aku! Aku harap aku masih bisa memanggilmu Mama lagi. Aku … aku sudah menyadari kesalahanku,” ucap Steve dengan nada rendah.“Aku sudah berpikir sebelumnya. Masalah ini bukan sepenuhnya salahmu. Aku … aku tidak mendidikmu dengan baik, makanya kamu baru bisa menjadi seperti sekarang ini.” Amara memejamkan matanya dan berbicara dengan nada sengau, “Kalau kamu ingin memintaku untuk memasukkan kamu kembali dalam daftar Keluarga Setiawan, aku sarankan kamu tidak usah mengatakannya lagi. Mulai saat ini, aku tidak
Stella tersenyum sembari menggendong Kenzi. “Waktu itu sepertinya kamu juga berkata seperti ini. Bukankah kamu nggak tega? Menurutku, Kenzi-ku ini sangat penurut. Oh ya, bukankah Tuan Brandon mengatakan dia akan mengajari anaknya sendiri? Di mana dia?”“Jangan ungkit lagi! Waktu itu, pernah sekali Brandon membawanya ke perusahaan. Dia hampir memasukkan tangannya ke dalam mesin penghancur kertas. Brandon sungguh syok waktu itu. Setelah kejadian itu, dia nggak pernah bawa Kenzi ke perusahaan lagi. Katanya, semuanya dibicarakan lagi setelah dia gede.” Yuna menggeleng.Setelah membereskan studio, Stella melihat ke luar sekilas, orang yang menjemputnya sudah datang. “Aku pergi dulu. Hari ini Tuan Brandon agak aneh. Biasanya dia akan selalu datang awal untuk menjemputmu. Kenapa dia masih belum datang?”Yuna tersenyum. “Hari ini dia ada urusan. Dia jemputnya agak telat. Kamu pulang saja dulu.”“Apa kamu bisa sendiri?” Melihat si Kenzi yang susah diatur itu, Stella pun bertanya dengan tidak te
Yang paling penting sekarang, jika Rainie tidak bisa bekerja sama dengan Fred, dia sudah tidak punya tempat lagi untuk pergi.“Sejujurnya, selama ini aku selalu meneliti tentang cara mengendalikan pikiran orang lain!” jawab Rainie dengan tegas, setelah melalui pemikiran yang matang.Dengan satu jari menyusuri tulang hidungnya, Fred mengulangi ucapan Rainie. “Pikiran?”Kurang lebih Fred mengerti ke mana arah penelitian yang Rainie maksud.“Kamu pasti pernah main boneka yang dikendalikan pakai tali, ‘kan? Kurang lebih seperti it.”“Jadi kamu bisa mengendalikan perilaku orang lain seperti boneka? Terus apa menariknya?!”Fred memiliki ambisi untuk mengendalikan Yuraria, bahkan seluruh dunia. Akan tetapi yang dia inginkan adalah mengendalikan orang lain yang masih hidup, agar mereka tunduk di bawahnya, bukannya boneka yang tidak memiliki pemikirannya sendiri. Apa serunya mengendalikan orang yang mudah untuk dikendalikan.“Oh, jelas ini menarik banget!” kata Rainie. “Aku tahu kamu mau orang
Fred tidak berkomentar ataupun membalasnya. Dia hanya menatap wajah dan mata Rainie dengan serius. Meski tidak berkata apa-apa, dalam hatinya dia tahu setiap tutur kata yang wanita yang ada di depan matanya ini ucapkan sangat akurat. Setelah situasi tenggelam dalam kesunyian singkat, Fred berdeham dan bertanya.“Nama kamu ….”“Rainie.”“Orang itu sudah mati dari beberapa hari yang lalu. Berarti kamu juga sudah lama memegang barang itu, tapi kenapa kamu baru datang sekarang?”“Awalnya aku juga nggak tahu apa ini. Aku terus mencari mencari kalian tapi nggak berhasil. Setelah itu aku ditangkap sama Brandon dan kawan-kawannya.”“Brandon?! Brandon dan temannya?”“Iya! Aku berhasil kabur dengan susah payah dan langsung teringat sama kamu. Aku tahu kamu cuma yang bisa kasih semua yang aku mau. Dan cuma aku yang bisa membantu kamu!” kata Rainie dengan rasa percaya diri yang membumbung tinggi.“Gimana kamu bisa kabur dari mereka?”Perhatian Fred tertuju kepada hal itu. Dia sudah merasakan langs
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat