“Ucapanmu memang enak didengar. Tapi kamu tiba-tiba menaikkan harga di saat hendak menyelesaikan transaksi? Apa ini namanya pebisnis jujur?” Monica menggoyangkan gelas anggur di tangan, lalu melihat Steve sambil menyindirnya.Sebenarnya sejak awal, Monica sudah tahu bahwa Steve bukanlah lelaki yang bisa dipercaya. Dia pasti bisa menaikkan harga secara tiba-tiba. Jadi, Monica juga hanya asal bicara mengenai saham senilai 30% itu. Lagi pula, tidak peduli berapa banyak saham yang dibuka Monica, pada akhirnya Steve yang serakah itu pasti tidak akan terpuaskan juga.“Jujur?” Steve seolah-olah mendengar lelucon yang sangat lucu. Dia tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, “Sekarang sudah zaman apa? Tolonglah! Jujur itu nggak bisa bikin perut kita kenyang. Namanya juga pebisnis, tentu saja mesti mendahulukan keuntungan. Memangnya kita bisa melakukan bisnis bukan karena keuntungan? Berhubung kita semua melakukannya demi keuntungan, sepertinya nggak masalah kalau aku menginginkan keuntungan yang
“Aku ….” Ucapan Steve jadi terbata-bata. Jangan-jangan Monica tidak puas dengan harganya? Jadi, dia berubah pikiran? Tidak mungkin! Monica sudah mencari kitab rahasia ini selama bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba tidak menginginkannya lagi?Steve mencoba untuk bertanya, “Apa … maksudmu?”“Maksudku, aku nggak menginginkannya lagi. Aku nggak mau lagi!” balas Monica dengan tegas. Sepertinya tidak ada lagi ruang untuk diskusi.“Sudahlah, jangan bersandiwara lagi. Aku tahu kamu nggak mungkin nggak mau kitab ini. Kamu ingin tawar harga, ‘kan? Oke, kalau begitu, kita bicarakan masalah harga, nggak ada yang nggak bisa didiskusikan! Namanya juga berbisnis, wajar kalau ada sesi tawar-menawar. Kamu juga jangan langsung menolakku. Kita bicarakan sampai harganya sesuai. Jangan marah-marah.”Steve juga tidak berani bersikap terlalu kelewatan terhadap Monica. Bagaimanapun juga, dirinya bukanlah tandingan Monica. Hanya saja, dia tidak begitu mengerti apa yang ada di benak Monica.Berhubung Steve mas
Senyuman Monica bagai sedang menyindir dan meremehkan Steve saja.Meskipun Monica tidak mengatakan apa pun, Steve malah terasa sangat terpukul. Steve sungguh tidak percaya. Pada saat ini, rasa kaget telah menutupi rasa takut. Dia langsung meraih pundak Monica dengan kedua tangannya. “Jangan pergi! Jelaskan ucapanmu! Apa maksudmu kitab rahasia palsu?”Sebelumnya, tidak ada yang pernah memperlakukan Monica seperti ini. Monica terbengong, lalu menunjukkan ekspresi muramnya. Dia pun bertanya, “Apa yang ingin kamu lakukan?”“Jelaskan! Apanya yang palsu? Kamu saja nggak pernah ketemu kitab rahasia asli, gimana ceritanya kamu bisa bilang kitab itu palsu? Aku tahu, kamu pasti sengaja bohongin aku. Kemudian, kamu ingin ambil kitab rahasia dari tanganku tanpa bayar sepeser pun!”“Kamu bilang aku serakah, sepertinya kamu yang serakah! Monica, tak disangka, biasanya kamu kelihatannya nggak peduli dengan apa pun, ternyata kamu licik sekali. Kerja sama? Heh! Ternyata kamu cuma lagi bohongin aku. Kam
Belum sempat Steve menyelesaikan omongannya, Monica pun langsung melanjutkan, “Tapi kamu bukannya nggak berguna sama sekali. Rencanamu sangat bagus. Kamu berhasil bikin pasangan suami istri itu keluar rumah, bikin semua pembantu tidak berani memasuki ruang tamu, dan merusak semua kamera CCTV, semua itu nggak gampang bagi aku. Berhubung kamu sudah membantuku, aku pun akan memberi sedikit imbalan buat kamu.”“Mengenai masalah kitab rahasia, kitab di tanganmu itu kitab palsu, yang asli sudah di tanganku. Itu berarti kamu nggak berhasil menyelesaikan misimu dan aku nggak berkewajiban untuk memberi saham kepadamu. Aku juga nggak tergolong sedang menipumu.”Rencana awal Monica memang seperti ini. Sejak awal, dia juga tidak berharap Steve bisa menemukan barang yang diidamkannya.Hanya saja, ada satu hal, identitasnya mungkin telah banyak membantu Monica. Bukan hanya Steve saja, bahkan Amara juga sudah banyak membantunya. Monica tidak perlu menghadapi kedua pasang suami istri yang hebat. Denga
Monica mendorong Steve dengan kuat. Steve yang sedang terbengong tidak sempat merespons, dia pun didorong hingga terjatuh di lantai. Saat terjatuh, Steve tanpa sadar menopang tubuhnya dengan sikunya, lalu terdengar suara retak. Ahh! Sakit sekali!Rasa sakit itu seketika menyadarkan Steve. Ucapan Monica terus terngiang-ngiang di telinganya. Hanya saja, dia tidak percaya sama sekali. Atas dasar apa Monica bisa memastikan bahwa kitab yang diambilnya itu palsu. Bisa jadi Monica sedang membohonginya? Setelah Steve tertipu, bisa jadi dia akan menyerahkan kitab itu dengan cuma-cuma?Tanpa memedulikan rasa sakit di tangan, Steve segera membuka komputer untuk mencari informasi mengenai kitab rahasia ilmu seni bela diri. Ada banyak informasi mengenai buku-buku itu, ada yang asli dan ada juga yang palsu. Hasil penelusuran gambar di dalam internet hampir mirip dengan gambar yang dipotretnya, tetapi bagaimanapun Steve tidak mendalami ilmu bela diri, dia merasa sepertinya ilmu bela diri seharusnya m
“Oke! Kalau begitu, beri tahu aku kalau ada kabar baru. Sampai di sini dulu!” Setelah panggilan ditutup, Steve baru menyadari bahwa sikunya sakit sekali. Mungkin sikunya terbentur ketika jatuh tadi. Sekarang bagian sikunya juga sudah membengkak, entah sudah retak atau tidak.Sial sekali!Awalnya Steve mengira meski negosiasi masih belum selesai, setidaknya rencananya tetap akan berjalan lancar. Siapa sangka, wanita itu bukan hanya galak, dia juga sangat licik. Dia malah memanfaatkannya supaya bisa menyelundup ke dalam rumah.Setelah dipikir-pikir, semua ini hanyalah ucapan sepihak Monica saja. Siapa juga yang tahu asli palsunya masalah ini?Melihat gambar di dalam ponselnya, foto yang awalnya merupakan barang berharganya, saat ini malah menjadi malapetaka baginya. Kitab ini sudah tidak bernilai lagi. Selain itu, Steve juga mesti hidup dengan mewaspadai Brandon. Kali ini, dia sudah masuk ke perangkap wanita itu.…Di rumah Brandon.Brandon berdiri di depan pintu kamar. Tidak ada yang an
Kemudian, masalah pun berkembang sesuai dengan dugaan mereka.“Dari mana kamu mendapatkan ‘kitab rahasia’ itu?” Brandon-lah yang meletakkan buku itu ke dalam. Dia juga tidak sempat melihat isi buku itu. Hanya saja, dia tahu kitab itu adalah kitab palsu.“Barang seperti ini sangatlah banyak di internet. Cukup cari yang paling tidak populer dan yang paling kuno,” jawab Brandon dengan sangat santai. Dia langsung meletakkannya di dalam sana, tentu saja tidak ada serbuk racun seperti yang dipikirkan Steve. Brandon juga ingin memberikan kitab itu kepadanya. Untuk apa Brandon mempersulitnya?“Kamu malah bikin itu!” Yuna memasang wajah cemberut, lalu menunjuk anak panah di dinding. Kemudian, dia pun tersenyum. “Apa kamu nggak takut kalau dia nggak sempat mengelak? Ommu itu bakal meninggal di sini!”Bagaimana jika ketika mereka membuka pintu kamar, tampak Steve berbaring tergeletak di atas lantai dengan darah di atas lantai. Ckck!Brandon tersenyum sinis. Dia berdiri, lalu berjalan ke sisi dind
Jika hal itu terjadi, keberadaan Monica bukanlah ancaman bagi Brandon dan Yuna.“Aku berharap dia bisa menghentikan latihannya.” Yuna menghela napas, lalu hendak membaringkan tubuhnya.“Sebentar!” Brandon menghentikan langkah Yuna, lalu menunjuk ke belakang. “Aku suruh pembantu untuk beresin kamar ini dulu. Malam ini kita tidur di kamar lain saja.”Yuna mengamati sekeliling. Dia merasa kamarnya ini memang agak berantakan. Yuna pun mengangguk, lalu berdiri mengikuti langkah Brandon.…Saat Monica bangun, tercium aroma yang sangat istimewa dan wangi. Alhasil perut kosongnya langsung keroncongan.Selesai membasuh diri, Monica segera turun ke lantai bawah. Dia melihat semangkuk sup dan beberapa hidangan lainnya diletakkan di atas meja. “Sarapan hari ini lumayan,” puji Monica, lalu duduk mulai menyantap makanan.Pembantu yang berdiri di samping terbata-bata. Monica pun bertanya, “Ada apa?”“Nona, sepertinya rumah kita kemasukan maling.” Pembantu merasa dirinya wajib melaporkan masalah ini.