"Ngga boleh minta lagi?" tanya Edbert."Ngga boleh," jawab Indira.Awalnya Edbert merasa kecewa mendengar jawaban dari istri keduanya, tetapi setelah Indira mengingatkan tentang kehamilannya Edbert langsung paham."Baiklah! Hanya peluk," ucap Edbert pada akhirnya .*Malam telah menjelang, Edbert masih setia memeluk Indira dengan posesif, tangan kanannya bahkan masih setia mengelus perut Indira. Edbert seakan begitu enggan untuk melepaskan Indira, dia seakan enggan untuk berjauhan dengan Indira. Edbert hanya ingin menikmati kebersamaannya bersama dengan Indira, baginya Indira adalah wanita pembawa kebahagiaan. Baginya, Indira seperti mentari pagi yang begitu menghangatkan. Edbert merasa sangat nyaman saat dirinya bisa terus bersama dengan Indira. Selama mereka bersama, bahkan Indira tidak di perbolehkan untuk memakai baju, karena Edbert ingin mengelus dan mencium perut Indira. Walaupun tidak boleh lagi, tetapi Indira diharuskan untuk melepas semua pakaiannya.Dia seolah begitu bangga
Lee menatap indira dengan tatapan penuh mengintimidasi, dia merasa tidak suka saat melihat Edbert yang baru saja keluar dari dalam kamar hotel yang ditempati oleh Indira. Apalagi Edbert terlihat begitu perhatian terhadap Indira, bahkan Lee bisa melihat ada cinta yang begitu besar di mata Edbert. Apalagi saat mata Edbert menatap Indira, terlihat jelas jika Edbert tidak ingin jauh dari Indira. Dia pun jadi berprasangka jika Indira telah menjadi selingkuhan Edbert. Hal itu diperkuat dengan Indira yang sedari tadi hanya diam saja tanpa mau mengatakan apa pun.Menurutnya, tidak akan mungkin jika Indira merupakan istrinya, karena Edbert sudah mempunyai istri yang bernama Merry Leichan. Semua orang tahu akan hal itu, karena pesta pernikahan mereka dilaksanakan dengan sangat meriah. Lee memang tidak hadir dalam acara pernikahan Edbert, tetapi pernikahan Edbert menjadi tranding topik di majalah bisnis dalam negeri. Semakin lama melihat tatapan dari Lee, membuat Indira tidak nyaman. Akhirnya
Jika Indira dan Lee sedang berbicara dengan serius, berbeda dengan Edbert. Pria itu baru saja pulang ke Villa. Tentu saja karena setengah hari ini dia menghabiskan waktunya bersama dengan Indira. Walaupun sudah beberapa jam menghabiskan waktu bersama, tetapi dia tetap saja merasa kurang. Entah kenapa, rasanya dia ingin terus memeluk dan mencium tubuh Indira yang seakan menjadi candu untuknya. Melihat kedatangan putranya, Leon Law terlihat begitu ingin mengorek informasi. Apalagi saat Edbert datang wajahnya yang terlihat berseri, Edbert terlihat seperti anak abege yang sedang jatuh cinta, dia begitu senang karena seperti habis bertemu dengan teman kencannya. Sebenarnya Leon Law ingin sekali bertanya kepada putranya itu, karena setahunnya Edbert sudah pulang dari tadi siang. Dia bisa tahu akan hal itu karena orang kepercayaannya yang memberitahukan padanya. Jika pria itu sudah pulang sejak tadi siang. Akan tetapi, Leon Law takut jika Merry akan tersinggung jika dia bertanya tentang h
Edbert tidak menyangka jika Leon Law akan menanyakan tentang rumah tangga yang dijalani oleh Edbert dan juga Merry. Apa yang salah, pikirnya. Apa dad'nya itu bisa membaca pikirannya, atau dia bisa membaca raut wajahnya, tanyanya. Bahkan, Leon Law kini terlihat sedang menatapnya dengan sangat serius. Hal itu membuat Edbert salah tingkah. Sebenarnya, dia sangat bingung harus berkata apa. Dia sangat bingung harus menjawab apa tentang apa yang ditanyakan oleh Leon Law. Karena pada kenyataannya, rumah tangganya sekarang memang tidak baik-baik saja. Bukan karena Merry atau Edbert yang bermasalah, ataupun karena tidak ada kecocokan lagi di antara keduanya. Akan tetapi, ini semua karena pernikahan keduanya yang telah dia jalani. Setelah pernikahan kedua yang dia jalani, Edbert memang masih tetap mencintai Merry. Namun, jauh di lubuk hatinya dia lebih mencintai Indira. Wanita yang Merry bawa ke dalam rumah tangga mereka, wanita penurut yang begitu menggoda. Wanita yang dengan suka rela bers
Saat Edbert masuk ke dalam kamar utama, dia melihat Merry yang masih meringkuk di atas ranjang. Tubuhnya berbalut selimut tebal yang menutupi tubuhnya sampai sebatas leher. Ada rasa iba yang menyeruak ke dalam hatinya, wanita baik itu pasti terluka karena ulahnya. Apalagi dengan adanya keluarganya yang berkunjung, di satu sisi Merry pasti senang. Namun, di sisi lain Merry pasti merasa tertekan. Apa lagi saat ini dia harus berbohong atas kehamilan yang dialami oleh Indira, dia pasti sangat tersiksa. Saat ini, justru adalah masa terberat untuk Merry. Edbert sangat tahu dengan pasti, karena sebagai wanita Merry pun pasti ingin sempurna. Namun, sayangnya hanya Tuhan yang maha sempurna. Manusia hanya ciptaannya yang banyak kekurangannya, seperti Merry yang tidak bisa mengandung dan dengan terpaksa harus menghadiahkan hal terindah untuk sang suami. Wanita yang baik untuk mengandung benih dari suaminya, wanita baik yang mampu memberikan rasa nyaman dan damai untuk suaminya. Edbert langsu
Setelah kepergian Lee dan juga Indira, Leon Law mengajak Edbert untuk masuk ke dalam ruang kebesarannya. Tentu saja hal itu dia lakukan karena masih banyak pekerjaan yang harus mereka kerjakan, terlihat banyak berkas di atas meja mereka. Terlihat meronta seakan minta untuk segera dikerjakan, tentu saja melihat akan hal itu Leon Law merasa tidak bisa bersantai.Setelah masuk ke dalam ruang kerjanya, Leona Law duduk di kursi kebesarannya. Dia tersenyum ke arah putranya dan berkata."Indira ternyata semakin cantik ya?" ucap Leon Law. Mendengar pujian dari Leon Law, Edbert langsung tersenyum. Karena kenyataannya memang seperti itu, aura Indira bahkan semakin keluar setelah mengandung. "Hem, dia memang cantik." Edbert terlihat tersenyum kala membayangkan kecantikan istri keduanya. Melihat Edbert yang melamun sambil mesem-mesem, Leon Law pun langsung menggelengkan kepala. "Ingat, Ed. Kamu sudah punya istri," ucap Leon Law seraya menepuk pundak putranya. Edbert seakan tersadar jika dia
Sebenarnya Edbert bertanya-tanya di dalam hatinya. Sedang apa mom'nya di sana, sedang melakukan apa, pikirnya. Akan tetapi, dia tidak berani bertanya karena takut memperpanjang urusan. Lagi pula dia merasa punya urusan yang lebih penting ketimbang mengurusi mom'nya, mengurusi hatinya terlebih dahulu yang ingin dia lakukan. Menyembuhkan rasa rindunya pada Indira, tentunya dengan menemui Indira secara langsung. Apalagi tadi dia telah membiarkan Indira pulang diantar oleh Lee, tentu saja dia pun ingin bertanya kepada Indira, apakah Lee bersikap tidak menyenangkan kepadanya atau tidak. Namun, dia harus segera menyingkirkan rasa cemburu dan rasa curiganya. Karena yang Edbert saat ini inginkan, hanyalah segera bertemu dengan Indira dan tentunya mengelus serta mencium perut Indira yang sudah terlihat membuncit itu. Ebert sangat suka ketika dia mengelus perut Indira, rasanya ada getaran indah yang terasa di dalam hatinya. Ada sesuatu yang membuat jiwanya menghangat. Entahlah, perasaan sep
Edbert berjalan dengan langkah gontai saat meninggalkan Indira. Sebenarnya, Edbert masih ingin menghabiskan waktu bersama dengan Indira. Dia masih ingin mengobrol, melepas rindu, bahkan bercumbu dengan wanita yang kini tengah mengandung benihnya. Akan tetapi, dia tahu jika itu adalah hal yang mustahil. Karena keluarga besarnya sedang berada di negara tempat ia tinggal sekarang. Apalagi, ternyata Shamanta dan juga Andrew ke Singapura bukan hanya untuk menemui Merry dan dirinya. Akan tetapi, mereka benar-benar sedang menjalankan bisnis di negara tersebut. Itu artinya, Edbert akan sering terlibat dengan urusan mereka. Edbert tidak bisa bersantai begitu saja, dia harus lebih waspada.Andrew dan juga Samantha benar-benar sedang mengepakkan sayapnya di dunia bisnis kuliner, perhotelan, dan juga pariwisata. Andrew benar-benar berbakat dalam hal bisnis, Edbert pun mengakui akan hal itu. Sampai di parkiran, Edbert langsung masuk ke dalam mobilnya. Dia memukul setir kemudi dengan cukup kenca
Keesokan harinya.Anthony dan Melly datang ke rumah Edbert, karena memang ada yang ingin Edbert ingin sampaikan kepada mereka berdua. Tiba di kediaman Edbert, Anthony dan juga Melly langsung disambut gembira oleh Indira. Bahkan di sana juga ada Berliana Law dan juga Leo Law, mereka ikut menyambut kedatangan keduanya."Selamat datang Kakak-ku, Sayang." Indira langsung memeluk Melly dengan erat. Memeluk wanita yang merupakan sahabatnya sejak lama, wanita yang selalu berperilaku baik terhadap dirinya. Wanita yang mau berbagi senang dan juga susah dengan dirinya."Terima kasih untuk sambutannya," ucap Melly seraya tersenyum. Indira terlihat tersenyum, lalu dia mencondongkan wajahnya. Kemudian, dia berbisik tepat di telinga Melly. "Semalam kalian melakukannya berapa kali?" tanya Indira.Melly nampak tersipu mendengar pertanyaan dari Indira, menurutnya ini adalah hal yang intim. Kenapa juga Indira harus menanyakan hal itu, pikirnya. "Rahasia," jawab Melly dengan salah tingkah.Melihat
Tangannya memang berada di atas kepala Melly, tetapi bibirnya sesekali mengecupi leher jenjang istrinya, bahkan dia juga suka sekali menggigit pelan pundak Melly. "Aduh, Mas. Sakit!" keluh Melly kala Anthony kembali menggigit pundaknya. Anthony memutarkan bola matanya dengan malas, karena istrinya itu terus saja melayangkan protesnya. Padahal, dia hanya merasa gemas terhadap istrinya tersebut."Yaelah, Yang. Baru juga digigit. Belum juga aku patuk," ucap Anthony seraya terkekeh. Melly langsung menatap suaminya dengan tatapan tajamnya, dia merasa tidak suka kala suaminya mengatakan hal seperti itu."Emangnya kamu ular, pake matuk segala?" tanya Melly. "Hem, aku bukan ular. Tapi, ada king kobra yang sudah sangat siap menyemburkan bisanya, bersiaplah, Sayang. Aku akan terus menyemburkan bisanya agar bisa mencetak Anthony junior di sini," kata Anthony seraya mengelus lembut perut istrinya. Mendengar ucapan suaminya, Melly nampak tersipu malu. Dia juga merasa ingin segera memiliki ketu
Hari yang Anthony tunggu-tunggu telah tiba, hari ini di sebuah ballroom hotel mewah milik keluarga Law sudah diselenggarakan acara pernikahan Anthony dengan Melly. Pasangan pengantin baru itu terlihat sangat bahagia, apa lagi dengan Anthony. Pria muda itu terlihat sangat antusias dan tidak sabar untuk menyambut malam pertamanya. Dia sudah tidak sabar untuk merasakan yang namanya nikmatnya surga dunia seperti apa, dia sudah tidak sabar untuk mengajak Melly bermain kuda-kudaan. Sayangnya keinginan Anthony tidak bisa langsung dilaksanakan, karena dia masih harus mengikuti acara resepsi pernikahan yang sudah disiapkan oleh Leon Law. Anthony dan Melly kini sedang berdiri di atas pelaminan, wajah mereka terlihat sangat bahagia. Terlebih lagi dengan Anthony, dia merasa bangga karena bisa mempersunting wanita yang dia puja.Walaupun pada awalnya dia sempat menyukai Indira, tetapi rasa itu sudah tidak ada lagi. Anthony merasa jika Tuhan tidak menjodohkan dirinya dengan Indira, tetapi tuhan
Mahendra benar-benar merasa menyesal, dia baru sadar jika Indira memanglah wanita baik hati yang terlihat begitu tulus. Bahkan kasih sayangnya terhadap Liliana Leichan saja sangat tulus, tak terlihat adanya pencitraan di sana. Pantas saja Merry sang kakak begitu memuja perempuan bernama Indira itu, pikirnya. Dia bahkan rela tinggal satu atap dengan wanita yang dia pilih sebagai madunya. Mahendra baru sadar jika itu semua dia lakukan karena Merry ingin memberikan mutiara untuk suami tercintanya. Merry ingin memberikan kebahagiaan pada suaminya lewat wanita lain yang lebih baik dari dirinya. Indira terlihat tersenyum sambil menatap Mahendra, dia bisa melihat dengan jelas jika Mahendra terlihat begitu menyesal akan perbuatan yang pernah dia lakukan terhadap dirinya dan kedua putranya. Namun, Indira tak bisa berkata apa pun. Dia hanya ingin menunggu apa yang akan dikatakan oleh Mahendra selanjutnya. Tak lama kemudian, Mahendra terlihat memberanikan diri untuk menatap Indira. Kemudian,
Dua minggu sudah Mahendra mendapatkan perawatan di Rumah Sakit, wajahnya sudah terlihat segar, luka di tubuhnya pun sudah terlihat membaik. Bahkan, kakinya kini sudah tidak memakai gips lagi, jika diraba kakinya sudah mulai bisa merasakan sentuhan. Selama dua minggu ini, Mahendra selalu saja memikirkan tentang Indira yang mau mendonorkan darahnya untuk dirinya. Sebenarnya dia sungguh bertanya-tanya di dalam hatinya, kenapa Indira mau mendonorkan darah untuknya. Padahal, dia sudah berbuat jahat kepada Indira, rasa-rasanya Edbert pasti sudah tahu kelakuan dirinya terhadap istrinya dan kedua putranya.Namun, kenapa mereka seakan tidak marah. Bahkan, seminggu yang lalu Indira dan juga Edbert sempat menjenguk Mahendra ke Rumah Sakit. Mereka terlihat biasa saja, Mahendra jadi berpikir, mungkinkah Indira mempunyai hati yang begitu tulus seperti yang diungkapkan oleh Merry melalui surat yang dikirimkan kepada kedua orang tuanya, pikirnya.Makanya Edbert bisa dengan mudahnya menerima keberad
Selama satu minggu Mahendra tak sadarkan diri, dokter berkata jika dia baik-baik saja. Kondisi kesehatannya juga sudah sangat bagus, hasil operasinya juga baik. Namun, dokter juga tak tahu kenapa Mahendra tak juga kunjung sadarkan diri. Liliana Leichan dan juga Archan Leichan sempat di kebingungan, mereka benar-benar takut akan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan terhadap putranya tersebut. Walaupun dokter berkata dia baik-baik saja, tetapi ketika mereka bicara dan berusaha untuk mengajak Mahendra mengobrol, sayangnya Mahendra tak pernah memberikan respon sama sekali. Mahendra seperti orang yang kehilangan semangat hidupnya, dia seperti enggan untuk melanjutkan kehidupannya. Dia seperti ingin tertidur lama, beristirahat tanpa merasakan beban dan juga tanpa merasakan tekanan di dalam hidupnya. Liliana Leichan sempat berkonsultasi dengan dokter psikologi, dia pernah berkata jika kemungkinan Mahendra mengalami guncangan yang hebat di dalam dirinya. Dia merasa lebih baik tidur la
Edbert terlihat berlari di lorong Rumah Sakit, dia mencari ruang operasi sesuai dengan apa yang diucapkan oleh seorang suster saat menelpon dirinya. Ya! Seorang suster telah meneleponnya, dia memberitahukan Edbert jika Mahendra mengalami kecelakaan hebat saat sedang mengendarai mobilnya menuju perusahaan milik keluarga Leichan. Kecelakaan tunggal yang dialami Mahendra mengakibatkan tulang kakinya remuk, karena terhimpit body mobil. Bila dilihat dari cctv jalanan, Mahendra terlihat tidak fokus saat menjalankan mobilnya. Dia terlihat membanting setir mobilnya ke arah kanan secara tiba-tiba hingga akhirnya mobil yang dikendarai oleh Mahendra langsung menabrak pembatas jalan dengan sangat kencang. Kecelakaan tidak dapat dihindari, beruntung banyak orang kala itu. Hal itu membuat Mahendra mendapatkan pertolongan dengan cepat. Tidak lama kemudian, dia melihat Liliana Leichan dan juga Archan Leichan yang sedang saling memeluk dengan wajah yang sudah basah dengan air mata. Edbert bisa me
Aku melangkahkan kakiku menuju kamar utama, saat aku membuka pintunya, Indira nampak sedang duduk di depan meja rias. Dia sedang memakai serum di wajahnya, tak lama kemudian dia memakai lotion di tangannya. Aku menghampirinya dan langsung memeluknya dengan erat. "kamu wangi, Sayang." Aku kecup dan aku cium bibirnya, aku pagut bibir itu dengan penuh hasrat.Setiap kali aku berdekatan dengan istri keduaku ini, aku selalu saja berhasrat. Dia selalu bisa memancing gairahku, padahal dia tidak sedang melakukan gerakan sensual."Mas, ih!" keluh Indira.Dia terlihat risih karena aku terus saja mengecupi leher jenjangnya, bahkan tanpa ragu Aku mengecup cerukan lehernya. "Kamu cantik banget sih, Yang." Aku kembali menyesap bibir itu, bibir yang selalu membuat aku ingin mengecup dan memagutnya.Aku sengaja berbasa-basi sebelum aku menanyakan tentang Mahendra, karena biasanya wanita itu butuh pancingan. Entah masalah obrolan biasa, ataupun masalah di atas ranjang."Iya, aku sudah cantik dan wan
POV Edbert Sore telah menjelang, rasa lelah begitu mendera tubuhku. Rasanya aku ingin sekali untuk segera pulang dan bertemu dengan istri dan juga kedua putraku. Jika sudah melihat mereka, rasa lelah pun tiba-tiba sirna entah ke mana. Aku segera bersiap lalu bergegas untuk pulang menuju kediamanku. Saat aku keluar dari ruanganku, aku melihat Anthony dan juga Melly yang sedang asyik mengobrol berdua di depan ruangan Melly. Mereka terlihat mesra sekali, sesekali Anthony terlihat mengusap lembut pipi Melly. Hal itu membuat teman dari istriku itu nampak tersipu. Aku sempat berdehem seraya menyenggol adik sepupuku itu, dia terlihat tersipu saat menyadari apa yang telah aku lakukan padanya karena memang disengaja. "Cie, yang baru jadian. Lagi anget-angetnya kayaknya, jangan dipepet terus entar khilaf. Mending halalin dulu saja," godaku. Anthony hanya mengusap tengkuk lehernya, dia terlihat salah tingkah saat aku goda. Begitu pun dengan Melly, lalu Anthony mulai berkata. "Apa sih, Bang