Bukan hanya Alister yang terkejut, namun Attar juga. “Kakak serius?”Tentu saja Attar tidak setuju. Meskipun sebenarnya tak tega jika keponakannya dibawa pergi dalam keadaan hujan begini. Kesempatan sekecil apa pun pasti akan dimanfaatkan oleh Alister. Sebab, itulah tujuan lelaki itu sampai rela datang setiap hari. “Iya. Aku tidak akan membiarkan anakku kehujanan. Kalau Tuan mau pulang setelah hujan reda, terserah. Tapi, aku melarang Tuan membawa Arka pulang malam ini,” balas Naomi seraya membawa Arkana masuk ke kamarnya tanpa menunggu tanggapan Alister. Sekalipun Alister melarang, Naomi tetap tidak akan mengizinkan lelaki itu membawa Arkana pulang. Meskipun setelah hujan benar-benar reda. Sebab, cuaca seperti ini sangat rentan untuk kesehatan putranya. Jika sampai anaknya sakit, ia akan semakin sedih. Setelah Naomi memasuki kamar, Attar langsung menatap Alister dengan sorot tajam. “Jangan mencoba-coba menyelinap masuk ke kamar kakakku. Terserah Tuan ingin tidur di mana. Kamarku se
“Eh, maksudnya Tuan Raga. Maaf,” ralat Naomi. Naomi mengerjapkan mata, takut salah mengenali orang. Namun, ternyata sosok di depannya ini adalah Raga. Sepupu suaminya. Dan itu berarti, Raga lah pemilik toko fashion tempatnya melamar pekerjaan ini. Ia memang tidak mencari tahu siapa pemilik toko ini. Naomi yang sedari tadi sudah berdebar tak karuan dibuat kian gelisah. Mengingat Raga dan Alister yang sering, bahkan selalu berseteru setiap kali bertemu, membuatnya ragu akan diterima di sini. Meskipun sekarang dirinya sudah tidak memiliki hubungan sama sekali dengan lelaki itu. Akan tetapi, jika diberi kesempatan, Naomi tidak akan mundur. Ia akan mengusahakan yang terbaik. Sebab, mencari pekerjaan bukanlah perkara mudah. Terlebih jenjang pendidikannya hanya SMA. Sedangkan di luar sana ada banyak sekali yang sudah mencapai gelar Sarjana, bahkan Magiter. Raga yang tadinya sedang duduk di kursi kebesarannya langsung bangkit dan melangkah menghampiri Naomi yang berdiri kaku di depan pin
Bug!Satu bogem mentah langsung mendarat di rahang bawah Raga. Wajah lelaki itu terlempar ke samping dengan sudut bibir yang mengeluarkan darah segar. Naomi spontan memekik dan menarik Alister menjauh dari Raga. Namun, Alister tak bergeming sama sekali. “Tuan, aku hanya bekerja di toko milik Tuan Raga. Tuan Raga mengantarku karena aku kesulitan mendapat akomodasi. Tapi, lain kali tidak akan terjadi lagi,” ucap Naomi. Berusaha menjelaskan pada Alister agar suasana tidak semakin memanas. Akan tetapi, sepertinya jawaban Naomi malah semakin menyulut emosi Alister. Lelaki itu menarik Naomi ke belakang tubuhnya. Seolah ingin melindungi wanita itu dari sang sepupu. Padahal yang tampak lebih berbahaya adalah lelaki itu sendiri. Raga menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah sembari berdecih sinis. Tak tampak kemarahan sama sekali dari wajah lelaki itu, sepertinya tetap santai, seolah tak terjadi apa pun. Berbanding terbalik dengan Alister yang sedari tadi menguarkan aura permusuhan sa
“Kamu sengaja tidak mau bertemu Arka lagi?” sahut Alister tanpa menerima box ASI yang Naomi berikan padanya. Ia tak mengira istrinya akan memberikan ini padanya. Naomi mendengus pelan. Pertanyaan seperti itu lagi. Tetapi, itu tidak akan mengubah keputusannya. “Sudahlah, terima saja, Tuan. Sebentar lagi aku harus berangkat kerja.”Sejak kemarin Naomi tidak bertemu Arkana. Tentunya, ia sangat merindukan bayinya. Rasa bersalah pun masih terasa. Namun, Naomi ingin memantapkan hati untuk menerima keadaan. Tidak boleh ada lagi keraguan. Sebab, itu sama sekali tidak berguna. Naomi memaksa Alister menerima box ASI-nya. Sebenarnya ia tidak mau seperti ini. Namun, jika hanya diberi ASI sesekali saja. Sejak awal dirinya sudah ingin menyiapkan ini, namun bingung bagaimana memberikannya pada Alister. Tetapi, untuk sekarang sepertinya tidak ada cara lain selain ini. Alister terpaksa menerima box tersebut. “Kamu benar-benar ingin bekerja?”Alister tidak rela Naomi berdekatan dengan Raga meskipun
Kabar yang Alister berikan membuat Naomi lemas. Namun, wanita itu tidak serta merta percaya. “Tuan, tolong jangan gunakan Arka sebagai alasan. Apalagi sampai—”[“Kamu pikir aku akan mempermainkan hal seperti ini? Terserah kamu percaya atau tidak. Aku akan mengirim alamat rumah sakitnya.”]Setelah itu, panggilan tersebut langsung terputus. Naomi menatap layar ponselnya yang sudah kembali menghitam dengan perasaan campur aduk. Tanpa membuang waktu lagi, ia bergegas melangkah menuju ruangan manager toko ini, meminta izin untuk pergi. Naomi tidak sepenuhnya percaya pada Alister. Akan tetapi, jika dirinya hanya berdiam di sini, hatinya akan semakin tidak tenang. Ia harus datang ke sana meskipun Alister benar-benar hanya ingin menipunya. Apalagi jika ternyata Arkana benar-benar sakit. Hari ini Raga tidak datang ke toko. Jadi, Naomi hanya berpamitan dengan managernya. Setelah mendapat izin, wanita itu bergegas mendatangi alamat rumah sakit yang Alister kirimkan padanya. Namun, begitu sampa
“Kapan kita mengurus perceraian?” Naomi mengatakan itu dalam keadaan benar-benar sadar. Rasanya wanita itu telah menunggu terlalu lama sejak dirinya pergi dari kediaman Alister dua minggu lalu. Bahkan, hampir tiga minggu. Namun, statusnya masih menggantung tidak jelas. Alister yang sudah nyaris membuka pintu berbalik dengan ekspresi dingin. Hilang sudah ekspresi santai dan hangat lelaki itu. “Apa? Cerai? Kamu tidak lihat Arka masih sakit?” “Aku tahu. Tapi, ini tidak ada hubungannya dengan kondisi kesehatan Arka. Aku butuh kejelasan. Lagipula, sudah tidak ada lagi alasan untuk menunda. Lebih cepat lebih baik. Kurasa Tuan juga berpikir begitu, ‘kan?” balas Naomi tanpa merasa bersalah. Kesannya, ia memang seperti tidak tahu tempat untuk membicarakan hal ini. Akan tetapi, sekarang mereka sudah semakin jarang bertemu, bahkan mungkin tak akan bertemu lagi. Namun, status istri yang masih Naomi sandang memberatkannya. Wanita itu ingin statusnya jelas agar dirinya benar-benar bebas. To
“Sekarang istriku hanya kamu.” Entah kenapa, kalimat sederhana itu membuat dada Naomi bergemuruh. Bahkan, setelah bermenit-menit berlalu, kalimat tersebut masih terngiang-ngiang di kepalanya. Padahal Alister hanya mengatakan fakta yang terjadi saat ini. Bukan sesuatu yang spesial. Naomi mengangkat kepala, menatap Alister yang kini sudah terlelap drngan sebelah tangan memeluknya. Sofa yang mereka tempati memang sangat sempit. Sehingga untuk bergerak saja cukup sulit. Oleh karena itu, ia tak berani banyak bergerak meskipun belum bisa tidur. Sedari tadi Naomi sudah mengantuk. Ia pikir dapat langsung terlelap nyenyak ketika berbaring. Namun, ternyata kantuknya malah menghilang. Entah karena kata-kata Alister tadi atau karena rengkuhan lelaki itu yang sudah lama tak dirinya rasakan. “Kenapa belum tidur? Mungkin sebentar lagi Arka akan bangun. Kamu butuh istirahat yang cukup. Tidurlah,” bisik Alister dengan mata yang sedikit terbuka. Naomi tersentak pelan. Tak sadar sejak kapan Alis
“Begini cara kamu menyambut orang tua?” tutur Miranda sinis pada Naomi. Naomi pun tersentak dari lamunannya dan buru-buru melangkah menjauh dari pintu. Ia tidak sadar jika dirinya malah berdiri di depan pintu dan menghalangi jalan masuk. Wanita itu mengurungkan niat untuk menghubungi tempat kerjanya dan mempersilakan Miranda masuk. Pertemuan Naomi dan Miranda selalu berakhir tidak baik. Oleh sebab itu, setiap kali mereka bertemu dirinya selaku was-was. Bukan karena takut membuat kesalahan, namun tak ingin menambah masalah dan berakhir dengan wanita paruh baya itu yang memakinya. Setelah berpisah dengan Alister, Naomi pikir tidak akan pernah bertemu lagi dengan Miranda. Wanita paruh baya itu juga pasti senang tak bertemu dengannya lagi. Dan ternyata, sekarang wanita paruh baya itu datang secara tiba-tiba, di saat Alister tidak ada. “Kenapa kamu terus menatap saya? Tidak suka saya ada di sini? Mau mengusir saya?” Miranda kembali membuka suara, masih sama sinisnya dengan sebelumnya.
Hawa dingin yang menerpa punggungnya membuat Naomi menggeliat pelan dan akhirnya terbangun. Seketika saja ia mengingat apa yang terjadi beberapa jam lalu. Wajahnya langsung bersemu. Namun, ranjang di sampingnya malah kosong. “Tidurlah, sekarang masih malam,” ucap Alister yang berdiri di sudut ruangan. Naomi spontan mengalihkan pandangan. Wanita itu mengira dirinya ditinggalkan di sini. Dalam cahaya remang-remang, ia dapat melihat siluet Alister di sudut kamar yang sedang menggendong Arkana. Mereka masih berada di kamar hotel Alister tadi. Naomi tidak tahu sejak kapan Arkana berada di sini. Ia tidak enak pada Attar jika adiknya yang membawa Arkana kemari. Ia telah mengganggu waktu istirahat pemuda itu dengan meminta dia menemani Arkana. Apalagi dirinya berjanji hanya pergi sebentar. Naomi tidak menyesal telah memaksakan jauh-jauh datang. Meskipun awalnya dibuat salah paham, setidaknya sekarang dirinya sudah lebih lega. Jika tidak begini, ia tidak akan tahu apa-apa. Walaupun masih b
Seharusnya, Naomi merasa baik-baik saja. Namun, entah ke mana matanya tiba-tiba memburam dan memanas. Kedua tangan yang berada di samping tubuhnya pun gemetar. Ia tidak tahu apa yang terjadi, namun otaknya seolah ingin menyimpulkan sendiri. Amara menatap Naomi dengan senyum miring, kemudian berjalan melewati wanita itu. Dengan sengaja Amara menyenggol Naomi hingga wanita itu nyaris terhuyung. Senyum miring Amara kian mengembang setelah melewati Naomi. Cukup lama Naomi membeku di tempat. Alister pun tampak terkejut melihat kedatangannya. Setelah tersadar dari lamunannya, Naomi lantas berbalik bersiap melangkah pergi dari sana. Namun, Alister bergerak lebih cepat dan menahannya. “Kenapa kamu ada di sini?” tanya Alister pada Naomi. Naomi berdecih sinis. “Bukannya Tuan yang menyuruhku datang?” Bisa-bisanya Alister bertanya seperti itu seolah tidak tahu apa-apa. Padahal sudah jelas-jelas lelaki itu sendiri yang memintanya datang. Ternyata, ia diminta datang hanya untuk menyaksikan Ali
Alister menunjukkan bukti perceraiannya dengan Amara satu tahun lalu pada awak media. Seluruh wartawan langsung memotret bukti perceraian tersebut dari dekat hingga seluruh keterangan yang tertera di sana benar-benar terlihat. Dan tanggal perceraian itu tepat seminggu setelah Alister menikah dengan Naomi. Naomi terkejut bukan main. Yang ia tahu Alister dan Amara bercerai baru-baru ini. Bahkan, sebelumnya pun mereka masih tinggal bersama. Naomi tidak menyangka jika sejak lama Alister dan Amara telah berpisah. Bahkan, sebelum dirinya hamil. “Kami sudah lama berpisah dan perpisahan ini tidak ada kaitannya dengan Naomi. Istriku yang sekarang. Dia salah satu karyawanku dan kami menikah karena saling mencintai. Sedangkan hubunganku dan Amara sudah selesai,” papar Alister di depan seluruh awak media. “Kuharap di antara kalian tidak ada lagi yang berpikir kalau Naomi yang menghancurkan hubunganku dengan Amara. Dan satu lagi, istriku tidak suka terekspos. Jadi, tolong jangan terlalu mengg
“Aku akan menyelesaikannya,” tutur Alister yang kini sudah duduk di samping Naomi. Naomi berjingkat kaget dan spontan menoleh ke samping. Ia tak menyadari sejak kapan Alister terbangun. Apalagi sampai sudah mengintip ponselnya juga. Ia berdecak kesal seraya mematikan ponselnya dan meletakkan benda tersebut di atas meja kecil di dekat ranjangnya. Seperti biasa, Alister selalu menghadapi masalah dengan santai. Seakan-akan yang terjadi saat ini bukanlah masalah besar. Padahal permasalahan ini dapat sangat berpengaruh pada lelaki itu. Berbanding terbalik dengan Naomi yang sedari tadi sudah panik. “Tidak semudah itu, Tuan! Semuanya sudah menyebar. Orang-orang tidak akan mudah percaya,” jawab Naomi agak kesal. “Oh ya, sekalian aku juga ingin mengingatkan kalau aku adalah putri dari seseorang yang pernah menipu Tuan habis-habisan. Harusnya Tuan menjauhiku sebelum aku menguras harta Tuan juga. Aku bisa melakukannya kapan pun aku mau,” lanjut Naomi. Naomi tidak habis pikir kenapa Alister
Naomi tidak pernah merasa syok dan malu separah ini sebelumnya. Sampai-sampai ia tidak tahu harus melakukan apa dan hanya bisa duduk kaku di tempat duduknya. Sebab, untuk beranjak pergi pun tak mungkin meski dirinya benar-benar merasa tak nyaman. Naomi berusaha memaklumi Alister yang tiba-tiba membawanya ke tempat ini tanpa penjelasan di awal. Namun, seakan tak puas membuatnya syok, lelaki itu kembali berulah dan kali ini sangat fatal. Seakan sengaja ingin membuatnya menjadi bulan-bulanan semua orang. Wanita itu memberi isyarat pada suaminya akan berhenti atau meralat kalimat sebelumnya. Namun, lelaki itu bersikap masa bodoh dan terus melanjutkan pidato tanpa memedulikan dirinya. Padahal atmosfer yang melingkupi ruangan ini sudah tidak bersahabat. “Naomi bukan penyebab berakhirnya hubunganku dengan Amara. Sudah sejak lama aku dan Amara tidak cocok. Makanya, akhirnya kami memilih berpisah. Tapi, perpisahan kami baru terekspos akhir-akhir ini. Perpisahan itu tidak ada sangkut pautnya
“Kamu belum siap-siap?” tanya Alister ketika melihat Naomi malah sudah berbaring di ranjang dengan Arkana menggunakan baju tidur. Bahkan, sekarang sudah sedikit terlambat dari waktu janjian mereka karena Alister terjebak kemacetan di jalan. Namun, setelah sampai di sini, Naomi malah belum siap-siap. Lebih tepatnya memang tidak akan bersiap-siap karena wanita itu tidak mau pergi dengan Alister. Kemarin-kemarin Naomi sudah memberi kelonggaran pada Alister untuk berbuat seenaknya. Sekarang tidak lagi. Seharusnya sekarang proses perceraian mereka sudah berjalan. Dan pasangan yang akan berpisah tidak mungkin masih pergi ke mana-mana bersama. “Aku sudah makan. Tuan berangkat sendiri saja,” jawab Naomi seraya memejamkan mata. Padahal belum mengantuk sama sekali.Sekarang baru jam tujuh malam. Biasanya Naomi masih beraktivitas jam segini. Tentu saja ia belum mengantuk. Namun, ia sengaja menyelesaikan pekerjaan rumahnya lebih awal agar bisa bersiap tidur lebih awal juga. Supaya tidak perlu
“Jangan kerja dulu hari ini. Tuan harus istirahat supaya benar-benar pulih. Tapi, kalau Tuan mau pulang sekarang, silakan. Tuan bisa meminta supir menjemput,” tutur Naomi setelah mengecek suhu tubuh Alister menggunakan punggung tangannya. “Sekarang Tuan makan dulu.” Naomi membantu Alister mengubah posisi menjadi bersandar di tembok dengan bantal menjadi menopang. Naomi sudah membuatkan bubur untuk Alister. Tadinya ia ingin membeli saja agar lebih praktis. Namun, Naomi ingat jika Alister agak sensitif terhadap makanan saat sakit. Daripada lelaki itu tidak mau makan, lebih baik ia yang membuatkan bubur. Meski belum tentu juga rasanya enak. Naomi menyadari seharusnya dirinya tidak perlu repot-repot melakukan ini. Namun, ia tidak bisa berpura-pura tak peduli. Apalagi melihat kondisi lelaki itu yang terlihat sangat mengkhawatirkan. Naomi semakin tidak bisa menutup mata dan diam saja. Alister menerima suapan yang Naomi berikan tanpa membuka suara. Walaupun demam yang lelaki itu alami
Naomi berdeham pelan, lalu tersenyum kaku. Wanita itu berkedip pelan, benar-benar tak menyangka mertuanya sudi menginjakkan kaki di rumah sempitnya ini. Meskipun ia juga belum mengetahui apa tujuan kedatangan Miranda sebenarnya. “Maaf, Nyonya. Aku hanya terkejut. Silakan masuk.” Naomi membuka pintu lebih lebar, membiarkan Alister masuk dan mempersilakan Miranda untuk masuk juga. Naomi menatap Alister, bertanya lewat isyarat kenapa lelaki itu mengajak Miranda kemari. Bukannya Naomi antipati terhadap mertuanya sendiri. Tetapi, seharusnya sebelumnya Alister mengatakan jika akan mengajak Miranda juga agar Naomi bisa mempersiapkan sesuatu. Naomi tidak memiliki hidangan yang bisa disuguhkan. Ia hanya memasak sedikit untuk makan malamnya dengan Attar nanti. Seandainya Alister terus terang, dirinya pasti membeli sesuatu untuk disuguhkan. Dan yang sekarang bisa ia suguhkan hanya secangkir teh hangat dan kopi. Justru, malah Miranda dan Alister yang membawakan banyak makanan. Itu malah membu
“Kamu ingin mengundurkan diri? Kenapa? Apa gaji yang aku tawarkan kurang? Maksudku, kita bisa berdiskusi lagi. Bahkan, kamu belum mendapat gaji pertamamu,” tanya Raga spontan bahkan sebelum membaca surat pengunduran diri yang Naomi berikan. “Bukan. Bukan karena itu. Ini murni karena keputusan pribadiku,” jawab Naomi sembari menggeleng. Belum genap satu bulan bekerja, Naomi memilih mengundurkan diri. Tentu saja alasannya karena sekarang Naomi harus mengasuh Arkana. Jika dirinya masih bekerja, ia tidak mungkin memiliki waktu penuh untuk mengasuh putranya. Sebenarnya Naomi juga tidak mau melepas pekerjaan yang sudah membuatnya nyaman ini. Namun, dengan kondisinya saat ini tak memungkinkan untuk dipaksakan bekerja. Ia tahu penyerahan Arkana padanya juga salah satu cara Alister untuk membuatnya berhenti bekerja. “Sekarang aku harus mengasuh anakku juga. Aku tidak akan bisa membagi waktu untuk bekerja. Aku benar-benar minta maaf karena ini sangat mendadak. Terima kasih sudah memberiku k