Home / Romansa / Istri Keempat / 35. Riasan Wajah

Share

35. Riasan Wajah

Author: Asia July
last update Last Updated: 2021-04-28 21:08:19

Seperti yang Ria janjikan tadi, bahwa dia akan mengajari Airin merias wajah.

Di ruang keluarga yang luas, dilatari oleh suara televisi yang menyala, keempat istri Sakha duduk di sofa dan tengah sibuk dengan urusan masing-masing.

Nia sedang asik bertelepon dengan temannya di kota. Tia sedang fokus ke layar hapenya membuka sosial media. Sementara Ria merias wajah Airin sembari sesekali menjelaskan. Dan Airin sama sekali tidak fokus pikirannya dengan apapun.

Suara petir yang menggelegar di iklan sebuah merk detergen di tv mengagetkan Airin dan menyadarkannya dari lamunan. Dia membuka mata setelah sebelumnya Ria suruh tutup

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Keempat   36. Kamu Cantik

    Sepasang mata gelap yang tengah balik menatap Airin tajam di cermin itu tampak jengkel.“Apa-apaan ini?!” ucapnya. Tidak peduli seberapa sering dia menoleh ke kanan kiri untuk melihat posisi yang bagus pada wajahnya, dia tidak berhasil menemukannya. Eye shadow di matanya terlalu gelap mencolok. Eyeliner-nya juga tebal dan runcing. Contour di pipi dan hidungnya terlalu tajam. Rona merah di pipinya sedikit lebih kemerahan dari yang seharusnya. Kedua alisnya yang tipis disulap menjadi alis tebal berwarna hitam kecoklatan. Lipstik merah di bibirnya yang penuh tampak sangat menor. Belum lagi bulu mata palsu dua lapis yang membuat matanya begitu berat dan mengantuk.Airin langsung tertawa keras

    Last Updated : 2021-04-28
  • Istri Keempat   37. Amarah Dingin

    Langkah Sakha tergesa-gesa menuju ruang tamu di mana ketiga istrinya tengah berada. Televisi masih menyala, tapi mereka sibuk dengan ponsel masing-masing.Menyadari kehadiran Sakha, Tia yang kebetulan duduk menghadap samping ke arah pintu masuk langsung menoleh.“Lho, Mas? Sudah pulang?” kata Tia.Mendengar sang suami disebut, Ria dan Nia pun ikut menoleh.Saat sampai di ruang keluarga Sakha melangkah melewati mereka untuk mengambil remote tv dan menekan tombol off, bersamaan dengan itu Ria membuka suara.“Tumben sudah pulang, Mas. Bukannya Mas pergi ke—“Ucapan Ria itu terpotong ketika Sakha membanting remote tv-nya dengan kasar ke meja.“Kalian harus lebih berhemat lagi,” ucapnya dengan suara dingin.“Mas! Mas! Aku punya sesuatu untuk Mas lihat. Sini deh!” ceplos Nia, sama sekali tidak menyadari adanya aura tidak mengenakkan yang menguar di sekitar sang suami.

    Last Updated : 2021-04-28
  • Istri Keempat   38. Tidur Siang

    “Na na na na na hm hmm.” Airin bersenandung pelan, melangkah keluar dari kamar mandi sembari mengusap rambut panjangnya yang basah.Namun kemudian pintu kamarnya terbuka dengan keras, sampai-sampai membuat Airin hampir terlonjak kaget.“Tuan!” serunya, menatap Sakha kesal.Tatapan Sakha langsung berlabuh pada gadis itu dan melembut. “Maaf, apa aku mengejutkanmu?” tanyanya.Airin mendelik. “Tuan hampir saja membuat saya jantungan,” sahutnya, kemudian pergi ke meja rias setelah

    Last Updated : 2021-04-28
  • Istri Keempat   39. Hujan

    “Ini semua gara-gara kamu, Nia!” seru Ria dengan suara meninggi, setelah memastikan bahwa Sakha sudah benar-benar pergi dari sana.Nia berdiri, menatap Ria tidak terima. “Kenapa salahku?! Kak Ria yang dandanin Ririn begitu kok kenapa nyalahin aku?”Tia ikut berdiri, melerai dua wanita itu. “Sudah-sudah. Jangan diperpanjang! Nanti kalau Mas denger bisa makin parah urusannya.”Ria dan Nia pun duduk kembali dengan wajah cemberut.“Kalau begitu, ini salah Ririn,” kata Nia.

    Last Updated : 2021-04-28
  • Istri Keempat   40. Terlena

    Hujan benar-benar turun dengan sangat deras, setiap tetesnya jatuh dengan kasar seperti jarum yang menusuk-nusuk kulit. Dalam sekejap, Airin sudah dibuat basah kuyup. Dia lupa jarak dari pintu utama ke paviliun di belakang cukup jauh. Airin lagi-lagi merutuki keputusannya.Tapi ini bukan salahku! pikirnya dengan keras kepala. Baginya, ini adalah salah Sakha.Selama hampir tiga hari ini Airin sudah berhasil tidak menghiraukan kehadiran suaminya dan menjalani hidupnya dengan damai. Tapi lagi-lagi pria itu mengganggunya seperti tadi."Airin!"

    Last Updated : 2021-04-28
  • Istri Keempat   41. Lampu Di Paviliun

    Airin bergegas masuk ke dalam paviliun dan mengunci pintunya. Dia berdiri di hadapan daun pintu itu untuk beberapa saat, lalu berbalik dan bersandar di sana. Matanya terpejam, air menetes-netes dari tubuh dan pakaiannya yang basah."Tenang... tenang... jangan dipikirkan!" gumam Airin pada dirinya sendiri.Saat dirasanya mantra itu tidak berhasil. Airin mulai gelisah, dia berjalan mondar-mandir sembari mengatakan pada dirinya sendiri untuk tenang. Sebelah tangannya menyentuh dada, seolah dengan itu dia bisa menenangkan degup jantungnya yang berdetak kencang.Tadi, sesaat setelah Sakha menangkat kepalanya dari bahu Airin d

    Last Updated : 2021-04-28
  • Istri Keempat   42. Mengigau

    Bibir Airin terkatup rapat. Rasa dingin menusuk sampai tulangnya, tapi keringat tidak juga berhenti bercucuran dari pori-pori di tubuhnya. Panas dingin, itu yang Airin rasakan. Belum lagi dengan dentuman halus di kepalanya yang memberi efek begitu dahsyat.Berlapis-lapis selimut sudah Airin kenakan. Karena tadi dia berpikir bahwa ini hanyalah dikarenakan suhu udara biasa, jadi Airin berbaring di tempat tidur tertelungkup selimut tebal, berniat untuk istirahat sejenak karena semenjak selesai mandi tadi, dia merasa pusing.Pasti akan sakit, batin Airin dengan yakin. Dan benar saja, itulah yang terjadi sekarang.Su

    Last Updated : 2021-04-28
  • Istri Keempat   43. Pembelaan

    Sakha berdiri di dapur, dengan cekatan mengambil peralatan dan beberapa bahan makanan untuk dia masak. Saat melakukannya, Ria muncul di pintu dapur dengan pakaian tidur tipis."Mas?" panggilnya.Sakha menoleh. "Hm. Kamu bangun?""Iya. Mas ngapain?""Masak.""Selarut ini?" tanya Ria heran."Hm."

    Last Updated : 2021-04-28

Latest chapter

  • Istri Keempat   EXTRA PART 15 - Keluarga

    Beberapa bulan kemudian.Satu per satu impian Airin selama ini akhirnya tercapai. Tidak lama setelah dia lulus dari kuliah, dia berhasil membuka sebuah brand dan toko parfum hasil buatan dan racikannya sendiri, yang selama ini selalu dia idam-idamkan untuk lakukan. Bisnisnya masih bertaraf bisnis kecil, tapi dia melakukan semuanya dengan sukacita.“Semua adalah hasil jerih payah kamu,” kata Sakha ketika di hari pembukaan toko Airin yang ramai dikunjungi oleh orang-orang, berkat promosi dan iklan yang dia lakukan di mana-mana.“Tuan juga sudah membantu banyak,” sahut Airin, menggoda suaminya itu.Airin tidak ingin bersikap naif dengan melupakan bahwa tanpa Sakha dia tidak mungkin sampai di titik ini. Tapi Sakha bersikukuh bahwa dia tidak melakukan apa pun selain menginvestasikan uangnya ke bisnis Airin. Pria itu ingin sang istri bangga sepenuhnya kepada dirinya sendiri, yang mana sudah cukup Airin lakukan.“Aku benar-benar bangga padamu,” bisik Sakha di telinga Airin saat orang-orang t

  • Istri Keempat   EXTRA PART 03 - Henia Maulida

    EXTRA PART 03 – Henia MaulidaSuara pintu berderit terbuka terdengar menggema di rumah besar yang sepi itu. Henia melangkah masuk ke dalam, sepatunya dia lepas dan kakinya berjinjit di lantai. Sebisa mungkin dia tidak menimbulkan suara apa pun supaya tidak membangunkan orang rumah.Namun, saat langkah kakinya baru saja menginjak satu anak tangga terbawah, sebuah suara terdengar di atasnya.“Habis ke mana kamu jam segini baru pulang?”Itu suara ibunya. Henia menghela napas kasar lalu menapakkan kakinya lagi ke lantai. Lampu menyala dan raut muak di wajah Henia tampak semakin jelas.Dia melanjutkan lagi langkahnya menaiki tangga, memutuskan untuk tidak memedulikan ocehan ibunya.“Wanita tidak bersuami seperti kamu seharusnya nggak keluyuran malam-malam dan pulang pagi seperti ini.”Henia mengepalkan tangannya kuat dan menatap bayangan ibunya di atas tangga dengan tatapan tajam.“Aku bukan anak kecil lagi yang jam pulang aja harus diatur-atur,” balas Henia.“Henia! Kamu nggak dengar apa

  • Istri Keempat   EXTRA PART 02 - Amira Agistia

    “Bunda!”Tia mengangkat pandangannya dari majalah yang tengah ia baca, lalu menatap putranya yang berlari ke arahnya dengan seragam SMP berwarna putih dan biru tua. Senyum Tia mengembang, merentangkan tangan dan merangkul remaja itu dengan kasih sayang keibuan.“Bagaimana sekolah kamu?”Dean melepas ranselnya lalu mengambil sebuah kue dari atas meja. “Aku ada tugas kelompok. Rencananya, aku mau ngerjainnya di rumah temenku hari sabtu nanti,” jawabnya sembari mengunyah.Tia mengangguk. “Kamu boleh pergi.”Pandangan Dean langsung tertuju ke arah ibunya itu. “Benar?” tanyanya hati-hati.“Ya. Memang kenapa? Selama ini Bunda nggak pernah ngelarang, kan?”Kedua bahu Dean lantas tampak lesu. “Apa akhir pekan nanti Bunda bakal ada di sini sama aku?”Pertanyaan itu menyentil Tia dan membuatnya merasa sedih. “Dean, mulai sekarang Bunda bakal selalu ada sama kamu.”Dean menatap ibunya itu dan terdiam. Dia mencari kejujuran di kedua mata sang bunda, namun masih juga belum yakin atas ucapannya. Ap

  • Istri Keempat   EXTRA PART 01 - Fitria Ferdinan Putri

    Setelah bercerai dengan mantan suaminya, Ria memutuskan untuk pindah tempat tinggal ke negara tetangga, di mana di sana dia memulai kehidupan baru dengan seorang pria yang mencintainya. Ria teringat ucapan Sakha di malam saat pria itu menceraikannya, bahwa hati Ria tidak pernah berlabuh sepenuhnya kepada pria itu. Ria tidak pernah bisa mencintai Sakha. Mungkin memiliki sedikit perasaan padanya memang benar, tapi tidak pernah sampai tahap dia mencintai pria itu. Namun, ada satu pria, yang tidak pernah bisa Ria lupakan dan hilangkan dari hatinya semenjak remaja. Gani Akbar Hartono. Ria tidak pernah bilang bahwa dia mencintai Gani, tapi cinta yang diberikan Gani padanya terpampang dengan begitu jelas sehingga Ria luluh tanpa dia sadari. Sakha terlalu dingin. Gani hangat seperti matahari. Bahkan sampai sekarang, Ria kesusahan untuk berhenti membeda-bedakan dua orang itu. Dia telah hidup bahagia dengan Gani, pria yang kini telah menjadi suaminya, tapi dalam beberapa waktu pikiran Ria a

  • Istri Keempat   DEAR PEMBACA

    Halo, teman-teman pembaca semua. Kenalkan, saya Asia July, penulis kisah si istri keempat. (Sebenarnya saya dan Sakha sudah menikah siri, saya jadi istri kelimanya. :) Kisah Istri Keempat saya akhiri di bab 95. Itu karena saya sebagai istri kelima sudah saatnya bereaksi di balik layar merebut Sakha dari Airin. Jangan marah yaaa ;) Tapi, tenang saja, semuanya belum benar-benar berakhir. Akan ada EXTRA PART yang lumayan banyak! >,< Menceritakan tentang kisah Airin dan Sakha selanjutnya. Ada 1 konflik yang saya lempar, semoga nanti pembaca suka. Juga di extra part nanti, akan ada kisahnya Ria, Tia, dan Nia. Dan diakhiri dengan kisah Airin dan Sakha menanti kehamilan anak kedua. Lalu, di HIDDEN PART akan ada kisah saya sebagai istri kelima. (Ck! Sudah dibilang jangan iri!-_-) *ini becanda, gak ada hidden part!* Ucapan terima kasih saya sampaikan dengan tulus kepada teman-teman pembaca semua yang sudah membaca karya saya yang sangat penuh kekurangan

  • Istri Keempat   95. Akhir Istri Keempat [TAMAT]

    “Sekarang?” Sakha menjauhkan tubuh mereka dan menatap istrinya itu tepat di mata. “Tentu saja semuanya sudah berubah. Kamu merubah banyak hal dalam diriku dan duniaku.”Airin menangis. Dan Sakha mengusap pelan air matanya yang mengalir di pipi.“Airin?”“Hm?”“Apa kamu … mencintaiku?”“ …!”“Karena aku sangat mencintaimu.”Sontak tangisan Airin langsung terhenti. Dia menatap mata yang berwarna karamel itu, yang memantulkan cahaya lembut dari lampu di atas mereka. Airin mencari-cari, tapi dia tidak menemukan kebohongan.“Tidak masalah lagi dengan anak. Aku tidak pernah marah padamu saat tahu bahwa kita kehilangan bayi kita, harapanku saat itu hanya satu; mengambil semua rasa sakit yang kamu rasakan dan melimpahkannya padaku.“Dan tidak, Airin. Kalau kamu berpikir bahwa aku akan berpaling, maka kamu salah. Satu-sat

  • Istri Keempat   94. Karenamu

    Gelengan kepala diberikan Sakha. Kepalanya mendadak terasa berat sehingga dia pun memajukan tubuhnya, dan menjatuhkan kepalanya ke bahu Airin. Lalu berbisik, “Hanya kamu sekarang, Airin.”Tanda tanya besar menggantung dalam benak Airin. “Hanya aku? Maksud Mas, Kak Ria sudah ….”“Ya, dia bukan istriku lagi.”“Ba-bagaimana? Bukankah Mas dengan orang tua Kak Ria ….”Sakha terkekeh, ternyata Airin juga sudah tahu sejauh itu. “Aku pergi ke rumahnya. Dan berbicara dengan orang tuanya.”“Tapi bagaimana dengan perusahaan Mas?”Sakha mendesah lelah lagi. Dia menarik Airin dekat dan memeluk tubuhnya. “Aku benar-benar merindukanmu, Airin.”Dorongan adalah yang diberikan Airin sebagai jawaban dari ungkapan rindu itu. Ini bukan saatnya untuk mereka bermesra-mesraan. Ada banyak hal yang belum Sakha jelaskan padanya.Sakha menepis tangan Airin ya

  • Istri Keempat   93. Pelukan Rindu

    Seperti malam sebelumnya. Sakha masuk ke kamar dan mendapati Airin telah tertidur pulas.Sekali lagi, dia menyesal karena pulang terlalu larut malam. Dia merindukan mata indah berwarna hitam kelam itu menatapnya. Dia rindu pada suara wanita itu berbicara padanya.Sekarang semuanya sudah baik-baik saja bagi mereka. Dan Airin bertahan sampai akhir tanpa banyak protes. Mereka bisa memulai semuanya lagi dari awal, pikir Sakha.Perasaan bahagia menbuncah di dalam dadanya, membuat dia tidak bisa menahan diri untuk bergabung bersama Airin di atas ranjang dan memeluk istrinya itu erat.Sakha menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Airin, dan menghidu aromanya dalam-dalam lalu mengeluarkan suara seperti lirihan.Mustahil Airin tidak terbangun dibuatnya.Saat wanita itu membuka mata, dia terkejut, tapi tidak mengatakan apa pun. Bahkan bernapas pun dia takut, takut kalau itu akan membuat Sakha menjauh darinya. Tapi dorongan untuk membalas pelukan itu be

  • Istri Keempat   92. Rasa Bersalah

    Airin menunggu, lagi. Tapi sudah hampir tengah malam, Sakha tidak kunjung pulang. Dia memang berkata ingin pergi dari sisi pria itu, tapi nanti setelah mereka berdua berbicara. Segalanya harus diluruskan. Airin tidak ingin pergi membawa penyesalan karena kebodohannya sendiri. Namun, sampai kantuk membawa kesadarannya pergi—seperti malam sebelumnya—Sakha belum juga pulang. *** Lagi-lagi pada makan malam. Sakha tidak tahu kenapa waktu malam dan makanan menjadi waktu yang tepat baginya. Atau mungkin kali ini tidak tepat? Kemarin di makan malam bersama Tia. Sekarang di acara yang sama bersama keluarga besar Ferdinan. Ayah mertuanya yang begitu bersemangat terus menerus membahas tentang bisnis sedari tadi, seberapa tidak sabarnya dia mengutarakan ide untuk bisnis barunya di meja makan itu, sampai Sakha bahkan tidak memiliki waktu untuk menyela dan mengutarakan maksud kedatangannya malam ini. Ria duduk di samping Sak

DMCA.com Protection Status