Selepas melakukan ritual mandinya, Edbert langsung berganti pakaian dan kembali ke acara yang sedang berlangsung. Saat dia datang, semua memandang wajah Edbert yang terlihat begitu berseri. Tentu saja dia sangat senang, karena setelah dua bulan puasa dia bisa melepaskan hasratnya juga. Walaupun hanya sebentar tetapi terasa begitu nikmat, miliknya bahkan masih bisa merasakan kenikmatan yang Indira berikan untuk dirinya.Leon Law dan Berliana Law yang menyaksikan sendiri penampilan putranya yang telah berubah hanya bisa mengatupkan mulut menahan tawa, mereka paham jika Edbert pastinya sudah tidak tahan. Berbeda dengan Shamanta yang langsung menghampiri Edbert, dia langsung memeluk lengan Edbert kemudian dia berjinjit. Tanpa ragu dia berbisik tepat di telinga Edbert. "Cieee yang abis buka puasa, rambutnya masih basah. Harusnya tuh rambut dikeringkan pake hair dryer, bukan pake anduk doang." Edbert langsung menatap wajah adiknya itu dengan lekat, Shamanta sempat menelan salivanya denga
Edbert terlihat mondar-mandir tidak jelas seperti orang gila, dia sudah tidak bisa berpikir dengan jernih. Baru saja dia mendapatkan kebahagiaan, pikirnya. Lalu, apa ini? Kenapa seakan ada orang yang begitu ingin merenggut kebahagiaannya itu? Siapa yang dengan teganya menculik tiga orang yang sangat berharga di dalam hidupnya? "Ya Tuhan, Ed. Cepat perintahkan anak buahmu untuk mencari Indira dan twins M, aku tidak mau terjadi sesuatu terhadap mereka." Berliana langsung memeluk Leon Law dan menangis tersedu-sedu. Edbert langsung menurut, dia langsung mengambil ponselnya dan dengan cepat menghubungi Anthony. Dia terlihat begitu tidak sabar untuk segera meminta bantuan."Halo, Kak. Ada apa?" tanya Anthony dari sebrang sana. "Indira dan twins hilang, ada yang menculik mereka. Tolong kamu lacak jejak mereka, retas semua CCTV jalanan dan segera temukan mereka." Edbert terlihat menjambak rambutnya dengan kasar. Dia benar-benar tidak habis pikir jika kini dirinya mendapatkan ujian yang be
Edbert mendorong pintu kamar twins dengan perlahan, saat pintu kamar tersebut sudah terbuka dengan sempurna hanya ada kedua putri Shamanta yang sedang tidur dengan sangat lelap di sana. Mereka tertidur dengan sangat nyaman sambil memeluk guling milik baby twins, Edbert langsung masuk ke dalam kamar tersebut dan matanya menyisir kamar kedua bayinya. Namun, sama sekali mereka tak melihat tanda-tanda adanya Ami dan juga Ani di sana. Edbert menjadi curiga dibuatnya, dia berpikir jika kedua orang tersebut sudah kabur dari kediamannya. "Coba periksa di kamar mandi, Boy," ucap Leon Law. Edbert menurut, dia langsung melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Saat pintu kamar mandi terbuka, ternyata kamar mandi tersebut pun sudah kosong. Tak ada Ami dan juga Ani di sana, lantai kamar mandi pun terlihat kering. Edbert langsung berlari dan membuka lemari baju milik Ami dan juga Ani. Ternyata lemari baju mereka terlihat kosong, Edbert terlihat begitu kesal. Pantas saja penculik itu bisa dengan
"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Edbert frustasi. Edbert benar-benar bingung saat ini, kenapa ada orang yang sangat tega menculik istri dan kedua putranya. Padahal, Indira dan kedua putranya tidak bersalah sama sekali.Kalau memang orang tersebut benci pada Edbert, seharusnya dialah yang disakiti. Bukan istri atau pun anaknya, ini sangat tidak adil untuk mereka.Anthony langsung menepuk pundak Edbert, dia berusaha untuk menenangkan hati Kakak sepupunya itu. Dia benar-benar merasa iba, kasihan sekali melihat kakak sepupunya bisa mendapatkan musibah seperti itu. "Sekarang Kakak tenang dulu, kita harus segera menyusul ke Bandara secepatnya." Anthony dengan cepat melangkahkan kakinya menuju mobilnya, dia tidak mau ada kata terlambat nantinya. Edbert menurut, dia mengikuti langkah kaki dari adik sepupunya itu. Anak buah Anthony pun turut mengikuti tuannya, walaupun tanpa disuruh mereka seolah paham.Sampai di dalam mobil, Edbert terlihat termenung. Dia terlihat seda
Edbert terlihat begitu frustasi, dia begitu bingung karena tak bisa menemukan keberadaan Indira dan juga kedua putranya. Rasanya dia ingin mati saja jika mereka tidak ditemukan.Semua anak buahnya sudah dia kerahkan ke mana-mana, sayangnya tetap saja Indira dan kedua putranya tak juga ditemukan. Padahal, keluarga Law adalah keluarga yang sangat berpengaruh dan mempunyai jangkauan luas yang tiada batas. Namun, herannya ketika seperti ini Indira begitu sulit untuk ditemukan. Penculiknya juga seakan bukan orang biasa saja, tetapi juga merupakan orang yang sangat berpengaruh di negeri ini. Sehingga mereka bisa dengan mudah menyembunyikan indira dan juga kedua putranya. Hal itu benar-benar membuat Edbert tak habis pikir, kenapa ada orang yang tega sekali memisahkan dirinya dengan Indira dan kedua putranya. Kini, Edbert terlihat sedang duduk sambil menatap foto Indira dan juga kedua putranya di layar laptop miliknya. Sesekali dia terlihat tersenyum kala mengingat kebersamaan yang dia lal
Awalnya Edbert ingin meminta tolong kepada temannya untuk menemui Lee, tetapi setelah dia pikirkan kembali dia akhirnya meminta tolong kepada Reon untuk menemui Lee secara pribadi. Tentunya sebelum menemui Lee secara langsung, Edbert sudah meminta Reon untuk memata-matai kegiatan Lee secara diam-diam. Reon menurut, Reon sudah menyelidiki semuanya. Namun, Lee terlihat tidak ada sangkut-pautnya dengan penculikan Indira dan juga baby Twins. Sayangnya, walaupun sudah tahu seperti itu. Tetap saja Edbert terlihat ingin memastikan dengan menanyakan kejadian tersebut kepada Lee secara langsung, hanya untuk memastikan, ujarnya.Reon menurut, hari ini dia sudah mendapatkan persetujuan dari Lee untuk bertemu. Pagi-pagi sekali Reon sudah datang di perusahaan Lee, hal itu sengaja dia lakukan agar bisa bertemu secara langsung. Reon dengan sabar menunggu Lee di lobi hotel, hingga pukul delapan tiba Lee nampak masuk ke dalam lobi perusahaan miliknya. Reon segera bangun dan menyapa Lee terlebih den
"Pergilah, Boy. Berliburlah, jangan terlalu larut dalam masalah ini. Kamu juga berhak bahagia," kata Berliana Law. Rasanya memilih pergi untuk berlibur adalah hal yang lebih baik, karena putranya tersebut membutuhkan waktu untuk menenangkan dirinya."Yes, Mom." Edbert terlihat memeluk tubuh Berliana Law dengan sangat erat. Leon Law menghampiri istri dan juga putra sulungnya, lalu dia memeluk kedua orang terkasih dalam hidupnya dan mengecupi kening Berliana Law dan juga Edbert secara bergantian. "Daddy tahu, jika selama satu bulan ini kamu merasa sangat tersiksa berjauhan dengan istri dan kedua putramu. Daddy do'akan semoga dengan liburan kamu kali ini, bisa membuat harimu lebih bahagia," do'a Leon Law tulus. "Thank's Dad, Mom." Edbert terlihat melerai pelukannya, kemudian dia pergi meninggalkan Leon Law dan juga Berliana Law menuju Bandara. Beruntung ada Anthony yang mengurus semuanya, jadi Edbert tinggal berangkat saja. Edbert meninggalkan ibu kota dengan banyak harapan. Dia berh
Edbert terlihat memeluk Indira sambil menangis, dia benar-benar merasa kaget, bahagia, bingung dan juga rindu campur Aduk menjadi satu. Dia merasa Ini adalah sebuah mimpi.Namun, jika memang ini semua hanya mimpi, Edbert meminta agar Tuhan menghentikan waktunya saat itu juga. Karena dia tidak mau lagi berpisah dengan istrinya tersebut. Begitu pula dengan Indira, dia terlihat menangis sambil mendekap erat tubuh yang sangat dia rindukan itu. Pria yang selalu membuat dia menangis dalam setiap malamnya. Dia hirup aroma tubuh suaminya dalam-dalam, lalu dia melerai pelukannya dan memandang wajah tampan suaminya itu. Wajah tampan prianya yang begitu dia rindukan. Dia elus wajah itu, wajah yang kini terlihat lebih tirus. Bahkan, di wajahnya itu kini terlihat ditumbuhi bulu-bulu yang sudah mulai lebat. Edbert sudah dapat dipastikan tidak pernah merawat dirinya. Indira langsung menatap lekat wajah suaminya dan dia kecup kening lelaki yang dia rindukan itu, keduanya seolah ingin menumpahkan r