Teori apa ini!Berhubung hanya ada satu yang boleh hidup dari saudara kembar ini, kenapa Hanny tidak boleh dibiarkan untuk hidup? Apa karena kakaknya lebih unggul daripada dirinya? Hanny tidak ingin mati, dia masih ingin hidup!“Apa yang lagi kamu banggakan? Kamu kira kamu masih adalah Monica yang dulu? Memangnya apa lagi yang bisa kamu lakukan terhadap aku? Sekarang kamu sudah berbaring di sini, kamu hanyalah orang cacat!” Tetiba Hanny membungkukkan tubuhnya untuk mendekati Monica, lalu berkata dengan nada mengancam.Awalnya Monica juga tidak ingin meladeni Hanny. Hanya saja, setelah mendengar ucapannya, Monica tiba-tiba kepikiran sesuatu. Dia lekas membuka kedua mata, memalingkan kepalanya untuk melihat Hanny. “Apa yang sudah kamu lakukan terhadapku?”Hanny terkejut dengan tatapan galak Monica. Namun beberapa saat kemudian, dia langsung tertawa terbahak-bahak. “Coba kamu tebak! Coba kamu tebak apa yang sudah aku lakukan terhadapmu! Kalau kamu berhasil menebaknya, mungkin aku akan ber
Semua ini terlalu mendadak. Monica juga tidak memiliki tenaga. Tentu saja, dia tidak bisa melawan.Tangan Monica diangkat, lalu ditepukkan berkali-kali ke wajah Hanny. Tetiba gerakan Hanny berhenti. Dia pun berkata dengan galak, “Kakak kesayanganku, dulu kamu akan memukulku seperti ini. Tentu saja, kamu nggak pernah pukul wajahku. Gimanapun, kamu masih memerlukanku untuk menyamar menjadimu. Tapi sekarang, aku sudah nggak takut lagi! Aku nggak akan menjadi dirimu lagi. Aku ingin menjadi diriku sendiri!”“Jadi diri sendiri?” Monica tersenyum menyindir. “Apa kamu tahu kamu itu siapa? Kamu kira apa yang kamu miliki? Bahkan Papa dan Mama juga nggak mengakuimu sebagai anak mereka. Keluarga Yukardi hanya memiliki satu keturunan saja, orang itu adalah aku … Monica Yukardi. Nggak ada orang di dunia ini yang tahu ada yang namanya Hanny! Sadarlah! Hanny sudah mati dari dulu!”Ucapan ini seharusnya dikatakan Monica dengan sangat ketus. Namun, berhubung kondisi tubuhnya sedang tidak bagus, dia bahk
Selesai berbicara, Hanny seakan-akan semakin ketagihan saja. Dia lanjut menampar Monica hingga kepalanya terasa kliyengan dan wajahnya membengkak. Saat ini, Monica bahkan tidak bisa berbicara dengan jelas.Hingga Hanny merasa lelah, dia baru menurunkan tangannya. Telapak tangannya juga sudah membengkak. Namun, Hanny merasa sangat puas. Dia tidak pernah memukul orang sebelumnya, apalagi kakaknya yang begitu galak.Dari lubuk hati terdalam Hanny, Hanny sungguh merasa gembira. Dia mengangkat kepalanya tertawa dengan terbahak-bahak. “Aku sudah berhasil melakukannya! Aku benar-benar sudah kesampaian! Sejak saat ini, aku adalah Hanny, aku bukan lagi bayangan Monica!”“Kamu … mimpi … saja!” ucap Monica dengan perlahan. Saat ini, dia bahkan kesulitan untuk berbicara lagi. Hanya saja, wibawanya masih terasa. “Selamanya kamu hanya akan menjadi orang gagal! Kamu seharusnya mati dari dulu!”“Aku bukan orang gagal! Kamu yang gagal! Orang yang seharusnya mati itu kamu! Kamu!” Ucapan Monica tadi tela
Setelah Monica digotong keluar kamar, hanya tersisa Hanny seorang diri di dalam kamar yang begitu luas. Dia merentangkan kedua lengannya, lalu memutar tubuhnya dengan perlahan. Hanny mengangkat kepalanya menghirup napas dalam-dalam, berusaha untuk merasakan semua di dalam kamar ini.Dulu kamar Hanny sangatlah gelap dan sempit. Namun, berbeda dengan kamar Monica. Ketika kecil dulu, Hanny pernah mengintip kamar kakaknya. Kamar Monica sangatlah besar dan indah. Ranjang di dalam kamar itu juga super besar. Bahkan, jendela di dalam sana sangat besar. Monica juga bisa berjemur matahari dari depan balkon.Hanny hanya bisa mengintip dan memendam rasa iri dalam hatinya. Dia tidak pernah sekali pun kepikiran untuk mengharapkannya.Namun berbeda dengan sekarang ….Saat Monica bertanya, apa Hanny melakukan semua ini gara-gara lelaki itu? Jawabannya iya dan juga bukan!Steve memang telah berhasil membangkitkan hasrat di dalam lubuk hati Hanny. Hanya saja, Steve hanyalah pemicu, dia bukanlah alasan
“Menurutmu?” Hanny menghela napas, lalu bertanya dengan kesal.Setelah mengedip-ngedipkan matanya, tetiba Steve terkekeh. “Kamu itu Nini, kamu itu Nini-ku! Nini nggak bakal marah dan pukul aku! Kamu itu Nini! Hehe ….”Steve tersenyum bodoh. Wajahnya merona karena alkohol. Tatapannya juga terlihat linglung. Namun, Hanny malah merasa sangat gembira. Meski Steve sedang mabuk, dia juga bisa mengenal dirinya adalah Hanny, bukan Monica.Di dunia ini, hanya Steve saja yang kenal dan peduli dengan Hanny.“Jangan ketawa lagi!” Kepikiran hal ini, kedua tangan Hanny menopang wajah Steve, menatap matanya, lalu bertanya dengan serius, “Jadi, kamu suka sama Monica atau … Hanny?”Hanny ingin mengetahui jawaban ini. Dia ingin tahu apakah Steve benar-benar menyukainya atau tidak.Jika Steve menyukainya, apa itu karena wajahnya mirip dengan Monica atau karena dia adalah Hanny? Jawaban ini terlalu penting baginya!Steve yang sedang mabuk itu langsung memegang wajah Hanny dengan kedua tangannya. Dia meng
Jarak Steve dengan Hanny sangatlah dekat. Meski tercium bau alkohol yang sangat menyengat, Hanny juga tidak merasa risi. Dia malah merasa istimewa.Steve masih mabuk. Dia menatap wajah Hanny dengan linglung. “Nini, jangan pergi, jangan campakkan aku. Aku cuma punya kamu saja. Cuma kamu saja ….”Selesai berbicara, Steve langsung mencium bibir Hanny.Ciuman mendadak itu sungguh mengagetkan Hanny. Namun, Hanny tidak melawan, melainkan membiarkan Steve menciumnya. Dia memejamkan kedua mata, lalu melingkari kedua tangan ke leher Steve.Steve yang mabuk itu terkadang memberi ciuman yang sangat lembut, terkadang dia bagai binatang buas yang begitu kasar. Hanya saja, ketika bersikap terlalu kasar, Steve langsung melembutkan ciumannya. Dia tidak ingin melukai wanita yang dicintainya.Boleh dikatakan bahwa Steve adalah instruktur Hanny. Dialah yang mengajari Hanny untuk berciuman. Sekarang … Hanny sekiranya tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia juga tidak menghentikan aksi Steve, malah men
Bos sudah berpesan sebelumnya, jika Steve bersedia pulang bersama mereka, mereka juga tidak perlu bersikap kasar. Jika Steve membangkang, mereka juga tidak perlu bersikap sungkan. Mereka diperbolehkan langsung menyeretnya.Ucapan ini berhasil menyadarkan Steve dari linglungnya. Dia kepikiran dengan masalah kebakaran waktu itu. Ketika kepikiran kobaran api dan ucapan ibunya, Steve spontan ketakutan. Apa Steve akan dibawa ke penjara?Raut wajah Steve terus berubah. Saat Steve masih belum selesai berpikir, Hanny malah sudah membukakan pintu.Tangan orang yang hendak menekan bel pun terhenti. Dia melihat si wanita sedang berdiri di depan pintu dengan mengenakan kemeja seorang lelaki. Kedua kaki langsingnya terpampang di luar sana.“Apa yang ingin kalian lakukan?” Hanny menopang salah satu tangannya di atas dahan pintu, lalu tangannya yang satu lagi menarik gagang pintu, tidak berencana untuk membukanya dengan lebar.Orang di luar sana terdiam. Sepertinya dia tidak menyangka orang yang memb
Hanny berjarak sangat dekat dengan Steve. Salah satu tangan Hanny menahan di dahan pintu, lalu tangannya yang satu lagi diletakkan di atas pundaknya. Kedua mata menatap Steve dengan dalam. “Apa yang lagi kamu takutkan?”“Aku … nggak lagi takut!” balas Steve dengan gemetar. Jujur saja, dia sungguh merasa takut. Namun Steve tidak boleh mengekspresikannya di hadapan wanita yang disukainya.Hanny pun tersenyum. “Kalau takut, kamu bisa jujur, kok. Nggak ada yang perlu dirahasiakan. Ada aku di sini, kamu nggak usah takut!”Mendengar ucapan Hanny, semuanya terasa sangat asing. Lebih tepatnya, sungguh berbeda dengan Hanny yang lembut dan penurut itu. Seketika Steve mengerutkan keningnya mulai mengamatinya. “Apa benar kamu itu Nini? Atau ….”Atau Monica yang sedang menyamar? Jika tidak, kenapa wibawanya sungguh mirip dengan Monica?Ketika mendengar pertanyaan ini, raut wajah Hanny langsung berubah. “Apa katamu? Coba kamu katakan sekali lagi!”“Bukan, bukan, bukan, aku … asal bicara! Aku cuma as
Rainie segera menghentikan langkahnya dan berpikir apa mungkin Yuna menyadari niatnya untuk melarikan diri? Namun di situ Yuna haya menatapnya dingin dan kembali berfokus kepada Fred.“Kamu sudah dari awal menemukan tubuh penggantimu dan mempersiapkan jalan keluar untuk kamu sendiri. Fred, kamu sudah merencanakan semuanya dengan sangat matang, luar biasa! Kamu bahkan sudah membuat rencana jangka panjang mencari pengganti yang kecil supaya kamu punya banyak waktu untuk bersiap-siap. Benar, ‘kan?” kata Yuna.Rona wajah Fred memucat, tetapi dia masih tetap mati-matian menyangkal, “Omong kosong! Terserah kamu mau bilang apa. Ratu sudah nggak percaya padaku lagi. Dia cuma percaya apa yang keluar dari mulut kamu!”“Aku omong kosong atau memang tepat sasaran, kamu sendiri yang paling tahu!” balas Yuna.Mendengar itu, Rainie mulai menyadari sesuatu. Kata-kata Yuna terdengar agak aneh, tetapi anehnya Rainie dapat memahami apa yang dia sampaikan. Lantas dengan keterkejutan di wajah dia menatap Y
Jelas-jelas dia sudah menguasai segala. Jelas-jelas sebentar lagi dia akan berhasil. Tinggal satu langkah terakhir saja untuk mewujudkan impiannya, tetapi tiba-tiba semua itu hancur berkeping-keping dan tak bersisa!“Oke, sandiwaranya cukup sampai di sini. Sekarang waktunya penutupan! Padahal aku sudah kasih kamu kesempatan, tapi sayang kamu nggak menghargainya dengan baik. Kamu pasti mau mengkhianatiku! Fred, aku benar-benar kecewa sama kamu,” ucap sang Ratu dengan penuh rasa penyesalan. Sang Ratu masih merasa kasihan pada Fred dan ingin memaafkannya. Mau bagaimanapun, Fred sudah melayaninya selama bertahun-tahun dan melakukan tugasnya dengan baik sebagaimana sebilah pedang tajam yang dapat menebas apa pun dengan efisien. Sayangnya, pedang ini memiliki pemikirannya sendiri, bahkan sampai tega untuk menyerang pemiliknya dan berniat untuk menggantikannya. Mau setajam apa pun pedang itu, pada akhirnya tetap harus dihancurkan.“Yang Mulia salah paham. Aku selalu bilang eksperimen ini untu
“Salahmu itu kamu terlalu sombong!” kata sang Ratu. Dia lalu perlahan bangkit dengan kedua tangan bertopang ke pegangan yang ada di kedua sisinya. Auranya kini terlihat berbeda dari yang biasa. Fred kaget melihat perubahan aura sang Ratu. Dan di momen itu dia juga menyadari satu hal.“Badanmu sehat-sehat saja?! Jadi selama ini kamu cuma pura-pura sakit?! Jadi semua ini cuma tipuan. Kamu sebenarnya nggak sakit sama sekali!”“Benar. Kalau nggak begitu, kamu nggak mungkin mempercepat eksperimen ini?”Sang Ratu tersenyum begitu ramah dan hangat, tetapi di mata Fred senyuman itu lebih terasa seperti sindiran kepadanya yang menusuk dalam sampai ke tulang.“Mana mungkin! Ini mustahil bisa terjadi!” kata Fred. Dia masih tidak bisa menerima fakta kalau selama ini dialah yang dipermainkan. Dia sudah bertahun-tahun mencurahkan hatinya menyiapkan semua rencananya, tetapi di detik ini dia malah menyadari kalau itu semua hampa. Rencananya sudah sejak lama diketahui oleh sang Ratu. Fred tidak rela da
“Nggak cuma disini, bahkan di luar sana pun sudah banyak orang pemerintahan yang mendukung saya. Yang Mulia tenang saja, pokoknya semua urusan kenegaraan serahkan saja ke saya. Yang Mulia bisa menikmati hidup,” kata Fred seraya tersenyum membeberkan ambisinya, yang juga secara terang-terangan mengakui semua perbuatannya selama ini.“Oh ya? Coba kasih tahu aku ada siapa saja yang mendukung kamu?”“Ada apa, Yang Mulia? Apa Yang Mulia mau menghabisi semua pendukung saya? Sayang sekali, saya nggak akan kasih kesempatan ke Yang Mulia untuk itu. Lagi pula untuk apa? Padahal tadi semuanya lancar-lancar saja. Yang Mulia cukup terima operasi dan eksperimen ini dengan baik-baik, dan Yang Mulia bisa menikmati keberhasilan dari semua ini, bukan? Kenapa Yang Mulia harus melawan dan membuat keributan. Lihat … Yang Mulia coba lihat apa yang sudah Anda perbuat sampai mereka semua menertawakan Anda! Baiklah, kalian semua bawa mereka pergi, dan jangan kasih siapa pun masuk lagi ke tempat ini. Tanpa peri
Dengan penuh rasa percaya diri Fred menjawab, “Tentu saja! Yang Mulia jangan khawatir. Eksperimen kali ini ….”Sayangnya belum selesai Fred berbicara, tba-tiba sang Ratu tertawa dengan begitu aneh. “Baguslah! Kalau memang kamu seyakin itu, aku nggak perlu khawatir lagi!”“Tentu saja, Yang Mulia. Jangan takut!”Betapa kagetnya Fred ternyata semuanya berjalan dengan lancar. Mulanya dia berpikir Ratu pasti akan mati-matian menolak, tetapi ternyata dia malah setuju. Benar saja, sang Ratu masih sangat percaya kepadanya. Namun … sesaat kemudian Fred melihat ada sekumpulan orang yang masuk ke dalam.“Siapa yang kasih kalian masuk? Keluar sana!” serunya.Namun mereka hanya diam saja di tempat dan berdiri mengelilingi Fred.“Kalian nggak dengar perintahku? Anak buah siapa kalian! Kalian sudah nggak mau hidup lagi? Cepat keluar dari sini!”“Justru mereka masih ingin hidup, makanya mereka ada di sini,” kata sang Ratu.“Hah? Oh jadi mereka ini anak buah Yang Mulia?!”Sang Ratu tidak menjawab, teta
“Eh?”Rainie yang dari tadi hanya diam saja di pinggir mendengar dan melihat mereka berbicara tak menyangka mendadak akan ditunjuk.“Aku ….”“Kamu nggak dengar tadi ratuku tanya berapa persen keberhasilan eksperimen ini?”“... secara teori ….”Rainie pun sejujurnya tidak tahu pasti. Dia hanya bisa memberikan jawaban yang samar karena bagaimanapun dia juga tidak begitu paham dengan keseluruhan eksperimen ini, apalagi ketika berbicara tentang berapa persen keberhasilannya. Namun karena dia ditanya, ya dia tinggal mengarang saja apa adanya. Hanya saja ketika Rainie baru mau menjawab, dia disela oleh Yuna.“Secara teori, keberhasilan eksperimen ini cuma 23%.”“Eh?”Rainie sontak kebingungan dengan yang Yuna maksud dengan itu, dan dari mana angkat 23% itu datang. Atau jangan-jangan Yuna juga hanya mengarang sama sepertinya. Akan tetapi Yuna tidak menghiraukan Rainie dan melanjutkan ucapannya. “Tapi 23% ini bukan angka pasti karena masih ada faktor siapa yang melakukan operasinya, seberapa k
Sang Ratu tidak mengatakan apa-apa lagi dan melayangkan tatapan matanya ke arah Yuna. Fred dengan segara menangkap maksudnya, dan meminta anak buahnya untuk melepaskan kain yang menutup matanya.Sebenarnya Yuna dapat mendengar apa yang mereka perbincangkan, tetapi dia hanya tidak menghiraukannya. Ketika kainnya baru saja dibuka, Yuna masih tak terbiasa dengan cahaya di luar dan refleks menyipitkan matanya, lalu baru dia membuka matanya perlahan agar terbiasa.“Oke, semuanya sudah siap. Kita bisa mulai sekarang!” kata Fred dengan gembira, tetapi seketika itu dia teringat sesuatu dan menatap Yuna, “Oh ya, karena kita ada di posisi yang sama, sama-sama berkontribusi untuk Ratu, kalau kamu punya permintaan terakhir, bilang saja. Aku akan mewujudkannya.”“Kalau begitu boleh biarin aku pergi?”“Ooh, kamu sudah tahu itu nggak mungkin! Tolong jangan minta sesuatu yang nggak mungkin aku kabulkan. Lebih baik baik realistis sedikit, misalnya … minta aku jagain anak kamu atau semacamnya?”Walaupun
“Aku nggak butuh janji manis darimu. Aku mau kamu percaya diri operasinya bakal berjalan lancar!” ujar Fred menekankan seraya menatapnya.Rainie menarik napas panjang, dan dengan nada yang tegas dia berkata, “Siap, Pak Fred. Aku jamin semuanya berjalan dengan lancar!”Kepercayaan diri yang terpancar di mata Rainie membuat Fred cukup puas dengannya. Dia mengangguk dan berkata,” Bagus, itu dia yang aku mau. Kamu harus yakin, baru operasinya bisa berhasil!”Kemudian, Fred berbicara ke arah mic yang terpasang di kerahnya, “Semuanya sudah siap?”Menerima tanggapan dari mic itu, Fred pun mengangkat kepalanya menatap Rainie beserta ketiga dokter itu, “Kalian juga tolong bersiap sekarang. Pakai baju operasinya.”Rainie bersama tiga orang lainnya pergi ke ruang ganti yang sudah disediakan, kemudian terus ke bagian dalam di mana terdapat sebuah ruang operasi dengan berbagai peralatan lengkap. Bisa membangun tempat seperti ini di negara lain tanpa ketahuan tentu adalah hal yang luar biasa. Harus
Rainie tentu saja ingin mengatakan tidak ada masalahnya dan semuanya akan baik-baik saja, tetapi dia tak kuasa untuk mengucapkannya keluar. Jari-jari tangannya gemetar membayangkan itu. Operasi pemindahan otak … operasi yang begitu sulit dan rumitnya Fred mau Rainie melakukannya sekarang? Sendirian?!Tampaknya Fred juga menyadari kekhawatiran Rainie itu, dan dia pun berkata, “Tenang saja, tentu kamu nggak sendirian. Aku sudah menyiapkan satu orang asisten profesional yang bakal membantu kamu nanti.”….Terima kasih banyak! Itulah yang ada di pikiran Rainie, mengapa tidak dia saja yang mengerjakannya dan gantian Rainie yang bertugas sebagai asisten? Kalau dia profesional, untuk apa dia hanya bertugas sebagai asisten? Bukankah itu sama saja dengan meremehkannya?Rainie selalu berpikir dirinya yang terbaik dan serba bisa, tetapi itu hanya sebatas melakukan eksperimen dan meneliti obat-obatan. Melakukan operasi, apalagi operasi yang tingkat kesulitannya sangat tinggi seperti memindahkan ot