Orang yang punya banyak uang itu adalah orang yang paling bahagia! Ke mana pun mereka pergi, mereka akan mendapatkan perlakuan yang berbeda dengan kebanyakan orang.Lokasi kamar Valerie berada di lantai yang lebih rendah, makanya dia diantar duluan ke kamar. Valerie mengerutkan kening begitu dia membuka pintu kamarnya. Sebenarnya, kamar dia hanyalah kamar standar. Ukuran kamarnya memang lebih besar dibandingkan kamar-kamar di hotel biasa, tapi tetap saja kamarnya hanya berbentuk studio. Di dalamnya ada kamar mandi, microwave, dan juga kulkas. Semua fasilitas dasar memang sudah terpenuhi, hanya saja ini jauh berbeda dengan apa yang dia bayangkan. “Val, barang kamu kutaruh di sini, ya. Istirahat dulu, gih. Aku mau ke kamarku dulu!” kata Lawson sambil menepuk bahu Valerie. Melihat Lawson hendak keluar Valerie pun segera mencegatnya, “Tunggu!” “Hm?” “Er … sekarang aku masih belum terlalu capek, dan kamu juga bawa banyak barang. Boleh, nggak, kalau aku duduk-duduk sebentar di kamar kamu
Seketika itu juga tubuh Valerie langsung menegang. Spontan dia ingin melepaskan diri, tapi dia mendengar suara yang berbisik di telinganya, “Kamu suka di sini?” Nada Lawson terdengar sedikit nakal, tapi hal ini jugalah yang mengingatkan Valerie bahwa Lawson berada di atasnya, dan Valerie tidak mungkin berani menyinggung perasaannya. Valerie tidak berani bergerak sembarangan dan hanya bisa mengangguk dengan gerakan yang amat kaku. “Suka.” “Kamu … mau punya semua ini?” tanya Lawson. Kali ini, gerakan tubuh Valerie menjadi jauh lebih luwes dan lincah. Lantas dia pun menjawab, “Mau! Tentu aku mau!” Sepanjang hidupnya ini, Valerie terus bermimpi dia bisa berada di masyarakat kelas atas, menjadi seorang istri yang kaya raya dan dimanja, bisa menikmati semua kemakmuran yang dia miliki, dan tidak lagi harus bekerja keras. Pergaulan menentukan level di mana Valerie berada. Satu-satunya orang yang bisa dia andalkan saat ini hanyalah Logan. Valerie menganggap Logan sebagai saham blue chip y
“Hm?” Reaksi yang diberikan oleh Lawson berada di luar perkiraan Valerie. Valerie sontak mendongak dan melihat Lawson sudah mengambil sekaleng bir dari kulkas. “Val, kamu terlalu banyak mikir,” kata Lawson sambil menggelengkan kepala, “Aku kira kamu bakal ….” Lawson melirik matanya ke sana kemari seperti sedang memikirkan sesuatu, lalu dia mengangkat bahunya dan berkata, “Aku kira kamu bakal lebih open minded, tapi ternyata kamu juga kolot orangnya. Kita kan lagi di luar, dan kita juga sama-sama senang, jadi untuk apa terlalu banyak mikir. Aku bisa kasih apa pun yang kamu mau, dan kamu juga bisa bikin aku puas. Bukannya justru bagus? Kenapa kamu malah harus mikul beban yang berat begitu?” Lawson terlihat begitu cuek seolah penolakan dari Valerie bukanlah sesuatu yang besar. Valerie pun jadi merasa malu ketika menghadapi Lawson. “Tenang saja. Aku nggak bakal maksa orang lain cuma demi kesenanganku sendiri. Kalau kamu nggak suka, ya nggak masalah! Tapi aku mau istirahat sekarang!” k
Sekali lagi Valerie memperhatikan kamarnya begitu mendengar pertanyaan dari Logan. Hanya saja, isi kepala Valerie masih dipenuhi dengan bayang-bayang kamar Lawson. Dia pun menarik napas panjang dan dan berkata, “Yaah, lumayan.”“Lumayan doang? Asal kamu tahu, ya, harganya nggak murah, lho,” ujar Logan kesal.“Nggak seberapa, lah,” balas Valerie cuek karena sudah malas membahas masalah ini lebih jauh lagi.“Apanya yang nggak seberapa. Selisih harga sama hotel lain bisa sampai ratusan ribu,” ujar Logan yang masih belum mengerti perkaranya, “Val, perusahaan kita memang sudah lumayan sekarang, tapi kamu juga lihat sendiri, ‘kan. Kita masih punya banyak masalah, kita masih harus cari tenaga kerja yang spesialis di bidang pembuatan parfum, belum lagi harus memperluas target pasar. Kita harus hitung semuanya dengan rinci. Mungkin sekarang kita harus susah sedikit, tapi nanti ….”“Nanti-nanti terus! Mau nanti sampai kapan?!” bentak Valerie, “Yang aku mau itu sekarang, detik ini juga! Kamu sela
Logan masih berusaha memanggilnya beberapa kali, tapi panggilan itu sudah terputus sehingga dia pun jadi merasa murung.Yuna …? Dia juga sedang berada di Argana?Logan jadi ragu sesaat dia mengingat kembali ucapan Valerie barusan. First-class? Rolls-Royce? Memangnya perusahaan New Life punya uang sebanyak itu? Atau mungkin Uniasia yang memberikan bantuan dana kepada mereka?“Pak Logan,” tiba-tiba seseorang dari lab datang dengan raut wajah yang bahagia, “Produk barunya sudah jadi, kualitasnya sama persis kayak yang terakhir kali.”“Serius?!” sahut Logan dengan penuh semangat, tapi dia kembali menenangkan dirinya dan bertanya, “Sudah diuji coba? Beneran sama persis? Ingat, nggak boleh ada perbedaan sedikit pun!”Parfum buatan Yuna seakan memiliki sihir yang sangat istimewa. Orang yang menyukainya pasti akan menjadi pengguna setia. Namun, jika aromanya beda sedikit saja, mereka tidak akan mau membelinya. Karena alasan inilah, insiden kali ini mengundang begitu banyak pertentangan.Logan
“Pak Logan?”Stella mengedipkan matanya agar dia jadi lebih segar dan bertanya kepada atasannya itu, “Ada apa Pak Logan kemari?”“Aku dengar kamu lagi cuti. Sebagai atasan, memangnya nggak boleh kalau kau perhatian sedikit ke anak buah?” jawab Logan sambil berdiri di depan pintu, seolah dia sudah tahu kalau Stella sedang mengawasinya melalui lubang intip, dan dia pun mendekat ke lubang itu.Wajah Logan yang tiba-tiba membesar membuat Stella terkejut sampai-sampai dia pun spontan mundur.“Wa-waaah!”“Stella, kamu mau aku ngobrol sama kamu di depan pintu terus kayak begini?”“Aku … lagi sakit, dan sekarang aku cuma sendirian di rumah.”Toh Stella juga sudah menyampaikan apa yang harus dia sampaikan, dan tidak ada untungnya juga dia menyambut kedatangan Logan. Untung saja ibunya Stella sedang pergi membeli sayur di luar, kalau tidak ….Tiba-tiba saja Stella mendengar suara yang tidak asing dari luar.“Eh, siapa ini?”“Halo, Bu, aku atasannya Stella. Namaku Logan, CEO-nya VL.”“Oooh, bosny
Namun, tak disangka Logan malah mendatanginya langsung.“Kamu kenapa?!” seru ibunya Stella sambil memukul sang anak, “Akhir-akhir ini kamu selalu kelihatan aneh, dan di kantor juga cuti terus. Ternyata kamu malah malas-malasan! Mau jadi apa kamu?!”Stella sedikit pun tidak berusaha untuk menghindar dan hanya bisa berkata dengan pasrah, “Mama nggak usah ikut campur. Urus saja urusan Mama sendiri.”“Kalau nggak mau Mama ikut campur, kamu sendiri kerja yang benar, dong! Bos kamu saja sampai datang ke sini. Coba kasih tahu Mama, kamu kenapa?”“Ma ….”Logan yang sedang mengamati mereka cukup menikmatinya, seolah dia sedang melihat sebuah drama. Setelah menyaksikan Stella dipukul beberapa kali, barulah dia melerai mereka berdua, “Tante, aku yakin Stella pasti punya alasan dia sendiri, jadi jangan salahin dia. Aku datang kali ini juga bukan bermaksud nyalahin dia. Aku cuma mau kasih sedikit perhatian, takutnya Stella lagi nggak enak badan atau mungkin lagi ada kesulitan.”“Pak Logan, kalau ad
Ketika tatapannya bertemu mata perempuan itu, Logan langsung tahu apa yang dipikirkan olehnya. Dia tersenyum miring dan bertanya, “Kenapa? Nggak percaya? Kalau nggak percaya kamu boleh lihat sendiri di laboratorium. Atau kamu boleh tanya orang lain juga.”“Stella, kamu jangan bodoh! Kamu pikir Yuna bakalan bisa memberikanmu sesuatu? Dia sudah pergi, sekarang setelah dia hidup bebas apakah pernah mencarimu dan menanyakan kabarmu lagi? Kamu tahu nggak, bahkan tiket pesawat saja dia memesan yang kelas bisnis! Jemputannya juga mobil Rolls-Royce, tapi kamu? Kamu hanya bisa tinggal di rumah kontrakan seperti mama kamu!”“Sekarang kamu marah dengan saya dan berhenti kerja, memangnya tabungan dari gaji kamu selama ini bisa untuk bertahan berapa lama? Satu tahun, dua tahun atau tiga bulan, lima bulan? Setelah itu gimana? Kamu sudah memikirkannya belum?!”“Kontrak kerja sama kamu masih ada dua tahun akan berakhir, sebelum berakhir saya akan menahanmu! Surat pengunduran diri kamu juga nggak akan