Yuna tidak pernah bilang pada Brandon kalau dia menyukai ketenangan dan tidak suka dengan suara bising. Awalnya Yuna pikir lelaki seperti Brandon pasti akan dikelilingi oleh banyak pelayan. Di rumahnya juga pasti akan ada sangat banyak orang yang mondar mandir.Tetapi ternyata dia justru menyukai ketenangan juga. Selain tukang bersih-bersih yang terkadang datang sesuai jam yang ditentukan, tidak ada lagi orang lain yang datang. Rumah ini menjadi luar biasa sunyi.Untuk urusan dapur dilakukan sendiri oleh Brandon. Meski keadaan seperti ini membuat rumah ini terasa sangat sepi, Yuna justru menyukai perasaan seperti ini dan tidak ada yang mengusiknya.Teh bunga tersebut diletakkan di atas lampu esensial dan dibiarkan mendidih secara perlahan. Di sampingnya diletakkan beberapa potong makanan ringan di atas piring kecil. Brandon tetap kekeh untuk tidak mengizinkan Yuna masuk ke dalam dapur, sehingga dia hanya bisa menuruti lelaki itu dan duduk dengan patuh di kursinya.Meja di depannya terp
Katanya produk baru tetapi ternyata tetap saja berasal dari komposisi yang sama. Palingan hanya jumlah dari salah satu bahan yang perbandingannya sedikit berubah, tidak ada yang baru dan membuatnya cukup kecewa.Yuna pikir dia bisa mendapatkan sesuatu hal yang baru, tapi ternyata hal tersebut hanya bisa terjadi jika dia beruntung saja.“Kalau memang semudah itu mendapatkan kejutan dan inspirasi, bukankah orang yang menjadi peracik aroma bisa sangat banyak sekali?” kata Brandon sambil membawa perempuan itu masuk dalam pelukannya.“Sudah makan, belum?” tanya lelaki itu lagi.“Sudah,” jawab Yuna. Setelah menjawab pertanyaan tersebut, dia menangkap sorot mata Brandon dan dengan cepat menambahkan, “Aku nggak masuk dapur! Hari ini aku pulang lebih cepat jadi makan di luar dulu.”“Kamu nggak tunggu aku?” Brandon menyipitkan matanya dan nada suaranya terdengar kecewa.“Aku … aku tadi kelaparan,” kata Yuna. Padahal hanya masalah kecil, tapi kenapa dia merasa baru saja melakukan kesalahan besar?
Seketika kata-kata itu terucap dari mulutnya, Yuna langsung sadar kalau dia telah melontarkan sebuah pertanyaan yang bodoh. Mana mungkin Brandon tidak tahu soal itu! Bekerja di perusahaan yang sama dengan suami memang bukan hal yang baik, apalagi kalau dia itu adalah bos perusahaan. Dia pasti akan langsung tahu apa pun yang terjadi. Yuna menghela napasnya dan melanjutkan ucapannya dengan nada pasrah, “Kamu kan sudah tahu, harusnya kamu ngerti kalau ini keputusan perusahaan. Aku ini cuma karyawan biasa, jadi aku cuma bisa nurut saja.” “Kedengarannya kamu nggak suka, ya? Kalau kamu nggak mau pergi ….” Namun sebelum Brandon selesai bicara, Yuna langsung memotongnya, “ Siapa bilang aku nggak mau. Aku bukannya nggak mau nyapa, tapi nggak sempat. “Perbedaan suhu antara siang dan malam di sana lumayan jauh, jangan lupa bawa jaket,” pesan Brandon menyudahi obrolan mereka. Jujur saja, Yuna cukup terkejut dengan sikap Brandon. Awalnya dia pikir Brandon akan keberatan, tapi ternyata dia mal
Logan pun hanya bisa tersenyum pasrah dan berkata, “Kamu juga tahu aku sayang banget sama kamu, jadi kamu jangan berbuat sembarangan, ya? Pokoknya aku nggak suka cara dia ngelihat kamu.” Setiap wanita pasti akan bahagia ketika melihat pasangannya cemburu. Valerie pun menyipitkan matanya dan masuk ke dalam pelukan Logan. “Kamu cemburu, ya? Sudah lama aku nggak lihat kamu cemburu kayak begini. Aku senang banget, deh! Kalau begini, aku jadi semakin pengin pergi bareng sama Lawson,” ujar Valerie bergurau. “Coba saja kalau berani!” ancam Logan sambil melingkari leher Valerie dengan kedua tangannya, “Kalau kamu berani selingkuh sama dia, aku patahin kakimu!” “Duh, galak banget, sih!” ledek Valerie seraya menjulurkan lidahnya. “Kamu tenang saja, kalaupun dia tertarik sama aku, aku nggak bakal ngapa-ngapain sama dia, apalagi … di saat kayak begini.” “Apa maksud kamu?” tanya Logan. “Aku ….” Awalnya Logan masih tidak sadar apa maksud dari ucapan Valerie, tapi setelah dia tersadar, tanpa di
Seketika kata-kata itu terucap dari mulutnya, Yuna langsung sadar kalau dia telah melontarkan sebuah pertanyaan yang bodoh. Mana mungkin Brandon tidak tahu soal itu! “Itu artinya kamu nggak percaya sama aku!” seru Valerie. “Bukan begitu maksudku. Kalau mau pergi, ya pergi saja.” Logan tidak lagi memberikan kesempatan bagi Valerie untuk berargumen karena dia sudah mencapai batas toleransinya. Sebenarnya Logan juga ingin pergi. Dengar-dengar, di pertemuan kali ini akan ada banyak peracik parfum profesional yang hadir, makanya Logan ingin datang untuk memperluas koneksinya. Perselisihannya dengan Yuna membuat Logan tersadar akan betapa pentingnya talenta seseorang. Maka dari itu dia harus mencari lebih banyak orang yang bertalenta supaya operasional perusahaan tidak terganggu begitu mereka pergi. Namun sayangnya, Logan juga harus menangani masalah terkait minyak esensial yang sedang dia kerjakan. Dia harus mengawasinya secara langsung sehingga tidak punya waktu untuk pergi. Sebenarny
Di dalam pesawat, tepatnya di bagian kabin first-class … diam-diam Valerie menunjukkan rasa senangnya. Secara spontan, dia juga mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk mengamati seperti apa suasana di kabin first-class, yang jelas jauh berbeda dengan kabin ekonomi. Valerie pun menatap Lawson yang berada di sebelahnya, karena berkat dialah Valerie bisa menikmati semua ini. Valerie memang sudah sering naik pesawat bersama dengan Logan dulu, tapi tidak pernah sekali pun mereka naik first-class. Logan selalu bilang kalau membangun usaha itu tidak mudah, jadi mereka harus berhemat. Kebetulan pengeluaran perusahaan memang sedang besar-besarnya, jadi Valerie berusaha untuk memahaminya dengan harapan suatu saat nanti semua usaha mereka akan membuahkan hasil dan bisa jadi kaya raya. Namun sekarang, Valerie tidak perlu bisa naik kabin first-class dan menikmati semua kenikmatan hidup ini tanpa perlu susah payah berjuang. “Pak Lawson, aku benar-benar merasa terhormat bisa ikut ke acara kali
Logan pun hanya bisa tersenyum pasrah dan berkata, “Kamu juga tahu aku sayang banget sama kamu, jadi kamu jangan berbuat sembarangan, ya? Pokoknya aku nggak suka cara dia ngelihat kamu.” “Kebetulan banget, ya, kalian bisa ketemu di sini!” kata Edith sambil mengatur tempat duduknya. “Bakal ada keributan apa lagi kali ini?” “Nggak ada,” jawab Yuna, “Aku juga diam-diam saja selama dia yang nggak cari gara-gara duluan.” Tujuan dari perjalanan Yuna kali ini adalah pekerjaan, dan dia cukup bijak untuk membedakan mana hal yang penting dan mana yang bukan. Tidak mungkin dia akan menimbulkan kesulitan bagi perusahaan hanya karena Valerie seorang. “Apa maksudnya itu? Kamu janji nggak bakal bikin masalah selama dia juga nggak resek, ‘kan?” tanya Edith. “Eh, orang asing yang duduk di sebelah dia kayaknya lumayan familier.” Semua orang tentu sudah tidak asing lagi dengan Logan, tapi pria yang duduk di sebelah Valerie itu masih tampak asing. Yang jadi masalah adalah, Valerie dan pria itu tampak
Seketika kata-kata itu terucap dari mulutnya, Yuna langsung sadar kalau dia telah melontarkan sebuah pertanyaan yang bodoh. Mana mungkin Brandon tidak tahu soal itu! Begitu pesawat tiba di bandara tujuan, sudah ada orang dari perusahaan masing-masing yang menjemput mereka. Orang yang bertugas menjemput Valerie tentu saja sudah diatur oleh Logan, bahkan hotel dan segala akomodasi lainnya juga sudah diurus. Namun ketika Valerie sudah berada di depan mobil, dia tiba-tiba berhenti dan memperhatikan sekeliling. Dia ingin melihat mobil apa yang dinaiki oleh Yuna. New Life memang berada di bawah naungan Uniasia, tapi tetap saja mereka hanyalah perusahaan kecil. Jika hanya membandingkan soal besarnya skala perusahaan, sudah jelas VL yang menang. Paling-paling Yuna naik first-class hanya untuk pamer. “Bu Valerie?” sahut orang yang bertugas menjemputnya karena Valerie hanya diam saja di depan mobil. “Oh, iya,” balas Valerie. Namun, ketika dia baru saja menginjakkan kaki ke dalam mobil, seket
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S
Kemampuan medis Yuna tak diragukan membuat Fred kagum kepadanya, tetapi Yuna punya perang yang lebih penting dari itu. Lagi pula sifat Yuna yang sangat keras membuatnya tidak mungkin dijadikan kawan oleh Fred. Dibiarkan hidup juga tidak ada gunanya.“Bagus … bagus sekali!”Setelah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, Fred menarik napas panjang dan mengatur kembali emosinya. Dia mengucapkan kata “bagus” berulang kali, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Selama ini selalu dia yang mengerjai orang lain. Tak pernah sekali pun Fred berpikir dirinya tertipu oleh sebuah trik murahan. Bukan berarti Fred bodoh karena tidak menyadari hal itu, hanya saja terlalu banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.“Yuna, kali ini kamu menang! Tapi sayang sekali kamu nggak akan bisa melihat akhir dari semua ini! Sebentar lagi kita sudah mau masuk ke tahap terakhir dari R10. kamu sudah siap?”Fred menyunggingkan seulas senyum yang aneh di waja
“Tadi kamu ada diare lagi?” Yuna bertanya.“Nggak ada,” jawab Fred menggeleng, tetapi dia marah menyadari dirinya malah dengan lugu menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan. “Itu nggak ada urusannya! Sekarang juga aku mau obat itu!”“Sudah nggak sakit perut dan nggak diare, rasa mual juga sudah mendingan, ya? Paling cuma pusing sedikit dan kadang kaki terasa lemas. Iya, ‘kan?”Fred tertegun diberikan sederet pertanyaan oleh Yuna, dia pun mengingat lagi apa benar dia mengalami gejala yang sama seperti Yuna sebutkan.“Kayaknya … iya!”Meski sudah berkat kepada dirinya sendiri untuk tidak terbuai oleh omongannya, tetap saja tanpa sadar Fred menjawab dengan jujur. Setelah Fred menjawab, Yuna tidaklagi bertanya dan hanya tersenyum.“Kenapa kamu senyum-senyum?! Aku tanya mana obatnya, kamu malah ….”“Pencernaan kamu sehat-sehat saja, nggak kayak orang yang lagi keracunan!”“Kamu ….”Fred lantas meraba-raba perut dan memukul-mukul dadanya beberapa kali. Dia merasa memang benar sudah jauh lebi
“Gimana caranya aku bisa memastikan kalau anak-anak yang suamiku terima itu benar-benar anakku?”“Hmm? Mau beralasan apa lagi kamu?”“Nggak, aku cuma mau memastikan kalau mereka itu benar anakku, bukan anak orang lain yang dijadikan pengganti.”Sebelumnya Yuna juga sudah berpikir adanya kemungkinan ini terjadi, tetapi ketika melihat Brandon membawa kotak itu dan memeriksa napas anak-anaknya, dia hampir meneteskan air mata. Brandon dikenal sebagai orang yang sangat dingin, tetapi Yuna bisa melihat sewaktu Brandon melakukan itu, jarinya sampai gemetar. Kelihatan sekali selama beberapa hari ini dia juga sangat menderita.Semenjak memutuskan untuk masuk ke tempat ini, Yuna tidak mengira akan terperangkap di sini untuk waktu yang sangat lama, bahkan sampai anak-anaknya lahir. Sudah sebulan penuh sejak kelahiran mereka, tetapi Yuna masih bisa bisa keluar. Bahkan ada kemungkinan dia akan terperangkap di sini untuk seumur hidup.Hidup atau mati sering kali terjadi hanya dalam sekejap mata dan
“Yang perlu kita curigai sekarang adalah kalau anak-anak ini bukan punyaku, berarti mereka siapa? Dan dari mana datangnya mereka? Tapi kalau benar mereka anakku … apa mau mereka?”“Apa mungkin mereka mau menggunakan anak-anakmu untuk mengancammu?” kata Shane. “Atau ….”“Atau apa?”“Nggak, nggak apa-apa! Aku cuma asal ngomong saja.”Mendengar Shane bilang begitu, Brandon juga tidak bertanya lagi lebih dalam. Brandom mengamati raut wajah Chermiko kelihatannya kurang begitu baik. Dia tampak sangat serius dengan kening yang mengerut.“Apa pun keadaannya, anak-anak ini sudah ada di tangan kita. Kita tetap harus merawat mereka dengan baik. Kalian berdua tidur saja dulu, biar aku yang jaga mereka.”“Jangan, kamu sudah kelelahan dari beberapa hari belakangan. Banyak hal yang perlu kamu ambil keputusan langsung, jadi kamu saja yang tidur, biar aku yang jaga!” kata Shane.“Kalian berdua tidur saja. Aku dokter, biar aku yang jaga!” ucap Chermiko.“Sudah, sudah, jangan diperdebatkan lagi! Kemungki
Kotaknya sangat berat, bisa dipastikan isi kotak itu adalah sesuatu yang cukup besar. Napas Brandon mau berhenti rasanya membawa kotak itu, dia lantas membuka tutupnya dengan sangat pelan dan hati-hati ….Benar saja, di dalam kotak itu ada dua orang bayi yang terbungkus rapi dengan selimut. Kedua anak itu tertidur dengan sangat lelap. Brandon merasa sedikit lega melihat kedua anak itu, tetapi masih ada satu hal yang perlu dia pastikan. Dia mendekatkan jarinya ke hidung ke dua anak it untuk memastikan apakah mereka masih hidup. Dan ternyata ya, kedua anak itu memang sedang tertidur lelap dan masih bernapas.“Isinya benar anak-anak!” seru Brandon.Shane nyaris saja meneteskan air mata mendengar itu. Dia bahkan terlihat lebih bahagia daripada Brandon karena apa yang terjadi pada Nathan membuat dia memiliki empati yang kuat, seolah kedua anak di dalam kotak itu adalah anaknya sendiri. Selama kedua anak itu dapat mereka selamatkan, Shane masih punya harapan kalau suatu saat Nathan juga past
Hari perlahan mulai gelap sementara Brandon menunggu di lokasi yang dijanjikan. Sesuai dengan isi pesan tersebut, Brandon menunggu di jalan Tangkira dan berdiri di bawah pohon urutan keenam. Orang yang diutus oleh Edgar juga sudah bersiaga di perimeter. Begitu mereka melihat ada seseorang yang melakukan transaksi dengan Brandon, mereka akan langsung mengamankannya. Semuanya sudah berjalan sesuai rencana, tetapi Brandon masih merasa sedikit cemas meski tidak begitu tampak dari luar.Tidak pernah dia merasa setegang ini sebelumnya, bahkan ketika waktu dia pertama kali mengambil alih Setiawan Group. Membayangkan sebentar lagi dia akan bertemu dengan anak kandung yang belum pernah dia temui sebelumnya membuat detak jantung Brandon berdegup kencang, apalagi saat memikirkan kalau ini hanyalah perangkap.Bagaimana kabar Yuna dan anak-anaknya di sana? Dokter itu juga tidak pernah muncul lagi setelah dia menawarkan diri untuk menjadi mata-mata. Brandon curiga dia mungkin sudah tertangkap oleh F