“Karena aku paham sama kamu. Setelah kamu mematahkan kakinya, kamu masih akan meminta yang lain. Sebenarnya kamu nggak ingin beri kebebasan kepada kami dan nggak berencana untuk melepaskanku. Aku nggak pergi lagi. Kamu bunuh aku saja!” ucap Hanny dengan panjang lebar.Monica tidak berbicara. Kedua matanya hanya menatap ke sisi Steve. Saat ini, dia malah hanya menunduk dan tidak berbicara sama sekali. Dia bahkan tidak bermaksud untuk mengutarakan pendapatnya.“Bukankah kalian berdua saling mencintai? Bukankah kalian rela mengorbankan segalanya demi satu sama lain? Kenapa? Sekarang aku beri kalian kesempatan, tapi kamu malah nggak rela untuk mengorbankan satu kakimu?” Setiap ucapan Monica ditujukan kepada Steve.“Om,” panggil Yuna, “Dia rela berkorban banyak demi kamu, kenapa … kamu nggak mengatakan apa-apa?”“Apa lagi yang perlu aku katakan?” Steve menatap Yuna, lalu berkata dengan sedikit marah, “Memangnya apa lagi yang bisa aku katakan? Apa aku harus bilang aku bersedia untuk kehilang
“Hanny!” Monica langsung membangkitkan dirinya. Dia hendak menghalangi aksi adiknya. Yuna juga terkejut hendak melangkah maju. Namun, semuanya sudah terlambat.Siapa pun tidak menyangka Hanny akan tiba-tiba melakukan hal seperti ini. Saat ini, Adam mengadang di hadapan Monica. Dia sungguh khawatir majikannya akan terluka. Pisau ditancapkan ke dalam perut. Hanny terlihat sangat kesakitan, tetapi dia malah tersenyum, lalu jatuh ke samping dengan perlahan.“Hanny!” Monica berlari ke hadapan Hanny, lalu memeluknya. Hanya saja, tubuh lemah Monica tidak sanggup menahan Hanny. Mereka berdua pun jatuh ke lantai. Untung saja, ada Adam yang memapahnya.“Hanny! Apa kamu gila! Apa pantas kamu meninggal demi lelaki seperti itu? Apa pantas?” jerit Monica dengan terkejut dan marah. Hatinya juga terasa sakit.Sementara itu, Hanny yang berbaring di dalam pelukan Monica malah tersenyum dengan sangat gembira. Salah satu tangannya menekan pisau ke dalam perut, sedangkan tangan yang satu lagi diangkat. Ta
Steve terbengong sejenak. Namun, Yuna tidak menunggu jawabannya dan langsung membalikkan tubuhnya untuk berjalan pergi.Adam mengendarai mobil. Monica duduk di baris belakang sembari memeluk Hanny yang semakin melemah itu. Masih terasa sedikit embusan hangat dari hidung Hanny. Hanya saja, sepertinya napas itu bisa menghilang kapan saja.“Hei, kamu nggak boleh mati! Aku nggak izinin kamu buat mati! Kamu nggak boleh mati, sudah dengar belum?” ucap Monica dengan kasar, “Kalau kamu berani mati, aku pasti akan beri pelajaran kepadamu. Sudah dengar belum? Kamu nggak boleh mati!”Namun, kali ini Hanny tidak melakukan respons apa-apa lagi. Dia tidak menuruti maupun membantah sama sekali.Adam mengendarai mobil dengan serius. Dia melihat sekilas dari kaca spion tengah dan dia semakin terkejut saja.Majikannya yang biasanya bahkan tidak pernah menangis ketika mengalami luka serius itu malah sedang meneteskan air mata. Tetesan air mata itu menetes jatuh ke wajah Hanny.Saat Yuna keluar dari Kedia
Saat Monica menyadarkan diri, langit di luar sana sudah menggelap. Dia mengamati sekeliling, lalu menyadari dirinya sedang berada di kamar pasien dengan tangan dipasang jarum infus. Dia memalingkan kepalanya, lalu tampak Yuna sedang duduk di samping sembari mengupas jeruk.Aroma wangi jeruk memenuhi satu kamar. Dia mengangkat kepalanya, lalu tersenyum. “Sudah bangun?”“Kenapa kamu … bisa ada di sini?” tanya Monica dengan suara serak.“Mesti ada yang menjagamu di sini. Lagi pula aku juga nggak ada kerjaan, jadi aku temani kamu sebentar.” Yuna terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “Emm … turut berduka cita, ya.”Kali ini Monica terbengong. Dia baru menyadari apa yang terjadi pada Hanny sebelumnya. Dia pun tersenyum getir. “Turut berduka cita? Heh! Sejak kecil, aku sadar dia pasti akan meninggal. Kalau aku hidup, dia nggak boleh hidup di dunia ini. Kalau dia hidup, itu berarti aku mesti mati. Sekarang apa yang ditakuti dari kutukan itu sudah terjadi. Kelak … aku juga nggak usah takut lagi.”
Kediaman Setiawan, kediaman yang sudah didirikan selama berabad-abad ini kelihatannya agak berbeda dari sebelumnya. Seolah-olah telah terjadi banyak perubahan dalam beberapa waktu ini.Di dalam kamar Amara, Steve sedang berlutut di depan ranjang. Sosok Amara kelihatan kurus dan ubannya juga kelihatan semakin banyak saja.Ketika melihat Steve, suasana hati Amara terasa sangat kalut. Dia memejamkan matanya dan tidak berbicara. Hanya saja, air matanya tak berhenti menetes.“Ma, maafkan aku! Aku harap aku masih bisa memanggilmu Mama lagi. Aku … aku sudah menyadari kesalahanku,” ucap Steve dengan nada rendah.“Aku sudah berpikir sebelumnya. Masalah ini bukan sepenuhnya salahmu. Aku … aku tidak mendidikmu dengan baik, makanya kamu baru bisa menjadi seperti sekarang ini.” Amara memejamkan matanya dan berbicara dengan nada sengau, “Kalau kamu ingin memintaku untuk memasukkan kamu kembali dalam daftar Keluarga Setiawan, aku sarankan kamu tidak usah mengatakannya lagi. Mulai saat ini, aku tidak
Stella tersenyum sembari menggendong Kenzi. “Waktu itu sepertinya kamu juga berkata seperti ini. Bukankah kamu nggak tega? Menurutku, Kenzi-ku ini sangat penurut. Oh ya, bukankah Tuan Brandon mengatakan dia akan mengajari anaknya sendiri? Di mana dia?”“Jangan ungkit lagi! Waktu itu, pernah sekali Brandon membawanya ke perusahaan. Dia hampir memasukkan tangannya ke dalam mesin penghancur kertas. Brandon sungguh syok waktu itu. Setelah kejadian itu, dia nggak pernah bawa Kenzi ke perusahaan lagi. Katanya, semuanya dibicarakan lagi setelah dia gede.” Yuna menggeleng.Setelah membereskan studio, Stella melihat ke luar sekilas, orang yang menjemputnya sudah datang. “Aku pergi dulu. Hari ini Tuan Brandon agak aneh. Biasanya dia akan selalu datang awal untuk menjemputmu. Kenapa dia masih belum datang?”Yuna tersenyum. “Hari ini dia ada urusan. Dia jemputnya agak telat. Kamu pulang saja dulu.”“Apa kamu bisa sendiri?” Melihat si Kenzi yang susah diatur itu, Stella pun bertanya dengan tidak te
Setelah pulang ke rumah, tampak ada sebuah mobil berhenti di dalam pekarangan. Dapat diketahui bahwa ada yang bertamu.“Tuan Shane datangnya tepat waktu sekali,” ucap Yuna sambil melihat mobil.Brandon menggendong Kenzi menuruni mobil, lalu mengulurkan tangan yang satu lagi untuk memapah Yuna. “Namanya ada perlu.”“Kamu nggak boleh bicara seperti ini. Bisnis itu hubungan timbal balik,” balas Yuna dengan suara ringan.Selama setengah tahun ini, Shane memang sering berhubungan dengan mereka. Dia juga sudah mengalihkan beberapa bisnisnya ke dalam negeri.Pusat bisnis Shane memang masih di luar negeri. Hanya saja, sekarang dia lebih sering menetap di dalam negeri. Awalnya Brandon sempat merasa curiga mengira Shane akan mengalihkan bisnisnya ke dalam negeri. Hanya saja, setelah menyadari tidak ada gerak-gerik sama sekali dan hanya melakukan pesanan besar terhadap studio Yuna, Brandon pun baru merasa lega.Ditambah lagi, setelah kelahiran Kenzi, Kenzi pun suka bermain dengan Arles. Jadi, hub
Brandon yang berwajah datar langsung memaki, “Tidak akan ada kesempatan itu!”Shane dan Yuna pun terdiam.Yuna mengusap perut kecilnya. Seandainya anak di dalam perutnya ini adalah perempuan, sepertinya Brandon akan sangat memanjakannya.Saat Yuna mengandung anak pertama dulu, Brandon pun sangat menginginkan anak perempuan. Ketika dokter memberi tahu anak yang dikandung Yuna adalah anak lelaki, kedua matanya pun terbelalak.Untung saja Kenzi sangat imut dan lincah, perlahan-lahan Brandon pun menunjukkan sikapnya sebagai seorang ayah. Sekarang ketika mendengar kabar kehamilannya, apalagi janinnya adalah anak kembar, Brandon merasa sangat gembira. Dia merasa Tuhan pasti menganugerahkan anak perempuan untuknya.Sekarang, anak di dalam kandungan masih belum lahir di dunia ini. Shane malah ingin menjadikan putrinya sebagai menantu, mana mungkin Brandon tidak marah?“Sudahlah, kalian berdua jangan berdebat hal membosankan seperti ini.” Yuna berdiri untuk melerai. Dia pun mengalihkan topik pe
Dengan penuh rasa percaya diri Fred menjawab, “Tentu saja! Yang Mulia jangan khawatir. Eksperimen kali ini ….”Sayangnya belum selesai Fred berbicara, tba-tiba sang Ratu tertawa dengan begitu aneh. “Baguslah! Kalau memang kamu seyakin itu, aku nggak perlu khawatir lagi!”“Tentu saja, Yang Mulia. Jangan takut!”Betapa kagetnya Fred ternyata semuanya berjalan dengan lancar. Mulanya dia berpikir Ratu pasti akan mati-matian menolak, tetapi ternyata dia malah setuju. Benar saja, sang Ratu masih sangat percaya kepadanya. Namun … sesaat kemudian Fred melihat ada sekumpulan orang yang masuk ke dalam.“Siapa yang kasih kalian masuk? Keluar sana!” serunya.Namun mereka hanya diam saja di tempat dan berdiri mengelilingi Fred.“Kalian nggak dengar perintahku? Anak buah siapa kalian! Kalian sudah nggak mau hidup lagi? Cepat keluar dari sini!”“Justru mereka masih ingin hidup, makanya mereka ada di sini,” kata sang Ratu.“Hah? Oh jadi mereka ini anak buah Yang Mulia?!”Sang Ratu tidak menjawab, teta
“Eh?”Rainie yang dari tadi hanya diam saja di pinggir mendengar dan melihat mereka berbicara tak menyangka mendadak akan ditunjuk.“Aku ….”“Kamu nggak dengar tadi ratuku tanya berapa persen keberhasilan eksperimen ini?”“... secara teori ….”Rainie pun sejujurnya tidak tahu pasti. Dia hanya bisa memberikan jawaban yang samar karena bagaimanapun dia juga tidak begitu paham dengan keseluruhan eksperimen ini, apalagi ketika berbicara tentang berapa persen keberhasilannya. Namun karena dia ditanya, ya dia tinggal mengarang saja apa adanya. Hanya saja ketika Rainie baru mau menjawab, dia disela oleh Yuna.“Secara teori, keberhasilan eksperimen ini cuma 23%.”“Eh?”Rainie sontak kebingungan dengan yang Yuna maksud dengan itu, dan dari mana angkat 23% itu datang. Atau jangan-jangan Yuna juga hanya mengarang sama sepertinya. Akan tetapi Yuna tidak menghiraukan Rainie dan melanjutkan ucapannya. “Tapi 23% ini bukan angka pasti karena masih ada faktor siapa yang melakukan operasinya, seberapa k
Sang Ratu tidak mengatakan apa-apa lagi dan melayangkan tatapan matanya ke arah Yuna. Fred dengan segara menangkap maksudnya, dan meminta anak buahnya untuk melepaskan kain yang menutup matanya.Sebenarnya Yuna dapat mendengar apa yang mereka perbincangkan, tetapi dia hanya tidak menghiraukannya. Ketika kainnya baru saja dibuka, Yuna masih tak terbiasa dengan cahaya di luar dan refleks menyipitkan matanya, lalu baru dia membuka matanya perlahan agar terbiasa.“Oke, semuanya sudah siap. Kita bisa mulai sekarang!” kata Fred dengan gembira, tetapi seketika itu dia teringat sesuatu dan menatap Yuna, “Oh ya, karena kita ada di posisi yang sama, sama-sama berkontribusi untuk Ratu, kalau kamu punya permintaan terakhir, bilang saja. Aku akan mewujudkannya.”“Kalau begitu boleh biarin aku pergi?”“Ooh, kamu sudah tahu itu nggak mungkin! Tolong jangan minta sesuatu yang nggak mungkin aku kabulkan. Lebih baik baik realistis sedikit, misalnya … minta aku jagain anak kamu atau semacamnya?”Walaupun
“Aku nggak butuh janji manis darimu. Aku mau kamu percaya diri operasinya bakal berjalan lancar!” ujar Fred menekankan seraya menatapnya.Rainie menarik napas panjang, dan dengan nada yang tegas dia berkata, “Siap, Pak Fred. Aku jamin semuanya berjalan dengan lancar!”Kepercayaan diri yang terpancar di mata Rainie membuat Fred cukup puas dengannya. Dia mengangguk dan berkata,” Bagus, itu dia yang aku mau. Kamu harus yakin, baru operasinya bisa berhasil!”Kemudian, Fred berbicara ke arah mic yang terpasang di kerahnya, “Semuanya sudah siap?”Menerima tanggapan dari mic itu, Fred pun mengangkat kepalanya menatap Rainie beserta ketiga dokter itu, “Kalian juga tolong bersiap sekarang. Pakai baju operasinya.”Rainie bersama tiga orang lainnya pergi ke ruang ganti yang sudah disediakan, kemudian terus ke bagian dalam di mana terdapat sebuah ruang operasi dengan berbagai peralatan lengkap. Bisa membangun tempat seperti ini di negara lain tanpa ketahuan tentu adalah hal yang luar biasa. Harus
Rainie tentu saja ingin mengatakan tidak ada masalahnya dan semuanya akan baik-baik saja, tetapi dia tak kuasa untuk mengucapkannya keluar. Jari-jari tangannya gemetar membayangkan itu. Operasi pemindahan otak … operasi yang begitu sulit dan rumitnya Fred mau Rainie melakukannya sekarang? Sendirian?!Tampaknya Fred juga menyadari kekhawatiran Rainie itu, dan dia pun berkata, “Tenang saja, tentu kamu nggak sendirian. Aku sudah menyiapkan satu orang asisten profesional yang bakal membantu kamu nanti.”….Terima kasih banyak! Itulah yang ada di pikiran Rainie, mengapa tidak dia saja yang mengerjakannya dan gantian Rainie yang bertugas sebagai asisten? Kalau dia profesional, untuk apa dia hanya bertugas sebagai asisten? Bukankah itu sama saja dengan meremehkannya?Rainie selalu berpikir dirinya yang terbaik dan serba bisa, tetapi itu hanya sebatas melakukan eksperimen dan meneliti obat-obatan. Melakukan operasi, apalagi operasi yang tingkat kesulitannya sangat tinggi seperti memindahkan ot
Kini Rainie mengerti. Tak heran tadi mereka dibagi menjadi beberapa kelompok dan pergi bersama tim mereka masing-masing. Dengan kata lain, mereka sudah memiliki tugas tersendiri. Dengan begitu, andaikan suatu hari mereka tertangkap dan diinterogasi, mereka tidak tahu apa-apa“Terima kasih banyak atas kepercayaannya, Pak Fred,” ucap Rainie. Memberikan buku instruksi yang lengkap menunjukkan Fred percaya padanya, Rainie merasa sangat bahagia, bukan karena mendapat kepercayaan Fred, tetapi karena perasaan dianggap sebagai orang penting inilah yang dia inginkan selama ini.“Jangan salah paham, bukan berarti aku percaya sama kamu. Aku begini karena langkah yang paling penting aku mau kamu yang kerjakan!”“Apa itu?”Sembari mereka berbicara, Fred membawa Rainie pergi ke bagian terdalam dari lab tersebut. Di sana terdapat sebuah pintu besi yang sudah lama terkunci dan berkarat. Namun ketika Fred mendekatinya, pintu itu seperti memiliki sensor dan perlahan terbuka. Tidak ada bunyi gesekkan bes
Selagi Rainie menggigit rotinya, dia mendengar suara ribut yang asalnya dari luar. Suara itu seperti roda yang bergulir, tetapi suaranya lebih besar lagi, bahkan sampai mencuri perhatian semua pekerja yang sedang makan di dalam. Beberapa di antara mereka yang lebih gesit sudah langsung berlari ke luar untuk melihat. Rainie sedikit lebih lambat sehingga dia agak terhalang oleh yang ada di depannya, tetapi dia dapat melihat ada benda seperti kotak yang berukuran sangat besar dibawa masuk.“Ada apa? Ada apa?” tanya mereka yang di belakang.“Kayaknya mereka membawa kotak besar, tapi aku nggak tahu apa isinya,” jawab yang di depan.“Apa lagi kalau bukan barang percobaannya!” jawab yang lain.Rainie bergidik ketika mendengar orang itu. Barang percobaan, lantas apakah berarti yang ada di dalam kotak besar itu Yuna? Dia ingin melihatnya lebih dekat, tetapi kotak itu sudah dibawa pergi. Tak lama petugas datang dan memberikan instruksi kepada mereka.“Semuanya bagi kelompok sesuai daftar nama in
Kesunyian sebelum badai tiba ini membuat siapa pun yang berada di tengah keadaan itu terasa sesak. Begitu malam tiba, orang yang seharusnya datang mengantar makanan kali ini tidak datang. Semarah apa pun, biasanya Fred akan tetap meminta bawahannya untuk mengantar makanan karena dia ingin tubuh Yuna tetap fit agar bisa digunakan dalam eksperimennya. Yuna juga sebenarnya tidak begitu lapar. Dia bisa saja melewati malam ini tanpa makanan. Namun hal ini secara tidak langsung membuktikan bahwa memang terjadi sesuatu di luar sana.“Di mana makan malamku?” tanya Yuna seraya membuka pintu dan bertanya kepada orang yang berjaga di luar.“Malam ini nggak ada makanan. Bu Yuna silakan istirahat lebih awal,” jawabnya.“Kenapa?”Yuna bertanya, tetapi kali ini si penjaga pintu tidak lagi menjawabnya. Dia hanya mengatakan malam ini tidak ada makanan, dan setelah itu dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Melihat itu, Yuna tahu pertanyaannya hanya akan diabaikan, jad dia mengganti pertanyaannya, “Fred di
Ross berdiri mengangkat kedua tangannya dan berkata, “Oke! Aku nggak bisa banyak membantu, tapi aku cuma mau bilang kalau semua ini bisa selesai selama kita menolong mamaku dan menghentikan Fred. Asal itu tercapai, aku nggak masalah kalian mau mendobrak kedutaan sekalipun!”Chermiko, yang sejak awal hanya diam saja tampaknya terpikir akan sesuatu. Di saat itu dia pun tiba-tiba berkata, “Ah, aku tahu!”Sontak, semua orang langsung diam dan menatapnya dengan rasa penasaran. Di situ Chermiko berdeham dan berkata, “Aku kurang lebih sudah tahu apa yang mereka rencanakan. Mereka pasti mau menjalankan R10!”“... kamu baru tahu?” tanya Brandon.Semua orang juga sudah tahu kalau apa yang akan Fred lakukan besok adalah menjalankan eksperimen yang selama ini dia nantikan. Memang selama ini hanya R10 yang menjadifokusnya. Dia juga sudah mengerahkan segenap sumber daya yang dia punya untuk melakukan penelitian itu. Meski tidak terbongkar secara terang-terangnan, semua yang hadir di sana pasti tahu.