Saat Edbert masuk ke dalam kamar utama, dia melihat Merry yang masih meringkuk di atas ranjang. Tubuhnya berbalut selimut tebal yang menutupi tubuhnya sampai sebatas leher. Ada rasa iba yang menyeruak ke dalam hatinya, wanita baik itu pasti terluka karena ulahnya. Apalagi dengan adanya keluarganya yang berkunjung, di satu sisi Merry pasti senang. Namun, di sisi lain Merry pasti merasa tertekan. Apa lagi saat ini dia harus berbohong atas kehamilan yang dialami oleh Indira, dia pasti sangat tersiksa. Saat ini, justru adalah masa terberat untuk Merry. Edbert sangat tahu dengan pasti, karena sebagai wanita Merry pun pasti ingin sempurna. Namun, sayangnya hanya Tuhan yang maha sempurna. Manusia hanya ciptaannya yang banyak kekurangannya, seperti Merry yang tidak bisa mengandung dan dengan terpaksa harus menghadiahkan hal terindah untuk sang suami. Wanita yang baik untuk mengandung benih dari suaminya, wanita baik yang mampu memberikan rasa nyaman dan damai untuk suaminya. Edbert langsu
Setelah kepergian Lee dan juga Indira, Leon Law mengajak Edbert untuk masuk ke dalam ruang kebesarannya. Tentu saja hal itu dia lakukan karena masih banyak pekerjaan yang harus mereka kerjakan, terlihat banyak berkas di atas meja mereka. Terlihat meronta seakan minta untuk segera dikerjakan, tentu saja melihat akan hal itu Leon Law merasa tidak bisa bersantai.Setelah masuk ke dalam ruang kerjanya, Leona Law duduk di kursi kebesarannya. Dia tersenyum ke arah putranya dan berkata."Indira ternyata semakin cantik ya?" ucap Leon Law. Mendengar pujian dari Leon Law, Edbert langsung tersenyum. Karena kenyataannya memang seperti itu, aura Indira bahkan semakin keluar setelah mengandung. "Hem, dia memang cantik." Edbert terlihat tersenyum kala membayangkan kecantikan istri keduanya. Melihat Edbert yang melamun sambil mesem-mesem, Leon Law pun langsung menggelengkan kepala. "Ingat, Ed. Kamu sudah punya istri," ucap Leon Law seraya menepuk pundak putranya. Edbert seakan tersadar jika dia
Sebenarnya Edbert bertanya-tanya di dalam hatinya. Sedang apa mom'nya di sana, sedang melakukan apa, pikirnya. Akan tetapi, dia tidak berani bertanya karena takut memperpanjang urusan. Lagi pula dia merasa punya urusan yang lebih penting ketimbang mengurusi mom'nya, mengurusi hatinya terlebih dahulu yang ingin dia lakukan. Menyembuhkan rasa rindunya pada Indira, tentunya dengan menemui Indira secara langsung. Apalagi tadi dia telah membiarkan Indira pulang diantar oleh Lee, tentu saja dia pun ingin bertanya kepada Indira, apakah Lee bersikap tidak menyenangkan kepadanya atau tidak. Namun, dia harus segera menyingkirkan rasa cemburu dan rasa curiganya. Karena yang Edbert saat ini inginkan, hanyalah segera bertemu dengan Indira dan tentunya mengelus serta mencium perut Indira yang sudah terlihat membuncit itu. Ebert sangat suka ketika dia mengelus perut Indira, rasanya ada getaran indah yang terasa di dalam hatinya. Ada sesuatu yang membuat jiwanya menghangat. Entahlah, perasaan sep
Edbert berjalan dengan langkah gontai saat meninggalkan Indira. Sebenarnya, Edbert masih ingin menghabiskan waktu bersama dengan Indira. Dia masih ingin mengobrol, melepas rindu, bahkan bercumbu dengan wanita yang kini tengah mengandung benihnya. Akan tetapi, dia tahu jika itu adalah hal yang mustahil. Karena keluarga besarnya sedang berada di negara tempat ia tinggal sekarang. Apalagi, ternyata Shamanta dan juga Andrew ke Singapura bukan hanya untuk menemui Merry dan dirinya. Akan tetapi, mereka benar-benar sedang menjalankan bisnis di negara tersebut. Itu artinya, Edbert akan sering terlibat dengan urusan mereka. Edbert tidak bisa bersantai begitu saja, dia harus lebih waspada.Andrew dan juga Samantha benar-benar sedang mengepakkan sayapnya di dunia bisnis kuliner, perhotelan, dan juga pariwisata. Andrew benar-benar berbakat dalam hal bisnis, Edbert pun mengakui akan hal itu. Sampai di parkiran, Edbert langsung masuk ke dalam mobilnya. Dia memukul setir kemudi dengan cukup kenca
Hampir 2 minggu keluarga besar Law tinggal di Singapura. Awalnya, mereka hanya ingin menetap selama satu minggu di Singapura. Akan tetapi, semua berubah setelah rencana Shamanta dan Andrew yang menambah waktu.Waktu selama 2 minggu Itu mereka gunakan untuk melihat kehamilan Merry, menikmati masa berlibur dan juga mengembangkan usaha yang dijalankan oleh Andrew dan juga Shamanta.Karena ternyata, jaringan bisnis yang Samantha dan Andrew bangun langsung berkembang dengan pesat. Bahkan, banyak investor yang ingin menanamkan saham, banyak juga perusahaan yang ingin bekerjasama dengan Samantha dan juga Andrew. Begitupun dengan Edbert, selama 2 minggu ini dia begitu sibuk. Setelah pulang bekerja, dia akan sibuk di Villa bersama dengan keluarganya. Bahkan, waktu yang dia punya untuk bersama dengan Indira pun semakin sedikit. Untuk menyalurkan rasa rindunya, Edbert hanya bisa bertukar pesan dengan Indira. Sebenarnya Indira sangat rindu dengan suaminya tersebut, tetapi dia pun harus berusaha
Indira merasa tidak enak hati kepada Lee, dia hanya bisa diam tanpa membalas kecupan mesra dari Edbert, suaminya.Namun, jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam dia juga begitu merindukan Edbert. Dia sangat rindu sentuhan pria itu, dia begitu rindu dekap hangat suami tampannya itu. Namun, bukan berarti dia bisa seenaknya bermesraan di depan orang lain, apa lagi di depan Lee. Orang yang selalu ada dikala Indira merasa sedih, bahkan selama terabaikan oleh Edbert, Lee selalu datang untuk menghibur dan membelikan banyak makanan untuknya. Melihat Indira yang hanya diam saja, Edbert merasa penasaran. Dia langsung menanyakan hal itu kepada istrinya."Kamu kenapa,Yang? Ngga rindu sama aku?" tanya Edbert penasaran. Cepat-cepat Indira menggelengkan kepalanya, dia takut jika suami akan salah paham dengan diamnya dirinya"Ngga, bukan kaya gitu. Tentu saja aku rindu, begitupun dengan baby twin." Indira mengusap perutnya, karena perutnya terasa berdenyut. Mungkin saja baby twins merasa sena
Melihat wajah Edbert yang terlihat mengenaskan, tentunya membuat Indira tidak tega. padahal, pada awalnya dia ingin menggoda suaminya dulu untuk berkata 'tidak'. Akan tetapi, saat pandangan mata mereka bertemu hati Indira langsung luluh. Dengan perlahan Indira pun menganggukkan kepalanya."Iya, Mas," jawab Indira.Kata yang keluar dari mulut Indira membuat Edbert terlihat senang bukan main, mata pria itu langsung berbinar."Jadi beneran boleh?" tanya Edbert meyakinkan. Indira langsung terkekeh saat mendengar pertanyaan dari Edbert, dia merasa jika suaminya telah banyak berubah. "Boleh, Sayang. Sangat boleh, aku istrimu, aku milikmu. Lakukanlah apa pun sesuai keinginan kamu, Sayang." Indira membelai pipi Edbert dan mengusap bibir seksinya. Edbert langsung menangkap tangan Indira dan mengecupnya beberapa kali, dia suka tangan mungil itu apa lagi saat memainkan miliknya. "Mas mulai, ya?" tanyanya pada sang istri. "Iya, Sayang. Lakukanlah, aku juga menginginkannya." Indira langsung m
Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, Edbert mengajak Indira untuk jalan-jalan ke pusat perbelanjaan yang ada di sebuah Mall besar di pusat kota. Edbert merasa jika Indira memerlukan waktu untuk jalan-jalan. Karena selama tinggal di Singapura, Indira sama sekali tidak pernah keluar dari Villa selain ke perusahaan. Menginap di hotel juga itu karena terpaksa dia lakukan. Karena kedatangan keluarga Law yang begitu mendadak. Indira terlihat begitu bahagia saat tahu jika suaminya mengajaknya untuk pergi ke Mall, padahal biasanya pergi berduaan itu adalah hal yang sulit. Saat tiba di pusat perbelanjaan, yang pertama kali ingin Indira kunjungi adalah Restoran siap saji yang letaknya berderet di lantai 1. Rasanya, saat hidung Indira mencium aroma dari setiap Resto tersebut membuat lidah Indira terasa berliur. Kalau saja diperbolehkan, ingin sekali rasanya Indira mencicipi semua makanan yang berada di sana. "Ehm, Mas." Indira menatap Edbert dengan tatapan penuh harap. Kalau saja bukan di
Keesokan harinya.Anthony dan Melly datang ke rumah Edbert, karena memang ada yang ingin Edbert ingin sampaikan kepada mereka berdua. Tiba di kediaman Edbert, Anthony dan juga Melly langsung disambut gembira oleh Indira. Bahkan di sana juga ada Berliana Law dan juga Leo Law, mereka ikut menyambut kedatangan keduanya."Selamat datang Kakak-ku, Sayang." Indira langsung memeluk Melly dengan erat. Memeluk wanita yang merupakan sahabatnya sejak lama, wanita yang selalu berperilaku baik terhadap dirinya. Wanita yang mau berbagi senang dan juga susah dengan dirinya."Terima kasih untuk sambutannya," ucap Melly seraya tersenyum. Indira terlihat tersenyum, lalu dia mencondongkan wajahnya. Kemudian, dia berbisik tepat di telinga Melly. "Semalam kalian melakukannya berapa kali?" tanya Indira.Melly nampak tersipu mendengar pertanyaan dari Indira, menurutnya ini adalah hal yang intim. Kenapa juga Indira harus menanyakan hal itu, pikirnya. "Rahasia," jawab Melly dengan salah tingkah.Melihat
Tangannya memang berada di atas kepala Melly, tetapi bibirnya sesekali mengecupi leher jenjang istrinya, bahkan dia juga suka sekali menggigit pelan pundak Melly. "Aduh, Mas. Sakit!" keluh Melly kala Anthony kembali menggigit pundaknya. Anthony memutarkan bola matanya dengan malas, karena istrinya itu terus saja melayangkan protesnya. Padahal, dia hanya merasa gemas terhadap istrinya tersebut."Yaelah, Yang. Baru juga digigit. Belum juga aku patuk," ucap Anthony seraya terkekeh. Melly langsung menatap suaminya dengan tatapan tajamnya, dia merasa tidak suka kala suaminya mengatakan hal seperti itu."Emangnya kamu ular, pake matuk segala?" tanya Melly. "Hem, aku bukan ular. Tapi, ada king kobra yang sudah sangat siap menyemburkan bisanya, bersiaplah, Sayang. Aku akan terus menyemburkan bisanya agar bisa mencetak Anthony junior di sini," kata Anthony seraya mengelus lembut perut istrinya. Mendengar ucapan suaminya, Melly nampak tersipu malu. Dia juga merasa ingin segera memiliki ketu
Hari yang Anthony tunggu-tunggu telah tiba, hari ini di sebuah ballroom hotel mewah milik keluarga Law sudah diselenggarakan acara pernikahan Anthony dengan Melly. Pasangan pengantin baru itu terlihat sangat bahagia, apa lagi dengan Anthony. Pria muda itu terlihat sangat antusias dan tidak sabar untuk menyambut malam pertamanya. Dia sudah tidak sabar untuk merasakan yang namanya nikmatnya surga dunia seperti apa, dia sudah tidak sabar untuk mengajak Melly bermain kuda-kudaan. Sayangnya keinginan Anthony tidak bisa langsung dilaksanakan, karena dia masih harus mengikuti acara resepsi pernikahan yang sudah disiapkan oleh Leon Law. Anthony dan Melly kini sedang berdiri di atas pelaminan, wajah mereka terlihat sangat bahagia. Terlebih lagi dengan Anthony, dia merasa bangga karena bisa mempersunting wanita yang dia puja.Walaupun pada awalnya dia sempat menyukai Indira, tetapi rasa itu sudah tidak ada lagi. Anthony merasa jika Tuhan tidak menjodohkan dirinya dengan Indira, tetapi tuhan
Mahendra benar-benar merasa menyesal, dia baru sadar jika Indira memanglah wanita baik hati yang terlihat begitu tulus. Bahkan kasih sayangnya terhadap Liliana Leichan saja sangat tulus, tak terlihat adanya pencitraan di sana. Pantas saja Merry sang kakak begitu memuja perempuan bernama Indira itu, pikirnya. Dia bahkan rela tinggal satu atap dengan wanita yang dia pilih sebagai madunya. Mahendra baru sadar jika itu semua dia lakukan karena Merry ingin memberikan mutiara untuk suami tercintanya. Merry ingin memberikan kebahagiaan pada suaminya lewat wanita lain yang lebih baik dari dirinya. Indira terlihat tersenyum sambil menatap Mahendra, dia bisa melihat dengan jelas jika Mahendra terlihat begitu menyesal akan perbuatan yang pernah dia lakukan terhadap dirinya dan kedua putranya. Namun, Indira tak bisa berkata apa pun. Dia hanya ingin menunggu apa yang akan dikatakan oleh Mahendra selanjutnya. Tak lama kemudian, Mahendra terlihat memberanikan diri untuk menatap Indira. Kemudian,
Dua minggu sudah Mahendra mendapatkan perawatan di Rumah Sakit, wajahnya sudah terlihat segar, luka di tubuhnya pun sudah terlihat membaik. Bahkan, kakinya kini sudah tidak memakai gips lagi, jika diraba kakinya sudah mulai bisa merasakan sentuhan. Selama dua minggu ini, Mahendra selalu saja memikirkan tentang Indira yang mau mendonorkan darahnya untuk dirinya. Sebenarnya dia sungguh bertanya-tanya di dalam hatinya, kenapa Indira mau mendonorkan darah untuknya. Padahal, dia sudah berbuat jahat kepada Indira, rasa-rasanya Edbert pasti sudah tahu kelakuan dirinya terhadap istrinya dan kedua putranya.Namun, kenapa mereka seakan tidak marah. Bahkan, seminggu yang lalu Indira dan juga Edbert sempat menjenguk Mahendra ke Rumah Sakit. Mereka terlihat biasa saja, Mahendra jadi berpikir, mungkinkah Indira mempunyai hati yang begitu tulus seperti yang diungkapkan oleh Merry melalui surat yang dikirimkan kepada kedua orang tuanya, pikirnya.Makanya Edbert bisa dengan mudahnya menerima keberad
Selama satu minggu Mahendra tak sadarkan diri, dokter berkata jika dia baik-baik saja. Kondisi kesehatannya juga sudah sangat bagus, hasil operasinya juga baik. Namun, dokter juga tak tahu kenapa Mahendra tak juga kunjung sadarkan diri. Liliana Leichan dan juga Archan Leichan sempat di kebingungan, mereka benar-benar takut akan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan terhadap putranya tersebut. Walaupun dokter berkata dia baik-baik saja, tetapi ketika mereka bicara dan berusaha untuk mengajak Mahendra mengobrol, sayangnya Mahendra tak pernah memberikan respon sama sekali. Mahendra seperti orang yang kehilangan semangat hidupnya, dia seperti enggan untuk melanjutkan kehidupannya. Dia seperti ingin tertidur lama, beristirahat tanpa merasakan beban dan juga tanpa merasakan tekanan di dalam hidupnya. Liliana Leichan sempat berkonsultasi dengan dokter psikologi, dia pernah berkata jika kemungkinan Mahendra mengalami guncangan yang hebat di dalam dirinya. Dia merasa lebih baik tidur la
Edbert terlihat berlari di lorong Rumah Sakit, dia mencari ruang operasi sesuai dengan apa yang diucapkan oleh seorang suster saat menelpon dirinya. Ya! Seorang suster telah meneleponnya, dia memberitahukan Edbert jika Mahendra mengalami kecelakaan hebat saat sedang mengendarai mobilnya menuju perusahaan milik keluarga Leichan. Kecelakaan tunggal yang dialami Mahendra mengakibatkan tulang kakinya remuk, karena terhimpit body mobil. Bila dilihat dari cctv jalanan, Mahendra terlihat tidak fokus saat menjalankan mobilnya. Dia terlihat membanting setir mobilnya ke arah kanan secara tiba-tiba hingga akhirnya mobil yang dikendarai oleh Mahendra langsung menabrak pembatas jalan dengan sangat kencang. Kecelakaan tidak dapat dihindari, beruntung banyak orang kala itu. Hal itu membuat Mahendra mendapatkan pertolongan dengan cepat. Tidak lama kemudian, dia melihat Liliana Leichan dan juga Archan Leichan yang sedang saling memeluk dengan wajah yang sudah basah dengan air mata. Edbert bisa me
Aku melangkahkan kakiku menuju kamar utama, saat aku membuka pintunya, Indira nampak sedang duduk di depan meja rias. Dia sedang memakai serum di wajahnya, tak lama kemudian dia memakai lotion di tangannya. Aku menghampirinya dan langsung memeluknya dengan erat. "kamu wangi, Sayang." Aku kecup dan aku cium bibirnya, aku pagut bibir itu dengan penuh hasrat.Setiap kali aku berdekatan dengan istri keduaku ini, aku selalu saja berhasrat. Dia selalu bisa memancing gairahku, padahal dia tidak sedang melakukan gerakan sensual."Mas, ih!" keluh Indira.Dia terlihat risih karena aku terus saja mengecupi leher jenjangnya, bahkan tanpa ragu Aku mengecup cerukan lehernya. "Kamu cantik banget sih, Yang." Aku kembali menyesap bibir itu, bibir yang selalu membuat aku ingin mengecup dan memagutnya.Aku sengaja berbasa-basi sebelum aku menanyakan tentang Mahendra, karena biasanya wanita itu butuh pancingan. Entah masalah obrolan biasa, ataupun masalah di atas ranjang."Iya, aku sudah cantik dan wan
POV Edbert Sore telah menjelang, rasa lelah begitu mendera tubuhku. Rasanya aku ingin sekali untuk segera pulang dan bertemu dengan istri dan juga kedua putraku. Jika sudah melihat mereka, rasa lelah pun tiba-tiba sirna entah ke mana. Aku segera bersiap lalu bergegas untuk pulang menuju kediamanku. Saat aku keluar dari ruanganku, aku melihat Anthony dan juga Melly yang sedang asyik mengobrol berdua di depan ruangan Melly. Mereka terlihat mesra sekali, sesekali Anthony terlihat mengusap lembut pipi Melly. Hal itu membuat teman dari istriku itu nampak tersipu. Aku sempat berdehem seraya menyenggol adik sepupuku itu, dia terlihat tersipu saat menyadari apa yang telah aku lakukan padanya karena memang disengaja. "Cie, yang baru jadian. Lagi anget-angetnya kayaknya, jangan dipepet terus entar khilaf. Mending halalin dulu saja," godaku. Anthony hanya mengusap tengkuk lehernya, dia terlihat salah tingkah saat aku goda. Begitu pun dengan Melly, lalu Anthony mulai berkata. "Apa sih, Bang