Edbert mendorong pintu kamar twins dengan perlahan, saat pintu kamar tersebut sudah terbuka dengan sempurna hanya ada kedua putri Shamanta yang sedang tidur dengan sangat lelap di sana. Mereka tertidur dengan sangat nyaman sambil memeluk guling milik baby twins, Edbert langsung masuk ke dalam kamar tersebut dan matanya menyisir kamar kedua bayinya. Namun, sama sekali mereka tak melihat tanda-tanda adanya Ami dan juga Ani di sana. Edbert menjadi curiga dibuatnya, dia berpikir jika kedua orang tersebut sudah kabur dari kediamannya. "Coba periksa di kamar mandi, Boy," ucap Leon Law. Edbert menurut, dia langsung melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Saat pintu kamar mandi terbuka, ternyata kamar mandi tersebut pun sudah kosong. Tak ada Ami dan juga Ani di sana, lantai kamar mandi pun terlihat kering. Edbert langsung berlari dan membuka lemari baju milik Ami dan juga Ani. Ternyata lemari baju mereka terlihat kosong, Edbert terlihat begitu kesal. Pantas saja penculik itu bisa dengan
"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Edbert frustasi. Edbert benar-benar bingung saat ini, kenapa ada orang yang sangat tega menculik istri dan kedua putranya. Padahal, Indira dan kedua putranya tidak bersalah sama sekali.Kalau memang orang tersebut benci pada Edbert, seharusnya dialah yang disakiti. Bukan istri atau pun anaknya, ini sangat tidak adil untuk mereka.Anthony langsung menepuk pundak Edbert, dia berusaha untuk menenangkan hati Kakak sepupunya itu. Dia benar-benar merasa iba, kasihan sekali melihat kakak sepupunya bisa mendapatkan musibah seperti itu. "Sekarang Kakak tenang dulu, kita harus segera menyusul ke Bandara secepatnya." Anthony dengan cepat melangkahkan kakinya menuju mobilnya, dia tidak mau ada kata terlambat nantinya. Edbert menurut, dia mengikuti langkah kaki dari adik sepupunya itu. Anak buah Anthony pun turut mengikuti tuannya, walaupun tanpa disuruh mereka seolah paham.Sampai di dalam mobil, Edbert terlihat termenung. Dia terlihat seda
Edbert terlihat begitu frustasi, dia begitu bingung karena tak bisa menemukan keberadaan Indira dan juga kedua putranya. Rasanya dia ingin mati saja jika mereka tidak ditemukan.Semua anak buahnya sudah dia kerahkan ke mana-mana, sayangnya tetap saja Indira dan kedua putranya tak juga ditemukan. Padahal, keluarga Law adalah keluarga yang sangat berpengaruh dan mempunyai jangkauan luas yang tiada batas. Namun, herannya ketika seperti ini Indira begitu sulit untuk ditemukan. Penculiknya juga seakan bukan orang biasa saja, tetapi juga merupakan orang yang sangat berpengaruh di negeri ini. Sehingga mereka bisa dengan mudah menyembunyikan indira dan juga kedua putranya. Hal itu benar-benar membuat Edbert tak habis pikir, kenapa ada orang yang tega sekali memisahkan dirinya dengan Indira dan kedua putranya. Kini, Edbert terlihat sedang duduk sambil menatap foto Indira dan juga kedua putranya di layar laptop miliknya. Sesekali dia terlihat tersenyum kala mengingat kebersamaan yang dia lal
Awalnya Edbert ingin meminta tolong kepada temannya untuk menemui Lee, tetapi setelah dia pikirkan kembali dia akhirnya meminta tolong kepada Reon untuk menemui Lee secara pribadi. Tentunya sebelum menemui Lee secara langsung, Edbert sudah meminta Reon untuk memata-matai kegiatan Lee secara diam-diam. Reon menurut, Reon sudah menyelidiki semuanya. Namun, Lee terlihat tidak ada sangkut-pautnya dengan penculikan Indira dan juga baby Twins. Sayangnya, walaupun sudah tahu seperti itu. Tetap saja Edbert terlihat ingin memastikan dengan menanyakan kejadian tersebut kepada Lee secara langsung, hanya untuk memastikan, ujarnya.Reon menurut, hari ini dia sudah mendapatkan persetujuan dari Lee untuk bertemu. Pagi-pagi sekali Reon sudah datang di perusahaan Lee, hal itu sengaja dia lakukan agar bisa bertemu secara langsung. Reon dengan sabar menunggu Lee di lobi hotel, hingga pukul delapan tiba Lee nampak masuk ke dalam lobi perusahaan miliknya. Reon segera bangun dan menyapa Lee terlebih den
"Pergilah, Boy. Berliburlah, jangan terlalu larut dalam masalah ini. Kamu juga berhak bahagia," kata Berliana Law. Rasanya memilih pergi untuk berlibur adalah hal yang lebih baik, karena putranya tersebut membutuhkan waktu untuk menenangkan dirinya."Yes, Mom." Edbert terlihat memeluk tubuh Berliana Law dengan sangat erat. Leon Law menghampiri istri dan juga putra sulungnya, lalu dia memeluk kedua orang terkasih dalam hidupnya dan mengecupi kening Berliana Law dan juga Edbert secara bergantian. "Daddy tahu, jika selama satu bulan ini kamu merasa sangat tersiksa berjauhan dengan istri dan kedua putramu. Daddy do'akan semoga dengan liburan kamu kali ini, bisa membuat harimu lebih bahagia," do'a Leon Law tulus. "Thank's Dad, Mom." Edbert terlihat melerai pelukannya, kemudian dia pergi meninggalkan Leon Law dan juga Berliana Law menuju Bandara. Beruntung ada Anthony yang mengurus semuanya, jadi Edbert tinggal berangkat saja. Edbert meninggalkan ibu kota dengan banyak harapan. Dia berh
Edbert terlihat memeluk Indira sambil menangis, dia benar-benar merasa kaget, bahagia, bingung dan juga rindu campur Aduk menjadi satu. Dia merasa Ini adalah sebuah mimpi.Namun, jika memang ini semua hanya mimpi, Edbert meminta agar Tuhan menghentikan waktunya saat itu juga. Karena dia tidak mau lagi berpisah dengan istrinya tersebut. Begitu pula dengan Indira, dia terlihat menangis sambil mendekap erat tubuh yang sangat dia rindukan itu. Pria yang selalu membuat dia menangis dalam setiap malamnya. Dia hirup aroma tubuh suaminya dalam-dalam, lalu dia melerai pelukannya dan memandang wajah tampan suaminya itu. Wajah tampan prianya yang begitu dia rindukan. Dia elus wajah itu, wajah yang kini terlihat lebih tirus. Bahkan, di wajahnya itu kini terlihat ditumbuhi bulu-bulu yang sudah mulai lebat. Edbert sudah dapat dipastikan tidak pernah merawat dirinya. Indira langsung menatap lekat wajah suaminya dan dia kecup kening lelaki yang dia rindukan itu, keduanya seolah ingin menumpahkan r
Malvin dan juga Melvin ternyata sangat gesit, padahal usia mereka baru 3 bulan. Akan tetapi, mereka sudah bisa tengkurap. Bahkan, mereka terus saja berceloteh. Hal itu tentu saja membuat Edbert sangat bangga, tetapi dia tak bisa membantu banyak dalam mengurus kedua putranya itu. Hal itu membuat Indira meminta tolong kepada bu Nadia, agar tinggal sementara di rumah Indira. Beruntung bu Nadia mau menolong Indira, karena memang sebelum Edbert datang. Bu Nadia' lah yang selalu menemani Indira, dia selalu membantu mengurusi kedua putra tampannya itu.Tadinya bu Nadia berpikir jika setelah ada suaminya, dia tidak akan menginap lagi. Namun, ternyata dugaannya salah, dia tetap diminta bantuan oleh Indira. Mungkin, karena terlalu lama tak bertemu, atau mungkin karena Edbert takut jika kedua putranya akan terjatuh karena kedua putranya terlihat begitu gesit. Saat malam menjelang, Indira terlihat kaget karena tiba-tiba saja rumah Melly penuh dengan lelaki bertubuh tinggi dan besar.Bahkan di
Satu minggu tinggal di rumah Indira membuat Edbert sangat senang, dia benar-benar menikmati masa liburannya. Apa lagi dia berlibur bersama dengan istri dan kedua putranya, rasa bahagia benar-benar menyeruak ke dalam dadanya. Edbert merasa jika liburan ini lebih tepat dikatakan bulan madu, karena dia benar-benar merasakan keintiman antara dirinya dan juga sang istri.Bu Nadia juga sangat pengertian, dia selalu berusaha untuk memberikan waktu luang agar dia bisa berduaan bersama dengan istrinya itu. Edbert pun berjanji dalam hatinya, jika dia akan memberikan bonus besar pada wanita itu. "Yang, sudah satu minggu kita tinggal di sini. Apa tidak sebaiknya kita pulang saja?" tanya Edbert. Mendengar ucapan suaminya, Indira terlihat gelisah. Dia takut jika orang yang menculiknya dulu akan marah saat tahu Indira masuk kembali ke dalam kehidupan Edbert. Apalagi sampai tinggal di rumah Edbert lagi, dia benar-benar takut jika orang tersebut akan murka kepada dirinya dan mengakibatkan hal yang