Edbert terlihat memeluk Indira sambil menangis, dia benar-benar merasa kaget, bahagia, bingung dan juga rindu campur Aduk menjadi satu. Dia merasa Ini adalah sebuah mimpi.Namun, jika memang ini semua hanya mimpi, Edbert meminta agar Tuhan menghentikan waktunya saat itu juga. Karena dia tidak mau lagi berpisah dengan istrinya tersebut. Begitu pula dengan Indira, dia terlihat menangis sambil mendekap erat tubuh yang sangat dia rindukan itu. Pria yang selalu membuat dia menangis dalam setiap malamnya. Dia hirup aroma tubuh suaminya dalam-dalam, lalu dia melerai pelukannya dan memandang wajah tampan suaminya itu. Wajah tampan prianya yang begitu dia rindukan. Dia elus wajah itu, wajah yang kini terlihat lebih tirus. Bahkan, di wajahnya itu kini terlihat ditumbuhi bulu-bulu yang sudah mulai lebat. Edbert sudah dapat dipastikan tidak pernah merawat dirinya. Indira langsung menatap lekat wajah suaminya dan dia kecup kening lelaki yang dia rindukan itu, keduanya seolah ingin menumpahkan r
Malvin dan juga Melvin ternyata sangat gesit, padahal usia mereka baru 3 bulan. Akan tetapi, mereka sudah bisa tengkurap. Bahkan, mereka terus saja berceloteh. Hal itu tentu saja membuat Edbert sangat bangga, tetapi dia tak bisa membantu banyak dalam mengurus kedua putranya itu. Hal itu membuat Indira meminta tolong kepada bu Nadia, agar tinggal sementara di rumah Indira. Beruntung bu Nadia mau menolong Indira, karena memang sebelum Edbert datang. Bu Nadia' lah yang selalu menemani Indira, dia selalu membantu mengurusi kedua putra tampannya itu.Tadinya bu Nadia berpikir jika setelah ada suaminya, dia tidak akan menginap lagi. Namun, ternyata dugaannya salah, dia tetap diminta bantuan oleh Indira. Mungkin, karena terlalu lama tak bertemu, atau mungkin karena Edbert takut jika kedua putranya akan terjatuh karena kedua putranya terlihat begitu gesit. Saat malam menjelang, Indira terlihat kaget karena tiba-tiba saja rumah Melly penuh dengan lelaki bertubuh tinggi dan besar.Bahkan di
Satu minggu tinggal di rumah Indira membuat Edbert sangat senang, dia benar-benar menikmati masa liburannya. Apa lagi dia berlibur bersama dengan istri dan kedua putranya, rasa bahagia benar-benar menyeruak ke dalam dadanya. Edbert merasa jika liburan ini lebih tepat dikatakan bulan madu, karena dia benar-benar merasakan keintiman antara dirinya dan juga sang istri.Bu Nadia juga sangat pengertian, dia selalu berusaha untuk memberikan waktu luang agar dia bisa berduaan bersama dengan istrinya itu. Edbert pun berjanji dalam hatinya, jika dia akan memberikan bonus besar pada wanita itu. "Yang, sudah satu minggu kita tinggal di sini. Apa tidak sebaiknya kita pulang saja?" tanya Edbert. Mendengar ucapan suaminya, Indira terlihat gelisah. Dia takut jika orang yang menculiknya dulu akan marah saat tahu Indira masuk kembali ke dalam kehidupan Edbert. Apalagi sampai tinggal di rumah Edbert lagi, dia benar-benar takut jika orang tersebut akan murka kepada dirinya dan mengakibatkan hal yang
"Selamat datang kembali, Sayang." Liliana Leichan nampak memeluk Indira dengan sangat erat. Indira merasa begitu senang karena Liliana Leichan menyambut dirinya seperti kedatangan putrinya, dia terlihat menyayangi dirinya."Terima kasih, Mom. Mommy kapan datang?" tanya Indira. "Dua hari yang lalu, Sayang. Kamu dan kedua putra kamu tidak apa-apa, kan? Kalian tidak terluka, kan?" tanya Liliana Leichan. Wanita paruh baya itu terlihat begitu mengkhawatirkan Indira dan kedua putranya, dia menjadi merasa memiliki ibu kandung dengan kehangatan yang diberikan oleh ibu kandung dari almarhumah Merry tersebut. "No, Mom. Kami baik-baik saja," jawab Indira. Setelah bertegur sapa dengan Liliana Leichan, Indira nampak bertegur sapa bersama dengan Archan Leichan. Dia tentunya menanyakan kabar dari pria itu.Pria paruh baya itu terlihat sangat khawatir terhadap Indira, tak lama kemudian tatapan mata Indira bersibobrok dengan pria yang berada di samping Archan Leichan. Pria itu terlihat sangat tam
Indira terlihat menajamkan pendengarannya, dia sangat ingin tahu dengan apa yang sedang dibicarakan oleh Anthony dan juga suaminya. Dia sudah seperti netizen +62 yang selalu kepo dengan kehidupan orang lain."Jadi, bagaimana Kak?" tanya Anthony. Anthony terdengar menanyakan kebenaran tentang Mahendra yang terlihat berniat untuk menjauhkan Edbert dan juga Indira dengan kedua putranya, Indira masih terdiam karena begitu Ingin tahu apa yang akan dibicarakan oleh keduanya."Indira bilang jika wajah Mahendra, bentuk tubuhnya dan juga gaya bicaranya sangat mirip dengan lelaki yang menculik dirinya dan kedua putraku," jawab Edbert. Tiba-tiba saja Edbert merasakan khawatir yang luar biasa ketika mengingat Mahendra, siang tadi Mahendra terlihat berusaha untuk memisahkan dirinya dengan anak dan istrinya. "Jika Indira berkata seperti itu, berarti kita harus menyelidiki Mahendra. Karena biasanya feeling seorang perempuan itu lebih tepat," ujar Anthony. "Kalau menurutmu seperti itu, segeralah k
Wajah Edbert terlihat memerah menahan amarah, rahangnya terlihat mengeras. Kedua tangannya terlihat mengepal dengan sempurna, kemarahan terlihat jelas dari sorot matanya. Matanya menatap nyalang penuh emosi, Itu semua terjadi sesaat setelah Edbert membaca berkas yang diberikan oleh Anthony, di sana tertera jika Mahendra' lah yang telah menculik Indira dan juga kedua putranya. Mahendra ternyata sudah merencanakan semuanya dengan matang, hal itu dia lakukan karena ingin memisahkan Edbert dan juga istrinya beserta kedua putranya. Mahendra merasa jika Edbert tak pantas bahagia, karena dia telah menghilangkan nyawa Merry. Menurutnya Merry tidak akan meninggal, jika bukan karena ulah Edbert. Hal itu sengaja Mahendra lakukan agar Edbert merasa terpuruk karena ditinggalkan oleh orang-orang yang sangat dia cintai. Karena menurut Mahendra, dirinya dan kedua orang tuanya pun sangat terpuruk ketika kehilangan Merry. Tentu saja Menurut Mahendra kematian Merry tak lepas dari kesalahan yang dila
Melly dan juga Anthony terlihat saling pandang, mereka benar-benar tidak menyangka jika Edbert akan melakukan hal seperti itu."Ck! Cepatlah berangkat, jangan bengong seperti itu." Edbert mendorong Anthony dan juga meli agar segera keluar dari dalam ruangan tersebut.Pada akhirnya Melly dan juga Anthony segera keluar dari ruangan tersebut dan segera pergi menuju Kafe L, Anthony terlihat sesekali menatap Melly seraya tersenyum. Berbeda dengan Melly yang terlihat terus saja menunduk sambil mengusap-usap cincin yang baru saja diberikan oleh Anthony kepadanya. Lebih tepatnya, Edbert' lah yang dengan paksa memakaikan cincin tersebut di jari manis Melly. Perasaan Melly saat ini benar-benar campur aduk menjadi satu, antara senang, terharu, takut dan juga bangga. Karena seorang Anthony mau mengungkapkan rasa cintanya kepada wanita dari kalangan biasa seperti Melly. Dia memang mengagumi sosok Anthony sejak mereka bertemu, tetapi dia tak berani mencintai lelaki itu. Dia takut jika suatu saat
POV Edbert Sore telah menjelang, rasa lelah begitu mendera tubuhku. Rasanya aku ingin sekali untuk segera pulang dan bertemu dengan istri dan juga kedua putraku. Jika sudah melihat mereka, rasa lelah pun tiba-tiba sirna entah ke mana. Aku segera bersiap lalu bergegas untuk pulang menuju kediamanku. Saat aku keluar dari ruanganku, aku melihat Anthony dan juga Melly yang sedang asyik mengobrol berdua di depan ruangan Melly. Mereka terlihat mesra sekali, sesekali Anthony terlihat mengusap lembut pipi Melly. Hal itu membuat teman dari istriku itu nampak tersipu. Aku sempat berdehem seraya menyenggol adik sepupuku itu, dia terlihat tersipu saat menyadari apa yang telah aku lakukan padanya karena memang disengaja. "Cie, yang baru jadian. Lagi anget-angetnya kayaknya, jangan dipepet terus entar khilaf. Mending halalin dulu saja," godaku. Anthony hanya mengusap tengkuk lehernya, dia terlihat salah tingkah saat aku goda. Begitu pun dengan Melly, lalu Anthony mulai berkata. "Apa sih, Bang