Edbert benar-benar membuktikan ucapannya, seharian penuh pria itu memeluk Indira dengan penuh kasih sayang. Bahkan, Edbert pun tidak bosan-bosannya menciumi perut Indira. Seakan dia tak mau jauh dari kedua baby-nya dan juga Indira. Terlihat sekali jika Edbert begitu bahagia karena akhirnya dia akan segera menjadi ayah dari dua janin yang berkembang di dalam rahim Indira. Awalnya Edbert memang sangat menginginkan keturunan dari rahimnya Merry, tetapi karena kekurangan dari Merry yang ternyata tidak bisa mengandung Edbert pun pasrah.Tidak apa dia memiliki keturunan dari Indira. Toh, Edbert menyukai Indira. Edbert menyayangi Indira dan Edbert mencintai wanita sederhana yang telah mampu menggetarkan hatinya. "Terima kasih karena sudah memberikan aku kebahagiaan yang luar biasa ini," ucap Edbert haru dan juga bahagia."Sama-sama," ucap Indira dengan perasaan bahagia dan juga sedih.Bahagia karena akhirnya dia bisa mengandung, tetapi dia juga merasa sedih karena setelah melahirkan nanti
Merry mengerjapkan matanya, hari terasa masih gelap. Akan tetapi, entah kenapa telinganya menangkap jika di luar kamarnya terasa sangat ramai sekali. Seingatnya di Villa tidak ada banyak orang, hanya ada Indira, Merry, Edbert dan juga beberapa pelayan yang bertugas di sana. Namun, para pelayan dan penjaga tidak pernah seberisik itu, pikirnya. Mereka selalu melakukan pekerjaannya tanpa suara, mana berani mereka berisik di rumah Edbert Law. "Kenapa berisik sekali?" tanya Merry lirih.Merry melirik jam yang bertengger cantik di dinding, ternyata waktu masih menunjukkan pukul 4 pagi. "Masih pagi, lalu siapa yang datang? Tumben ngga ada yang ngasih tahu dulu," kata Merry lirih. Merry bahkan melihat ke arah Edbert yang terlihat masih terlena dalam buayan mimpinya. Dengkuran halus yang keluar dari bibir Edbert terdengar sangat merdu di telinga Merry. Dia terlihat sangat nyaman, mungkin karena kegiatan panas yang mereka lakukan sebelum tidur, pikir Merry. Edbert bahkan sampai mengulang
Edbert segera melangkahkan kakinya menuju ruang kerjanya. Sebelum masuk kedalam ruang kerjanya, dia melihat kamar Indira yang tepat berada di samping ruang kerjanya itu. Dia tidak mendengar ada suara apa pun dari sana, dia pun menjadi serba salah saat ini. Ingin sekali dia masuk dan mengecek keadaan Indira, tetapi hal itu dirasa tidak memungkinkan. Dia merasa khawatir, dia takut jika keluarganya tahu kalau Indira ada di dalam sana. Edbert berusaha untuk memutar otaknya. Bagaimana caranya, agar dia bisa masuk ke dalam kamar tersebut dan membawa Indira keluar dari sana? Bagaimana caranya agar Indira bisa aman dan tak terjangkau oleh keluarganya? Edbert benar-benar pusing dibuatnya, baru kali ini Edbert merasa susah untuk bernapas dan bergerak. Akan tetapi, sebelum melakukan hal itu. Edbert harus segera masuk ke dalam ruang kerjanya, dia harus mengambil hasil dari pemeriksaan yang dia lakukan bersama Indira kemarin. Edbert hanya mengambil tespek yang menampilkan garis 2 dengan foto h
Edbert berkeliling di pantai, dia berharap bisa menemukan sosok wanita yang kini mulai menguasai hatinya. Tidak ada satu pun orang di sana, Edbert langsung menjatuhkan tubuhnya di atas pasir. Tanpa terasa, air matanya luruh begitu saja. "Indira, Sayang. Kamu di mana? Jangan tinggalin, Mas. Mas sayang kamu, Mas cinta kamu." Edbert berucap dengan lirih. Rasa cinta terhadap Indira sudah mulai menguasai hatinya, apa lagi setelah tahu jika Indira mengandung buah hatinya. Rasa itu makin besar dan meluas di dalam hatinya, bahkan di dalam pikirannya pun sudah mulai dipenuhi dengan nama Indira. Saat Edbert sedang larut dalam kegundahannya, tiba-tiba saja terbersit di dalam pikirannya untuk melihat rekaman CCTV. Edbert segera berlari menuju ruang kerjanya. Dia segera menyalakan laptopnya dan langsung memeriksa rekaman CCTV-nya, dalam rekaman CCTV tersebut Indira terlihat keluar dari dalam kamarnya pukul setengah empat pagi bersama salah satu pelayan perempuan yang ada di Villa. Akan tetapi,
Setelah melepas rindu dengan istri keduanya, Edbert mengajak Indira untuk pergi ke perusahaan. Selain untuk bekerja, dia juga merasa tidak rela jika harus berpisah dengan istri keduanya."Kamu harus ikut aku, deket-deket aku terus. Jangan Deket sama pria lain," ucap Edbert posesif."Hem!" jawab Indira.Setelah bersiap akhirnya Edbert dan juga Indira pergi ke perusahaan Law, karena mereka harus tiba di sana pukul 9 pagi. Pagi ini Edbert akan melakukan meeting penting bersama dengan Lee.Sebenarnya dia merasa malas bertemu dengan pria itu, karena dia sangat menyadari jika pria itu begitu menyukai istri keduanya tersebut."Masuklah, Sayang. Kita tunggu tuan Lee datang," ucap Edbert kurang senang."Iya, Sayang." Indira tersenyum hangat, lalu dia masuk ke dalam ruang meeting dan duduk seraya mempersiapkan berkas penting untuk meeting yang akan dilaksanakan sebentar lagi.Edbert ikut masuk ke dalam ruangan tersebut, lalu dia duduk tepat di samping istri keduanya. Baru saja dia duduk di sampi
Indira sebenarnya sangat merasa kasihan kepada Lee, karena walau bagaimanapun juga pria itu pernah berperan penting di dalam hidup Indira. Di saat Indira kecil sedang menangis, Lee yang selalu ada untuk menenangkan Indira. Setiap hari Lee selalu datang dengan membawa permen dan balon untuk menghibur Indira kecil. Lee tanpa merasa risih selalu saja berusaha untuk membahagiakan Indira. Padahal, Lee adalah orang kaya. Namun, dia selalu bergaul dengan siapa saja tanpa memandang kasta. Bahkan, Lee juga selalu datang untuk memberikan kata-kata penyejuk untuk Indira. Lee sudah seperti oase di padang pasir yang gersang, selalu bisa membuat Indira sejuk dengan siraman kasih sayangnya. Akan tetapi, Indira sadar diri. Jika dia sekarang sudah bersuami, apa lagi semenjak Indira hamil, Edbert jadi posesif. Edbert terlihat marah jika Indira terlihat menatap wajah pria lain, Edbert terlihat marah jika Indira terlihat memuja pria lain. Walaupun pria itu tidak nyata keberadaannya, karena pria itu ha
Edbert nampak gelisah, dia sangat takut jika tuan Wilson akan mengingat dirinya yang berjalan bersama Indira pagi tadi. Karena dia juga masih mengingat dengan jelas saat mereka berjalan beriringan, bahkan dia sempat menegur tuan Wilson. "Tapi, Tuan. Kakak saya berada di rumah, dia tidak menginap di hotel ini. Saat kami tiba dia sedang tidur dengan pulas." Shamanta sangat mengingat dengan benar, saat baru datang dia masuk ke dalam kamar Edbert secara diam-diam karena begitu rindu dengan pria itu. Shamanta bisa melihat Edbert yang tertidur dengan pulas. Bahkan, Edbert terlihat kelelahan. Dia tidur sambil mendengkur dengan lumayan kencang, pria itu begitu betah memeluk istrinya dengan posesif. Hal itu yang membuat Shamanta yakin jika Edbert habis menggempur istrinya, mereka terlihat polos. Tubuh mereka hanya terbalut selimut tebal yang menutupi tubuh polos mereka sampai sebatas dada. Bilanglah Shamanta termasuk adik yang kurang ajar, tetapi itu tidak sepenuhnya salahnya. Karena kamar
"Ngga boleh minta lagi?" tanya Edbert."Ngga boleh," jawab Indira.Awalnya Edbert merasa kecewa mendengar jawaban dari istri keduanya, tetapi setelah Indira mengingatkan tentang kehamilannya Edbert langsung paham."Baiklah! Hanya peluk," ucap Edbert pada akhirnya .*Malam telah menjelang, Edbert masih setia memeluk Indira dengan posesif, tangan kanannya bahkan masih setia mengelus perut Indira. Edbert seakan begitu enggan untuk melepaskan Indira, dia seakan enggan untuk berjauhan dengan Indira. Edbert hanya ingin menikmati kebersamaannya bersama dengan Indira, baginya Indira adalah wanita pembawa kebahagiaan. Baginya, Indira seperti mentari pagi yang begitu menghangatkan. Edbert merasa sangat nyaman saat dirinya bisa terus bersama dengan Indira. Selama mereka bersama, bahkan Indira tidak di perbolehkan untuk memakai baju, karena Edbert ingin mengelus dan mencium perut Indira. Walaupun tidak boleh lagi, tetapi Indira diharuskan untuk melepas semua pakaiannya.Dia seolah begitu bangga
Keesokan harinya.Anthony dan Melly datang ke rumah Edbert, karena memang ada yang ingin Edbert ingin sampaikan kepada mereka berdua. Tiba di kediaman Edbert, Anthony dan juga Melly langsung disambut gembira oleh Indira. Bahkan di sana juga ada Berliana Law dan juga Leo Law, mereka ikut menyambut kedatangan keduanya."Selamat datang Kakak-ku, Sayang." Indira langsung memeluk Melly dengan erat. Memeluk wanita yang merupakan sahabatnya sejak lama, wanita yang selalu berperilaku baik terhadap dirinya. Wanita yang mau berbagi senang dan juga susah dengan dirinya."Terima kasih untuk sambutannya," ucap Melly seraya tersenyum. Indira terlihat tersenyum, lalu dia mencondongkan wajahnya. Kemudian, dia berbisik tepat di telinga Melly. "Semalam kalian melakukannya berapa kali?" tanya Indira.Melly nampak tersipu mendengar pertanyaan dari Indira, menurutnya ini adalah hal yang intim. Kenapa juga Indira harus menanyakan hal itu, pikirnya. "Rahasia," jawab Melly dengan salah tingkah.Melihat
Tangannya memang berada di atas kepala Melly, tetapi bibirnya sesekali mengecupi leher jenjang istrinya, bahkan dia juga suka sekali menggigit pelan pundak Melly. "Aduh, Mas. Sakit!" keluh Melly kala Anthony kembali menggigit pundaknya. Anthony memutarkan bola matanya dengan malas, karena istrinya itu terus saja melayangkan protesnya. Padahal, dia hanya merasa gemas terhadap istrinya tersebut."Yaelah, Yang. Baru juga digigit. Belum juga aku patuk," ucap Anthony seraya terkekeh. Melly langsung menatap suaminya dengan tatapan tajamnya, dia merasa tidak suka kala suaminya mengatakan hal seperti itu."Emangnya kamu ular, pake matuk segala?" tanya Melly. "Hem, aku bukan ular. Tapi, ada king kobra yang sudah sangat siap menyemburkan bisanya, bersiaplah, Sayang. Aku akan terus menyemburkan bisanya agar bisa mencetak Anthony junior di sini," kata Anthony seraya mengelus lembut perut istrinya. Mendengar ucapan suaminya, Melly nampak tersipu malu. Dia juga merasa ingin segera memiliki ketu
Hari yang Anthony tunggu-tunggu telah tiba, hari ini di sebuah ballroom hotel mewah milik keluarga Law sudah diselenggarakan acara pernikahan Anthony dengan Melly. Pasangan pengantin baru itu terlihat sangat bahagia, apa lagi dengan Anthony. Pria muda itu terlihat sangat antusias dan tidak sabar untuk menyambut malam pertamanya. Dia sudah tidak sabar untuk merasakan yang namanya nikmatnya surga dunia seperti apa, dia sudah tidak sabar untuk mengajak Melly bermain kuda-kudaan. Sayangnya keinginan Anthony tidak bisa langsung dilaksanakan, karena dia masih harus mengikuti acara resepsi pernikahan yang sudah disiapkan oleh Leon Law. Anthony dan Melly kini sedang berdiri di atas pelaminan, wajah mereka terlihat sangat bahagia. Terlebih lagi dengan Anthony, dia merasa bangga karena bisa mempersunting wanita yang dia puja.Walaupun pada awalnya dia sempat menyukai Indira, tetapi rasa itu sudah tidak ada lagi. Anthony merasa jika Tuhan tidak menjodohkan dirinya dengan Indira, tetapi tuhan
Mahendra benar-benar merasa menyesal, dia baru sadar jika Indira memanglah wanita baik hati yang terlihat begitu tulus. Bahkan kasih sayangnya terhadap Liliana Leichan saja sangat tulus, tak terlihat adanya pencitraan di sana. Pantas saja Merry sang kakak begitu memuja perempuan bernama Indira itu, pikirnya. Dia bahkan rela tinggal satu atap dengan wanita yang dia pilih sebagai madunya. Mahendra baru sadar jika itu semua dia lakukan karena Merry ingin memberikan mutiara untuk suami tercintanya. Merry ingin memberikan kebahagiaan pada suaminya lewat wanita lain yang lebih baik dari dirinya. Indira terlihat tersenyum sambil menatap Mahendra, dia bisa melihat dengan jelas jika Mahendra terlihat begitu menyesal akan perbuatan yang pernah dia lakukan terhadap dirinya dan kedua putranya. Namun, Indira tak bisa berkata apa pun. Dia hanya ingin menunggu apa yang akan dikatakan oleh Mahendra selanjutnya. Tak lama kemudian, Mahendra terlihat memberanikan diri untuk menatap Indira. Kemudian,
Dua minggu sudah Mahendra mendapatkan perawatan di Rumah Sakit, wajahnya sudah terlihat segar, luka di tubuhnya pun sudah terlihat membaik. Bahkan, kakinya kini sudah tidak memakai gips lagi, jika diraba kakinya sudah mulai bisa merasakan sentuhan. Selama dua minggu ini, Mahendra selalu saja memikirkan tentang Indira yang mau mendonorkan darahnya untuk dirinya. Sebenarnya dia sungguh bertanya-tanya di dalam hatinya, kenapa Indira mau mendonorkan darah untuknya. Padahal, dia sudah berbuat jahat kepada Indira, rasa-rasanya Edbert pasti sudah tahu kelakuan dirinya terhadap istrinya dan kedua putranya.Namun, kenapa mereka seakan tidak marah. Bahkan, seminggu yang lalu Indira dan juga Edbert sempat menjenguk Mahendra ke Rumah Sakit. Mereka terlihat biasa saja, Mahendra jadi berpikir, mungkinkah Indira mempunyai hati yang begitu tulus seperti yang diungkapkan oleh Merry melalui surat yang dikirimkan kepada kedua orang tuanya, pikirnya.Makanya Edbert bisa dengan mudahnya menerima keberad
Selama satu minggu Mahendra tak sadarkan diri, dokter berkata jika dia baik-baik saja. Kondisi kesehatannya juga sudah sangat bagus, hasil operasinya juga baik. Namun, dokter juga tak tahu kenapa Mahendra tak juga kunjung sadarkan diri. Liliana Leichan dan juga Archan Leichan sempat di kebingungan, mereka benar-benar takut akan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan terhadap putranya tersebut. Walaupun dokter berkata dia baik-baik saja, tetapi ketika mereka bicara dan berusaha untuk mengajak Mahendra mengobrol, sayangnya Mahendra tak pernah memberikan respon sama sekali. Mahendra seperti orang yang kehilangan semangat hidupnya, dia seperti enggan untuk melanjutkan kehidupannya. Dia seperti ingin tertidur lama, beristirahat tanpa merasakan beban dan juga tanpa merasakan tekanan di dalam hidupnya. Liliana Leichan sempat berkonsultasi dengan dokter psikologi, dia pernah berkata jika kemungkinan Mahendra mengalami guncangan yang hebat di dalam dirinya. Dia merasa lebih baik tidur la
Edbert terlihat berlari di lorong Rumah Sakit, dia mencari ruang operasi sesuai dengan apa yang diucapkan oleh seorang suster saat menelpon dirinya. Ya! Seorang suster telah meneleponnya, dia memberitahukan Edbert jika Mahendra mengalami kecelakaan hebat saat sedang mengendarai mobilnya menuju perusahaan milik keluarga Leichan. Kecelakaan tunggal yang dialami Mahendra mengakibatkan tulang kakinya remuk, karena terhimpit body mobil. Bila dilihat dari cctv jalanan, Mahendra terlihat tidak fokus saat menjalankan mobilnya. Dia terlihat membanting setir mobilnya ke arah kanan secara tiba-tiba hingga akhirnya mobil yang dikendarai oleh Mahendra langsung menabrak pembatas jalan dengan sangat kencang. Kecelakaan tidak dapat dihindari, beruntung banyak orang kala itu. Hal itu membuat Mahendra mendapatkan pertolongan dengan cepat. Tidak lama kemudian, dia melihat Liliana Leichan dan juga Archan Leichan yang sedang saling memeluk dengan wajah yang sudah basah dengan air mata. Edbert bisa me
Aku melangkahkan kakiku menuju kamar utama, saat aku membuka pintunya, Indira nampak sedang duduk di depan meja rias. Dia sedang memakai serum di wajahnya, tak lama kemudian dia memakai lotion di tangannya. Aku menghampirinya dan langsung memeluknya dengan erat. "kamu wangi, Sayang." Aku kecup dan aku cium bibirnya, aku pagut bibir itu dengan penuh hasrat.Setiap kali aku berdekatan dengan istri keduaku ini, aku selalu saja berhasrat. Dia selalu bisa memancing gairahku, padahal dia tidak sedang melakukan gerakan sensual."Mas, ih!" keluh Indira.Dia terlihat risih karena aku terus saja mengecupi leher jenjangnya, bahkan tanpa ragu Aku mengecup cerukan lehernya. "Kamu cantik banget sih, Yang." Aku kembali menyesap bibir itu, bibir yang selalu membuat aku ingin mengecup dan memagutnya.Aku sengaja berbasa-basi sebelum aku menanyakan tentang Mahendra, karena biasanya wanita itu butuh pancingan. Entah masalah obrolan biasa, ataupun masalah di atas ranjang."Iya, aku sudah cantik dan wan
POV Edbert Sore telah menjelang, rasa lelah begitu mendera tubuhku. Rasanya aku ingin sekali untuk segera pulang dan bertemu dengan istri dan juga kedua putraku. Jika sudah melihat mereka, rasa lelah pun tiba-tiba sirna entah ke mana. Aku segera bersiap lalu bergegas untuk pulang menuju kediamanku. Saat aku keluar dari ruanganku, aku melihat Anthony dan juga Melly yang sedang asyik mengobrol berdua di depan ruangan Melly. Mereka terlihat mesra sekali, sesekali Anthony terlihat mengusap lembut pipi Melly. Hal itu membuat teman dari istriku itu nampak tersipu. Aku sempat berdehem seraya menyenggol adik sepupuku itu, dia terlihat tersipu saat menyadari apa yang telah aku lakukan padanya karena memang disengaja. "Cie, yang baru jadian. Lagi anget-angetnya kayaknya, jangan dipepet terus entar khilaf. Mending halalin dulu saja," godaku. Anthony hanya mengusap tengkuk lehernya, dia terlihat salah tingkah saat aku goda. Begitu pun dengan Melly, lalu Anthony mulai berkata. "Apa sih, Bang