Jika hal itu terjadi, keberadaan Monica bukanlah ancaman bagi Brandon dan Yuna.“Aku berharap dia bisa menghentikan latihannya.” Yuna menghela napas, lalu hendak membaringkan tubuhnya.“Sebentar!” Brandon menghentikan langkah Yuna, lalu menunjuk ke belakang. “Aku suruh pembantu untuk beresin kamar ini dulu. Malam ini kita tidur di kamar lain saja.”Yuna mengamati sekeliling. Dia merasa kamarnya ini memang agak berantakan. Yuna pun mengangguk, lalu berdiri mengikuti langkah Brandon.…Saat Monica bangun, tercium aroma yang sangat istimewa dan wangi. Alhasil perut kosongnya langsung keroncongan.Selesai membasuh diri, Monica segera turun ke lantai bawah. Dia melihat semangkuk sup dan beberapa hidangan lainnya diletakkan di atas meja. “Sarapan hari ini lumayan,” puji Monica, lalu duduk mulai menyantap makanan.Pembantu yang berdiri di samping terbata-bata. Monica pun bertanya, “Ada apa?”“Nona, sepertinya rumah kita kemasukan maling.” Pembantu merasa dirinya wajib melaporkan masalah ini.
“Tapi ….”Saat pembantu masih ingin mengatakan sesuatu, ucapannya malah disela oleh Monica, “Kenapa? Apa aku perlu dilindungi?”Pertanyaan Monica langsung membuat si pembantu bungkam.Betul juga! Dengan kemampuan Nona Besar, apa perlu dia dilindungi oleh siapa pun?“Oh iya, suruh semua yang ikut aku datang dari pulau untuk beres-beres, siap sedia untuk menunggu perintah.” Ketika berjalan ke atas tangga, Monica tiba-tiba menghentikan langkahnya, lalu membalikkan kepalanya untuk berbicara.“Nona Besar, kamu mau ke mana?” Pembantu sungguh menyesal atas pertanyaannya. Dari tatapan Monica, sepertinya dia sudah bertanya kebanyakan. Betul juga, dia hanyalah pembantu, seharusnya dia menuruti ucapan majikannya saja.“Keluar!” Raut wajah Monica berubah muram. Dia langsung memaki tanpa segan.Pembantu langsung berpamitan. Kemudian, Monica baru memanggil asistennya, “Adam!”Seketika Adam langsung muncul di hadapan majikannya. “Nona.”“Beberapa hari ini aku akan latihan seni bela diri. Kamu jaga di
“Coba Bos lihat dulu.” Selesai berbicara, si lelaki langsung mengakhiri panggilan lantaran takut akan dimarah.Kening Steve spontan berkerut. Dia melihat gambar-gambar itu dan menyadari gambar yang dikirim adalah laman utama dari situs lelang. Tidak ada yang melelang kitabnya, hanya ada beberapa komentar saja.Spade 8:[ Apa-apaan ini? Apa barang seperti ini pantas untuk dilelang? Dikira di sini Shopee? ]Heart 7:[ Konyol! Siapa yang melelang buku anak-anak? Dikiranya nggak ada yang ngerti ilmu seni bela diri? ]Diamond 9:[ Aku sarankan depak orang yang buat keonaran di sini! Diblokir saja ID-nya. ]…Masih ada beberapa komentar lainnya lagi. Dari semua komentar-komentar itu, dapat diketahui bahwa mereka semua sedang mentertawakan Steve. Sebab, kitab itu bisa dibeli di mana saja. Kitab yang biasanya hanya dijual 20 ribu itu malah diunggah di situs lelang.Ada juga beberapa komentar kasar, alhasil emosi Steve semakin membara lagi.Sepertinya Monica memang tidak membohongi Steve. Kitab
Amara terbiasa untuk bangun subuh. Namun, berhubung tidurnya tidak nyenyak semalam, Amara masih belum bangun saat ini. Namun, dia malah dibangunkan oleh suara dering ponselnya. Bagaimana mungkin Amara tidak emosi?“Halo?” Amara mengangkat panggilan dengan suara lemas.Steve terlalu panik, tidak menyadari ada yang aneh dari suara Amara. “Ma, Mama sudah bangun?”Biasanya Amara sudah bangun dan berolahraga pada jam segini. Apalagi Amara sudah berumur, tidak bisa tidur terlalu lama. Itulah sebabnya Steve mengira Amara sudah bangun.“Belum, kenapa? Katakanlah?” Amara berusaha membangkitkan tubuhnya. Hanya saja, kedua matanya masih belum dilebarkan.“Nggak ada masalah apa-apa. Aku cuma ingin tanya masalah hasil tes DNA. Apa hasilnya sudah keluar?” Jika hasil tes DNA sudah keluar, Clara pasti akan menyerahkannya kepada sang ibu. Ketika kedengaran masalah ini, kedua mata Amara langsung terbuka lebar. Tatapannya langsung tertuju pada dokumen di atas meja.“Emm, kenapa?” Amara tidak memberi tah
Ketidakadilan yang diterima sang putra tentu saja dirasakan oleh Amara. Itulah sebabnya Amara terus memutar otak ingin membantu putranya untuk merampas kembali semua yang seharusnya menjadi miliknya. Amara juga mengaku bahwa dirinya sangat pilih kasih!Hanya saja, apa salahnya jika Amara pilih kasih? Brandon juga bukan anak yang dilahirkan Amara. Dia hanyalah cucu yang dilahirkan dari wanita yang paling tidak disukai Amara. Ditambah lagi, hubungan Amara tidaklah dekat dengan cucunya. Jadi, dia semakin tidak menyukai Brandon lagi.“Sudahlah, apa yang ingin kamu lakukan?” Amara memotong omongan Steve, lalu bertanya dengan tidak berdaya.“Ma, aku hanya punya satu permintaan saja. Kamu mesti setuju!”Nada bicara Steve sangatlah serius. Alhasil, Amara tidak lagi merasa mengantuk. “Katakanlah.”“Mama jangan lihat hasil tes DNA itu lagi atau terserah Mama mau lihat atau nggak. Tapi nggak peduli apa pun hasilnya, ingat satu hal … Brandon bukanlah anggota Keluarga Setiawan. Dia bukan bagian dar
“Memangnya kenapa kalau Mama sudah membacanya? Apa semuanya penting?” Nada bicara Amara terdengar sangat datar. “Bukankah sudah ada hasilnya di hatimu?”Amara tidak pernah menyangka putranya bisa mengakhiri nasib seseorang.Awalnya Amara bisa menyetujui Steve untuk melakukan tes DNA, murni hanya karena dia merasa curiga saja. Sebab, masalah hubungan darah tidak boleh diremehkan. Jika Brandon memang bukanlah cucu kandungnya, itu berarti menantunya itu telah membesarkan anak haram di rumahnya dan merebut harta kekayaan keluarganya.Namun, sekarang hasil tes DNA sudah keluar dan hasilnya tidak seperti yang dikatakan Steve.“Ma, Mama setuju, ya? Ini adalah kesempatan terbaik!” Steve memelas.Setiap kali Steve menurunkan egonya dan memelas bagai seorang anak kecil, hati ibunya pasti akan luluh, lalu memenuhi seluruh permintaannya.Seperti waktu itu, Amara setuju untuk bekerja sama dengan Steve, membawa Brandon dan Yuna untuk keluar rumah. Jadi, apa pun permintaan Steve, asalkan dia memelas,
Clara pun terbengong ketika mendengar pertanyaan ibunya. “Ma, aku juga nggak tahu. Mama bikin keputusan sendiri saja!”Jika Clara tahu, dia juga tidak akan bersikap sepanik semalam.Tetiba Amara jatuh pingsan. Awalnya Clara ingin memanggil ambulans, hanya saja Amara menyadarkan diri dalam beberapa saat, lalu melarangnya. Dia tidak ingin memperbesar masalah.Jika Amara masuk rumah sakit, semua orang pasti akan heboh dengan kabar ini. Hanya saja, Amara masih belum kepikiran apa yang harus dia lakukan.“Haish!”…Steve juga tidak buru-buru untuk pulang ke rumah, melainkan pergi ke rumah sakit. Sikunya sangatlah sakit. Meski Steve tidak menggerakkannya, rasa ngilu terus terasa dan membuatnya berkeringat dingin. Awalnya Steve mengira dirinya hanya keseleo saja, tetapi setelah dilihat-lihat sepertinya kondisi sikunya lebih parah daripada yang dibayangkan.Setelah diperiksa oleh dokter dan melakukan pemeriksaan X-Ray, dokter pun menyimpulkan, “Patah tulang.”“Patah? Apa iya? Padahal aku cuma
Steve tidak menyangka orang itu akan keluar secepat ini. Dia tidak sempat mengelak dan bertatapan dengan Monica.Saking gugupnya, Steve menelan air liurnya, lalu tersenyum canggung. “Hai, kebetulan sekali?”Terlintas keterkejutan dari tatapan si wanita, dia pun berkata dengan tersenyum sinis, “Kenapa kamu bisa ada di sini?”“Aku ….” Steve menggerakan tangannya, lalu tersenyum. “Hehe!”Tak disangka ketika wanita itu melihat tangan Steve dipasang gips, dia malah terbengong. “Kamu terluka?”“Semuanya juga gara-gara kamu ….” Tiba-tiba Steve menghentikan ucapannya. Dia berpikir sejenak, lalu berkata, “Sudahlah, salah aku nggak berdiri dengan baik.”“Aku yang melakukannya?” Dia mengerutkan keningnya seolah-olah tidak mengingatnya lagi. Melihat wajah lugu Monica, Steve semakin marah lagi. Dia pun memaki dalam hati, ‘Ini kerjaan kamu atau nggak, apa kamu nggak tahu? Semalam kamu kasar sekali sama aku, aku jadi jatuh! Kamu juga sudah melihatnya, kenapa malah berlagak lugu?’Tentu saja, Steve j
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta