“Kakak kesayanganku, iya, ini aku,” ucap Hanny dengan tersenyum. Dia berjalan perlahan ke hadapan ranjang, lalu menundukkan kepalanya untuk melihat Monica. “Kenapa? Jangan-jangan sampai saat ini, kamu berharap ada orang lain yang datang menjengukmu?”“Besar sekali nyalimu!” ucap Monica dengan ketus, “Tanpa izinku, beraninya kamu ….”“Berani apa?” potong Hanny, lalu berkata dengan tersenyum, “Beraninya aku berbicara seperti ini sama kamu? Beraninya aku masuk ke dalam kamarmu tanpa ketuk pintu? Atau … beraninya aku keluar dari kamar rongsokan itu?”“Kamu ….”Saat ini, Monica baru menyadari ada yang aneh dengan dirinya. Hanny bukan lagi Hanny yang penurut seperti biasanya. Dia mengucir rambutnya dengan tinggi, lalu merias wajahnya. Penampilan Hanny hari ini sungguh berbeda dengan penampilannya yang sebelumnya.Hanny yang sekarang sungguh tidak mirip dengan Monica. Dia memang mengenakan pakaian Monica, tetapi dia memadukannya menjadi gaya berpakaian yang berbeda. Pokoknya secara keseluruha
Teori apa ini!Berhubung hanya ada satu yang boleh hidup dari saudara kembar ini, kenapa Hanny tidak boleh dibiarkan untuk hidup? Apa karena kakaknya lebih unggul daripada dirinya? Hanny tidak ingin mati, dia masih ingin hidup!“Apa yang lagi kamu banggakan? Kamu kira kamu masih adalah Monica yang dulu? Memangnya apa lagi yang bisa kamu lakukan terhadap aku? Sekarang kamu sudah berbaring di sini, kamu hanyalah orang cacat!” Tetiba Hanny membungkukkan tubuhnya untuk mendekati Monica, lalu berkata dengan nada mengancam.Awalnya Monica juga tidak ingin meladeni Hanny. Hanya saja, setelah mendengar ucapannya, Monica tiba-tiba kepikiran sesuatu. Dia lekas membuka kedua mata, memalingkan kepalanya untuk melihat Hanny. “Apa yang sudah kamu lakukan terhadapku?”Hanny terkejut dengan tatapan galak Monica. Namun beberapa saat kemudian, dia langsung tertawa terbahak-bahak. “Coba kamu tebak! Coba kamu tebak apa yang sudah aku lakukan terhadapmu! Kalau kamu berhasil menebaknya, mungkin aku akan ber
Semua ini terlalu mendadak. Monica juga tidak memiliki tenaga. Tentu saja, dia tidak bisa melawan.Tangan Monica diangkat, lalu ditepukkan berkali-kali ke wajah Hanny. Tetiba gerakan Hanny berhenti. Dia pun berkata dengan galak, “Kakak kesayanganku, dulu kamu akan memukulku seperti ini. Tentu saja, kamu nggak pernah pukul wajahku. Gimanapun, kamu masih memerlukanku untuk menyamar menjadimu. Tapi sekarang, aku sudah nggak takut lagi! Aku nggak akan menjadi dirimu lagi. Aku ingin menjadi diriku sendiri!”“Jadi diri sendiri?” Monica tersenyum menyindir. “Apa kamu tahu kamu itu siapa? Kamu kira apa yang kamu miliki? Bahkan Papa dan Mama juga nggak mengakuimu sebagai anak mereka. Keluarga Yukardi hanya memiliki satu keturunan saja, orang itu adalah aku … Monica Yukardi. Nggak ada orang di dunia ini yang tahu ada yang namanya Hanny! Sadarlah! Hanny sudah mati dari dulu!”Ucapan ini seharusnya dikatakan Monica dengan sangat ketus. Namun, berhubung kondisi tubuhnya sedang tidak bagus, dia bahk
Selesai berbicara, Hanny seakan-akan semakin ketagihan saja. Dia lanjut menampar Monica hingga kepalanya terasa kliyengan dan wajahnya membengkak. Saat ini, Monica bahkan tidak bisa berbicara dengan jelas.Hingga Hanny merasa lelah, dia baru menurunkan tangannya. Telapak tangannya juga sudah membengkak. Namun, Hanny merasa sangat puas. Dia tidak pernah memukul orang sebelumnya, apalagi kakaknya yang begitu galak.Dari lubuk hati terdalam Hanny, Hanny sungguh merasa gembira. Dia mengangkat kepalanya tertawa dengan terbahak-bahak. “Aku sudah berhasil melakukannya! Aku benar-benar sudah kesampaian! Sejak saat ini, aku adalah Hanny, aku bukan lagi bayangan Monica!”“Kamu … mimpi … saja!” ucap Monica dengan perlahan. Saat ini, dia bahkan kesulitan untuk berbicara lagi. Hanya saja, wibawanya masih terasa. “Selamanya kamu hanya akan menjadi orang gagal! Kamu seharusnya mati dari dulu!”“Aku bukan orang gagal! Kamu yang gagal! Orang yang seharusnya mati itu kamu! Kamu!” Ucapan Monica tadi tela
Setelah Monica digotong keluar kamar, hanya tersisa Hanny seorang diri di dalam kamar yang begitu luas. Dia merentangkan kedua lengannya, lalu memutar tubuhnya dengan perlahan. Hanny mengangkat kepalanya menghirup napas dalam-dalam, berusaha untuk merasakan semua di dalam kamar ini.Dulu kamar Hanny sangatlah gelap dan sempit. Namun, berbeda dengan kamar Monica. Ketika kecil dulu, Hanny pernah mengintip kamar kakaknya. Kamar Monica sangatlah besar dan indah. Ranjang di dalam kamar itu juga super besar. Bahkan, jendela di dalam sana sangat besar. Monica juga bisa berjemur matahari dari depan balkon.Hanny hanya bisa mengintip dan memendam rasa iri dalam hatinya. Dia tidak pernah sekali pun kepikiran untuk mengharapkannya.Namun berbeda dengan sekarang ….Saat Monica bertanya, apa Hanny melakukan semua ini gara-gara lelaki itu? Jawabannya iya dan juga bukan!Steve memang telah berhasil membangkitkan hasrat di dalam lubuk hati Hanny. Hanya saja, Steve hanyalah pemicu, dia bukanlah alasan
“Menurutmu?” Hanny menghela napas, lalu bertanya dengan kesal.Setelah mengedip-ngedipkan matanya, tetiba Steve terkekeh. “Kamu itu Nini, kamu itu Nini-ku! Nini nggak bakal marah dan pukul aku! Kamu itu Nini! Hehe ….”Steve tersenyum bodoh. Wajahnya merona karena alkohol. Tatapannya juga terlihat linglung. Namun, Hanny malah merasa sangat gembira. Meski Steve sedang mabuk, dia juga bisa mengenal dirinya adalah Hanny, bukan Monica.Di dunia ini, hanya Steve saja yang kenal dan peduli dengan Hanny.“Jangan ketawa lagi!” Kepikiran hal ini, kedua tangan Hanny menopang wajah Steve, menatap matanya, lalu bertanya dengan serius, “Jadi, kamu suka sama Monica atau … Hanny?”Hanny ingin mengetahui jawaban ini. Dia ingin tahu apakah Steve benar-benar menyukainya atau tidak.Jika Steve menyukainya, apa itu karena wajahnya mirip dengan Monica atau karena dia adalah Hanny? Jawaban ini terlalu penting baginya!Steve yang sedang mabuk itu langsung memegang wajah Hanny dengan kedua tangannya. Dia meng
Jarak Steve dengan Hanny sangatlah dekat. Meski tercium bau alkohol yang sangat menyengat, Hanny juga tidak merasa risi. Dia malah merasa istimewa.Steve masih mabuk. Dia menatap wajah Hanny dengan linglung. “Nini, jangan pergi, jangan campakkan aku. Aku cuma punya kamu saja. Cuma kamu saja ….”Selesai berbicara, Steve langsung mencium bibir Hanny.Ciuman mendadak itu sungguh mengagetkan Hanny. Namun, Hanny tidak melawan, melainkan membiarkan Steve menciumnya. Dia memejamkan kedua mata, lalu melingkari kedua tangan ke leher Steve.Steve yang mabuk itu terkadang memberi ciuman yang sangat lembut, terkadang dia bagai binatang buas yang begitu kasar. Hanya saja, ketika bersikap terlalu kasar, Steve langsung melembutkan ciumannya. Dia tidak ingin melukai wanita yang dicintainya.Boleh dikatakan bahwa Steve adalah instruktur Hanny. Dialah yang mengajari Hanny untuk berciuman. Sekarang … Hanny sekiranya tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia juga tidak menghentikan aksi Steve, malah men
Bos sudah berpesan sebelumnya, jika Steve bersedia pulang bersama mereka, mereka juga tidak perlu bersikap kasar. Jika Steve membangkang, mereka juga tidak perlu bersikap sungkan. Mereka diperbolehkan langsung menyeretnya.Ucapan ini berhasil menyadarkan Steve dari linglungnya. Dia kepikiran dengan masalah kebakaran waktu itu. Ketika kepikiran kobaran api dan ucapan ibunya, Steve spontan ketakutan. Apa Steve akan dibawa ke penjara?Raut wajah Steve terus berubah. Saat Steve masih belum selesai berpikir, Hanny malah sudah membukakan pintu.Tangan orang yang hendak menekan bel pun terhenti. Dia melihat si wanita sedang berdiri di depan pintu dengan mengenakan kemeja seorang lelaki. Kedua kaki langsingnya terpampang di luar sana.“Apa yang ingin kalian lakukan?” Hanny menopang salah satu tangannya di atas dahan pintu, lalu tangannya yang satu lagi menarik gagang pintu, tidak berencana untuk membukanya dengan lebar.Orang di luar sana terdiam. Sepertinya dia tidak menyangka orang yang memb
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta