Share

Malu

Penulis: Cucu Suliani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pesta telah berakhir, Indira dan Melly pun langsung pulang ke kostnya. Malam ini mereka sangat kenyang dan juga lelah, mereka ingin tidur.

Indira bahkan masih merasa malu, dia jadi berpikir. Jika besok Edbert sudah masuk ke kantor, apakah dia masih sanggup untuk bertemu dengan bosnya itu?

Indira berharap, semoga saja Bosnya itu kelelahan sehabis malam pertama dan tidak masuk kantor tentunya.

"Gue, cape." Indira langsung menghempaskan tubuh lelahnya.

"Malu juga," Melly menimpali.

"Iya bener, gue malu banget. Kenapa juga gue mesti jatuh di pangkuan, tuan Edbert?" keluh Indira.

"Elu, sih... ngapain juga lari pake mukanya di tutupin pake hijab begitu?" tanya Melly.

"Gue, malu ege. Kalau bisa, gue udah gali tanah buat ngubur diri." Indira berbicara dengan bibir yang sudah mengerucut.

"Sudahlah, semuanya sudah terjadi. Sekarang, kita tidur dulu. Besok, kita harus siap mental untuk menghadapi gunjingan semua karyawan kantor," terang Melly.

"Elu, bener." Indira langsung berlari ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Berbeda dengan Melly, dia langsung membuka gaun malamnya dan menggantinya dengan piyama tidur. Melly, duduk di depan meja rias lalu membersihkan make upnya. Rasanya dia sudah sangat mengantuk, karena perutnya sudah merasa kenyang.

Selepas membersihkan make up dari wajahnya, Melly langsung tidur. Bahkan saat Indira keluar dari kamar mandi, Melly terlihat sudah terlelap dalam tidurnya.

"Mel, elu kenapa udah tidur aja sih? Elu pasti cape," ucap Indira lirih.

Waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam, Indira pun langsung merebahkan tubuh lelahnya di samping Melly. Tidak lama kemudian, Indira pun sudah menyusul Melly dalam buayan mimpi.

*

Pagi telah menjelang, Melly dan Indira terlihat sudah bersiap dan terlihat cantik. Setelah selsai dengan segala ritual pagi mereka, mereka pun langsung berangkat.

Tepat sesuai dugaan mereka, saat mereka tiba banyak para karyawan yang menggosipkan Melly dan Indira karena kejadian semalam.

"Duo kampungan, dateng. "

"Orang, norak sudah sampai."

"Ngga malu yah, udah makan banyak di pesta orang, rusuh lagi."

"Au tuh si Melly, bisa-bisanya bawa orang norak kayak gitu. "

Itulah sebagian gunjingan yang mereka dengar, sebenarnya hati Indira sangat sakit. Akan tetapi, dia sudah bertekad untuk selalu kuat agar bisa menjadi orang yang sukses saat pulang ke kampung nanti.

Saat dalam lift, Melly pun langsung berpamitan pada Indira.

"Ra, elu baik-baik di ruangan elu. Jangan dengerin apa pun kata orang, kita harus semangat. Inget moto hidup kita, pantang pulang sebelum sukses." Melly mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

Indira pun langsung terkekeh. "Siap, Bos."

Pintu lift terbuka, Melly sudah terlebih dahulu keluar. Sedangkan Indira, masih harus naik ke lantai teratas.

Sampai di lantai atas, Indira langsung masuk ke dalam ruangannya. Di sana, sudah banyak berkas yang sudah Indira kerjakan kemarin.

Sehingga pagi ini, Indira harus masuk ke dalam ruangan CEO LT Corp. Indira langsung merapikan semua berkasnya, kemudian dia mengambil napas panjang.

"Huh... semangat Indira!"

Indira pun berusaha melepaskan beban pikirannya, sungguh dia berharap jika CEO perusahaan tersebut tak masuk hari ini.

Indira langsung keluar dari ruangannya menuju ruangan Edbert. Saat akan mengetuk pintu, Indira merasa sedikit lega.

Karena pada kenyataannya, Edbert tak masuk hari ini. Leon Law'lah yang menggantikan putranya untuk sementara waktu.

"Pagi, Tuan," sapa Indira.

"Pagi, gadis ceroboh." Leon Law langsung terkekeh setelah mengatakan hal itu.

Indira langsung menunduk karena malu, Leon Law pun langsung tertawa. Dia masih sangat mengingat kejadian tadi malam yang menimpa Indira dan juga putranya.

"Aku, hanya bercanda. Kemarilah," titah Leon Law.

Indira mencoba tersenyum pada Leon Law. Walaupun terlihat sangat kaku, karena memang dia masih merasa sangat malu. Kemudian, Indira langsung menghampiri Leon Law.

"Ini,Tuan." Indira menyerahkan beberapa berkas yang harus ditandatangani oleh Leon Law.

Leon Law langsung menerima berkas dari Indira, kemudian Leon Law pun memeriksa berkasnya dan membubuhinya dengan tanda tangannya.

"Sudah, apa ada lagi?" tanya Leon Law.

"Pukul sepuluh Tuan harus pergi ke hotel AL untuk meeting dengan pemilik hotel tersebut," jelas Indira.

"Untuk apa? "

"Mereka ingin mengajak kita untuk bekerja sama, mereka juga ingin memasang cctv di setiap hotel yang baru mereka bangun," jelas Indira.

"Baiklah, kalau begitu kamu siapkan semua berkasnya. Kamu, juga nanti harus ikut. Sekalian kamu belajar untuk mempresentasikan program dari perusahaan yang kita punya," jelas Leon Law.

Indira langsung membungkuk hormat, mau tidak mau dia harus siap seperti apa yang sudah dikatakan oleh Shanty.

"Siap, Tuan."

"Bagus, sekarang pergilah. Ingat, kamu harus menemani saya setiap kali ada meeting di luar kantor. Karena saya akan menggantikan Edbert untuk sementara waktu," jelas Leon Law.

"Baik, Tuan," jawab Indira.

Indira langsung keluar dari ruangan tersebut dan langsung masuk ke dalam ruangannya, dia merasa lega karena ternyata ayah dari atasannya itu tidak sejahat yang dia pikirkan.

"Huft... ternyata tuan Leon, sangat baik," puji Indira.

Indira langsung duduk dan mengerjakan tugas-tugasnya. Tak lupa, Indira juga menyiapkan berkas yang diperlukan untuk bahan meeting nanti.

"Harus komplit, ngga boleh ada yang ketinggalan dan harus bisa mempresentasikan semua produk dari perusahaan dengan baik. Semangat!! "

Indira terus saja menyemangati dirinya, Ini adalah hari perdana di mana dia harus bekerja di luar kantor. Semuanya tentu harus dia persiapkan dengan baik, jangan sampai ada kesalahan. Apa lagi, membuat Leon Law kecewa.

Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh, Indira langsung menyiapkan semua berkasnya. Setelah selsai, dia pun langsung keluar dari ruangannya.

Baru saja dia mau menghampiri Leon Law, tetapi ternyata Leon Law sudah siap dan kini sudah berada tepat di depan Indira.

"Sudah siap?"

"Siap, Tuan."

"Bagus, kita harus cepat," ucap Leon Law.

Leon Law langsung berjalan dengan cepat, Indira pun berusaha untuk mengimbangi cara jalan lelaki paruh baya tersebut.

Leon Law memang sudah berusia lima puluh tahun. Akan tetapi, dia terlihat sangat gagah dan bahkan jika melihat wajah blasterannya, dia terlihat masih berusia empat puluh tahunan.

Kini mereka sudah tiba di hotel AL, Indira dan Leon Law pun langsung masuk ke tempat yang sudah mereka sepakati.

Saat mereka masuk, ternyata si pemilik hotel bersama dua orang kepercayaannya sudah menunggu Indira dan Leon Law. Setelah formasinya dirasa lengkap, mereka pun langsung memulai meeting tersebut.

Dari pihak AL hotel memberikan banyak pertanyaan dan banyak tawaran, dengan cekatan Indira menjelaskan produk apa saja yang perusahan mereka punya.

Indira juga mempresentasikan semua produk dengan sangat bagus. Pihak AL hotel pun sangat suka dan mereka pun langsung tertarik.

Perusahan Leon Law memang bekerja di bidang teknologi, banyak teknologi canggih yang mereka sudah keluarkan.

Hampir semua teknologi canggih yang perusahaan Leon Law ciptakan, laris di pasar nasional maupun Internasional.

Tak sampai dua jam kesepakatan pun telah terjalin, kedua belah pihak pun langsung sepakat untuk menandatangi kontrak kerja.

Leon Law, sangat bangga pada kemampuan Indira. Padahal, menurut catatan yang dia baca, Indira hanya lulusan Universitas kecil di pulau S. Setelah selsai, Leon Law langsung mengajak Indira makan siang di sebuah Resto mewah.

Leon Law dengan sengaja memesan banyak makanan enak dan mahal untuk Indira.

"Tuan, Ini semua terlalu berlebihan," cap Indira tak enak hati.

"Makanlah, aku tahu kamu sangat suka makan," titah Leon Law.

Indira pun langsung mengangguk malu, pasalnya tuan besarnya jadi tahu kebiasaannya makannya yang selalu banyak. Indira sangat tahu penyebabnya, pasti karena kesalahannya di pesta kemarin.

Kini yang ada di hatinya hanyalah senang dan malu. Senang karena bisa makan enak, malu karena dia hanya gadis kampung yang suka sekali makan enak.

Bukan karena hobi, lebih tepatnya tidak pernah makan enak. Sekalinya nemu makan enak, langsung kalap.

"Terima kasih, Tuan," ucap Indira.

Indira langsung menyantap makanan yang tersaji di meja, semuanya terasa enak di lidahnya. Awalnya, Indira terlihat mengambil sedikit demi sedikit. Setelah dirasa semua makanan yang ada di hadapannya enak-enak, Indira langsung makan dengan lahap.

Leon Law sampai menggelengkan kepalanya melihat cara Indira makan, Indira terlihat cantik, bajunya terlihat modis walaupun memakai hijab.

Menarik, pintar, bahkan Indira bisa dengan mudah mempelajari detail tentang perusahaan Law. Sayangnya, Indira sangat ceroboh dan tidak pernah bisa menjaga imagenya.

Tidak sampai lima belas menit, semua makanan yang terhidang di meja sudah ludes tidak tersisa. Sedangkan Leon Law, satu piring saja belum sempat dia habiskan.

"Mau nambah?" tanya Leon Law.

"Tidak usah, Tuan. Sudah sangat kenyang," ucap Indira seraya mengelus lembut perutnya.

Leon Law nampak tertawa renyah, melihat kekonyolan Indira. Leon Law nampak melihat jam yang melingkar di tangannya. Ternyata waktu sudah menunjukkan pukul satu siang, dia pun memutuskan untuk segera kembali ke kantor

"Baiklah, sekarang kita kembali ke kantor," ucap Leon Law.

"Siap, Tuan," jawab Indira.

Mereka pun langsung kembali menuju kantor, tentunya setelah membayar semua makanan yang sudah mereka makan. Lebih tepatnya, Indira yang banyak makan. Karena Leon Law hanya makan satu porsi saja.

Leon Law merupakan pria yang suka menjaga kesehatan, tentunya makanan yang masuk ke dalam tubuhnya pun harus dengan porsi yang tepat.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ima Edg
ga apa banyak makan, yg penting tetap cantik dan langsing. semangat Indira, pantang pulang sebelum sukses..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Kedua    Lelah

    Pekerjaan hari ini terasa sangat melelahkan dan rasanya pekerjaan hari ini membuat Indira harus rela tenaganya terkuras, benar-benar merasa cape.Bahkan, hari ini Indira harus rela lembur sampai malam. Karena banyaknya pesanan yang datang. Tidak hanya itu saja, hari ini banyak perusahaan lain yang mengajak perusahaan LT Corp untuk bekerja sama. Karena banyaknya perusahaan yang sudah merasa puas dan merekomendasikan perusahaan Law, hal itu menjadi keuntungan sendiri untuk perusahaan LT Corp. Bahkan, pernikahan Edbert dan Merry pun seakan membawa barkah dan keberuntungan pada keluarga Law. Karena Merry memanglah anak pengusaha kaya no. dua di Indonesia. Karena tergabungnya dua perusahaan besar, membuat mereka makin dikenal di dalam dunia bisnis. Dua perusahaan tersebut, bisa dengan mudahnya melebarkan sayapnya. Indira, nampak meregangkan otot-otot lelahnya. Indira sudah sangat lelah dan ingin segera pulang, dia ingin segera tidur."Pantas saja mataku sudah terasa berat, ternyata suda

  • Istri Kedua    Kedatangan Anthony

    Sudah satu minggu ini Indira terlihat melakukan banyak pekerjaan, karena memang perusahaan LT Corp kini sedang ada di puncak popularitas. Indira bahkan harus rela untuk lembur dan Indira akan pulang pada pukul sepuluh malam. Lelah? Tentu saja sangat lelah, setiap hari bahkan Indira harus meminum jamu anti pegal linu. Karena seharian duduk membuatnya sering sakit pinggang. Bahkan, Indira harus pergi ke luar kantor jika ada pertemuan mendesak. Tentunya bersama dengan Leon Law."Oh, ya ampun! Usiaku baru dua puluh dua tahun, kenapa malah sering sakit pinggang kaya gini coba? Mulai sekarang, aku harus minum banyak air putih," gumam Indira. Indira meneruskan kembali pekerjaannya, dia begitu serius dalam bekerja. Sampai bunyi telepon yang ada di atas mejanya berdering, barulah Indira menghentikan aktivitasnya. Cepat-cepat Indira mengangkat panggilan telpon tersebut. karena takut jika itu adalah panggilan penting."Halo, selamat siang. Indira Andriyani di sini, ini dengan siapa, ya?" sap

  • Istri Kedua    Bekerja Kembali

    Kehadiran Anthony ternyata memang bisa mengurangi beban Indira, biasanya Indira begitu super sibuk. Akan tetapi, setelah seminggu Anthony membantunya, Indira bisa lebih santai dalam bekerja.Bahkan dia sudah tidak pernah lembur lagi dan selalu pulang tepat waktu. Bahkan Indira sudah jarang berangkat bersama Melly, karena Anthony selalu sigap dalam hal mengantar jemput Indira.Seperti hari ini misalnya, begitu banyak berkas yang harus Indira kerjakan. Akan tetapi dengan sigap Anthony membantunya, bahkan Anthony lebih sering berada di dalam ruangan Indira, daripada di dalam ruangannya sendiri."Ekhm! Kalian serius sekali," ucap Merry yang ternyata sudah berada di ruangan Indira. Indira dan Anthony langsung bangun dan menyapa Merry, istri dari Edbert tersebut."Selamat pagi, Nona Merry,'' sapa Indira. "Selamat pagi, Kak Merry," sapa Anthony. Merry langsung tersenyum melihat mereka yang begitu kompak."Pagi semuanya,'' balas sapa Merry."Kakak, sudah pulang?" tanya Anthony. "Sudah, aku

  • Istri Kedua    Hasil Pemeriksaan

    Pagi ini Merry sudah terlihat sangat cantik dan juga rapi. Setelah kepergian suaminya menuju perusahaannya, Merry ingin segera pergi ke Rumah Sakit untuk memeriksakan keadaannya. Awalnya, Merry merasa biasa saja dengan sakit perut yang sudah dia derita selama 2 tahun lebih ini. Dia merasa enggan untuk memeriksanya, karena menurutnya itu hanya sakit perut biasa. Akan tetapi, setelah mendengarkan nasehat dari Indira, entah kenapa dia ingin sekali untuk memeriksakan kondisi tubuhnya. Sungguh Merry sangat ingin tahu, ada apa sebenarnya dengan perutnya. Kenapa selalu saja terasa sakit, bahkan semakin lama rasa sakitnya kian bertambah dan terkadang terasa sangat menyiksa. "Sudah cantik, semoga hasilnya baik," ucap Merry lirih.Setelah memastikan kalau dia sudah rapi dan cantik, Merry pun langsung berangkat menuju Rumah Sakit. Sesampainya di Rumah Sakit, Merry langsung masuk kedalam ruangannya Elsa. Karena memang sebelumnya Merry telah melakukan janji temu dengan Elsa, Elsa adalah sahaba

  • Istri Kedua    Beralasan

    Merry benar-benar terlihat kacau hari ini, hampir seharian dia menghabiskan waktu untuk menangis di dalam kamarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore, dengan gerakan cepat Merry langsung mengguyur tubuhnya agar bisa lebih segar dan lebih tenang. Setelah selesai, Merry langsung merias wajahnya. Dia tidak mau jika Edbert melihat wajahnya yang kini sudah mulai terlihat memucat. Setelah puas dengan hasil riasannya, Merry langsung melangkahkan kakinya menuju ruang tamu. Dia ingin menunggu suaminya pulang, dia harus terlihat biasa saja. Jangan sampai Edbert curiga dengan keadaannya saat ini. Tidak lama kemudian, lelaki yang kini sudah menjadi suaminya tersebut datang dan menghampiri Merry. Edbert langsung menjatuhkan tubuhnya di samping Merry, Memeluknya dan melabuhkan sebuah ciuman hangat di bibir istrinya. "Kangen, aku pengen di sini," ucap Edbert. Merry terlihat kelabakan, dia belum siap mengatakan semuanya pada suaminya itu. Dia bingung harus beralasan seperti apa kepada Edb

  • Istri Kedua    Jawaban

    Merry terlihat sangat kacau, dia masih menangis sambil meminta Edbert untuk menikah lagi. Wajah Edbert terlihat memerah menahan amarah, dia sangat kesal dengan apa yang diucapkan oleh istrinya. Edbert menghampiri Merry, dan mencengkram kedua bahunya dengan kuat. Merry terlihat meringis menahan sakit, karena tanpa sadar Edbert sudah menyakiti istrinya."Katakan, Sayang! Apa maksud dari perkataanmu?!" seru Edbert. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang diminta oleh istrinya, apakah istrinya itu mengira jika pernikahan adalah sebuah pemain, pikirnya."A--aku sakit, aku menderita kanker rahim stadium empat," jawab Merry terbata. Edbert nampak limbung, dia bahkan sampai menjatuhkan tubuhnya di lantai. Sedangkan Indira nampak syok dengan apa yang dia dengar, ini terdengar menyakitkan.Seorang istri mengemis pada suaminya agar mau menikah lagi, alasannya karena sakit. Sungguh miris, pikir Indira. Merry langsung meluruhkan tubuhnya ke atas lantai, lalu dia memeluk Edbert dengan

  • Istri Kedua    Istri Kedua

    Merry langsung menyusul suaminya, Merry begitu takut jika Edbert akan marah besar padanya. Langkah Edbert begitu cepat, bahkan Merry sampai harus berlari untuk mensejajarkan langkah suaminya. Edbert seolah tidak perduli akan hal itu, dia tetap saja melangkah dalam diam. Setelah sampai di parkiran, Edbert langsung masuk ke dalam mobilnya. Merry pun langsung masuk dan duduk di samping suaminya, Merry nampak terengah-engah. Dia tak menyangka jika Edbert akan mendiamkannya. "Benahi dandananmu," ucap Edbert tanpa menolehkan wajahnya ke arah Merry. Merry terlihat kebingungan mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya, karena Edbert tiba-tiba saja menyuruh dirinya untuk membenahi dandanannya "Maksudnya?" "Kita akan ke rumah mommy, kita harus meminta izin untuk pergi ke luar negeri," jawab Edbert. Merry memang meminta Edbert untuk menikah kembali, tetapi tidak secepat ini. Tidak harus tinggal di luar negeri juga, pikirnya."Harus sekarang? Harus secepat ini?" "Tentu, aku ingin kita tin

  • Istri Kedua    Langkah Pertama

    Satu minggu sudah Merry berada di Singapura, tapi Merry belum bisa membuat suaminya tidur satu kamar dengan Indira. Merry mulai resah, kalau Edbert tidak mau tidur satu kamar dengan Indira dan bahkan tidak mau menyentuhnya, lalu kapan mereka akan punya keturunan, pikir Merry. "Apa yang saat ini harus aku lakukan, Tuhan?" tanya Merry kepada dirinya sendiri.Malam pun telah menjelang, tetapi Edbert masih berada di ruang kerjanya. Sedangkan Indira sudah masuk ke dalam kamarnya dan mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Edbert memang tidak pernah menemui Indira, tetapi dia selalu memberikan pekerjaan pada Indira. Setumpuk berkas yang harus Indira selesaikan dalam setiap harinya. Itu merupakan salah satu cara dari Edbert agar Indira tidak merasa bosan karena harus tinggal jauh di negeri orang tanpa punya sahabat, itu adalah cara yang efektif, menurut Edbert.Berbeda dengan Merry, wanita itu belum bisa tidur. Merry terlihat sangat gelisah. Dia sedang memikirkan bagaimana car

Bab terbaru

  • Istri Kedua    Happy Ending

    Keesokan harinya.Anthony dan Melly datang ke rumah Edbert, karena memang ada yang ingin Edbert ingin sampaikan kepada mereka berdua. Tiba di kediaman Edbert, Anthony dan juga Melly langsung disambut gembira oleh Indira. Bahkan di sana juga ada Berliana Law dan juga Leo Law, mereka ikut menyambut kedatangan keduanya."Selamat datang Kakak-ku, Sayang." Indira langsung memeluk Melly dengan erat. Memeluk wanita yang merupakan sahabatnya sejak lama, wanita yang selalu berperilaku baik terhadap dirinya. Wanita yang mau berbagi senang dan juga susah dengan dirinya."Terima kasih untuk sambutannya," ucap Melly seraya tersenyum. Indira terlihat tersenyum, lalu dia mencondongkan wajahnya. Kemudian, dia berbisik tepat di telinga Melly. "Semalam kalian melakukannya berapa kali?" tanya Indira.Melly nampak tersipu mendengar pertanyaan dari Indira, menurutnya ini adalah hal yang intim. Kenapa juga Indira harus menanyakan hal itu, pikirnya. "Rahasia," jawab Melly dengan salah tingkah.Melihat

  • Istri Kedua    Belah Duren

    Tangannya memang berada di atas kepala Melly, tetapi bibirnya sesekali mengecupi leher jenjang istrinya, bahkan dia juga suka sekali menggigit pelan pundak Melly. "Aduh, Mas. Sakit!" keluh Melly kala Anthony kembali menggigit pundaknya. Anthony memutarkan bola matanya dengan malas, karena istrinya itu terus saja melayangkan protesnya. Padahal, dia hanya merasa gemas terhadap istrinya tersebut."Yaelah, Yang. Baru juga digigit. Belum juga aku patuk," ucap Anthony seraya terkekeh. Melly langsung menatap suaminya dengan tatapan tajamnya, dia merasa tidak suka kala suaminya mengatakan hal seperti itu."Emangnya kamu ular, pake matuk segala?" tanya Melly. "Hem, aku bukan ular. Tapi, ada king kobra yang sudah sangat siap menyemburkan bisanya, bersiaplah, Sayang. Aku akan terus menyemburkan bisanya agar bisa mencetak Anthony junior di sini," kata Anthony seraya mengelus lembut perut istrinya. Mendengar ucapan suaminya, Melly nampak tersipu malu. Dia juga merasa ingin segera memiliki ketu

  • Istri Kedua    Malam Sahnya Anthony

    Hari yang Anthony tunggu-tunggu telah tiba, hari ini di sebuah ballroom hotel mewah milik keluarga Law sudah diselenggarakan acara pernikahan Anthony dengan Melly. Pasangan pengantin baru itu terlihat sangat bahagia, apa lagi dengan Anthony. Pria muda itu terlihat sangat antusias dan tidak sabar untuk menyambut malam pertamanya. Dia sudah tidak sabar untuk merasakan yang namanya nikmatnya surga dunia seperti apa, dia sudah tidak sabar untuk mengajak Melly bermain kuda-kudaan. Sayangnya keinginan Anthony tidak bisa langsung dilaksanakan, karena dia masih harus mengikuti acara resepsi pernikahan yang sudah disiapkan oleh Leon Law. Anthony dan Melly kini sedang berdiri di atas pelaminan, wajah mereka terlihat sangat bahagia. Terlebih lagi dengan Anthony, dia merasa bangga karena bisa mempersunting wanita yang dia puja.Walaupun pada awalnya dia sempat menyukai Indira, tetapi rasa itu sudah tidak ada lagi. Anthony merasa jika Tuhan tidak menjodohkan dirinya dengan Indira, tetapi tuhan

  • Istri Kedua    Permintaan Maaf Mahendra

    Mahendra benar-benar merasa menyesal, dia baru sadar jika Indira memanglah wanita baik hati yang terlihat begitu tulus. Bahkan kasih sayangnya terhadap Liliana Leichan saja sangat tulus, tak terlihat adanya pencitraan di sana. Pantas saja Merry sang kakak begitu memuja perempuan bernama Indira itu, pikirnya. Dia bahkan rela tinggal satu atap dengan wanita yang dia pilih sebagai madunya. Mahendra baru sadar jika itu semua dia lakukan karena Merry ingin memberikan mutiara untuk suami tercintanya. Merry ingin memberikan kebahagiaan pada suaminya lewat wanita lain yang lebih baik dari dirinya. Indira terlihat tersenyum sambil menatap Mahendra, dia bisa melihat dengan jelas jika Mahendra terlihat begitu menyesal akan perbuatan yang pernah dia lakukan terhadap dirinya dan kedua putranya. Namun, Indira tak bisa berkata apa pun. Dia hanya ingin menunggu apa yang akan dikatakan oleh Mahendra selanjutnya. Tak lama kemudian, Mahendra terlihat memberanikan diri untuk menatap Indira. Kemudian,

  • Istri Kedua    Penyesalan Mahendra

    Dua minggu sudah Mahendra mendapatkan perawatan di Rumah Sakit, wajahnya sudah terlihat segar, luka di tubuhnya pun sudah terlihat membaik. Bahkan, kakinya kini sudah tidak memakai gips lagi, jika diraba kakinya sudah mulai bisa merasakan sentuhan. Selama dua minggu ini, Mahendra selalu saja memikirkan tentang Indira yang mau mendonorkan darahnya untuk dirinya. Sebenarnya dia sungguh bertanya-tanya di dalam hatinya, kenapa Indira mau mendonorkan darah untuknya. Padahal, dia sudah berbuat jahat kepada Indira, rasa-rasanya Edbert pasti sudah tahu kelakuan dirinya terhadap istrinya dan kedua putranya.Namun, kenapa mereka seakan tidak marah. Bahkan, seminggu yang lalu Indira dan juga Edbert sempat menjenguk Mahendra ke Rumah Sakit. Mereka terlihat biasa saja, Mahendra jadi berpikir, mungkinkah Indira mempunyai hati yang begitu tulus seperti yang diungkapkan oleh Merry melalui surat yang dikirimkan kepada kedua orang tuanya, pikirnya.Makanya Edbert bisa dengan mudahnya menerima keberad

  • Istri Kedua    Reaksi Mahendra

    Selama satu minggu Mahendra tak sadarkan diri, dokter berkata jika dia baik-baik saja. Kondisi kesehatannya juga sudah sangat bagus, hasil operasinya juga baik. Namun, dokter juga tak tahu kenapa Mahendra tak juga kunjung sadarkan diri. Liliana Leichan dan juga Archan Leichan sempat di kebingungan, mereka benar-benar takut akan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan terhadap putranya tersebut. Walaupun dokter berkata dia baik-baik saja, tetapi ketika mereka bicara dan berusaha untuk mengajak Mahendra mengobrol, sayangnya Mahendra tak pernah memberikan respon sama sekali. Mahendra seperti orang yang kehilangan semangat hidupnya, dia seperti enggan untuk melanjutkan kehidupannya. Dia seperti ingin tertidur lama, beristirahat tanpa merasakan beban dan juga tanpa merasakan tekanan di dalam hidupnya. Liliana Leichan sempat berkonsultasi dengan dokter psikologi, dia pernah berkata jika kemungkinan Mahendra mengalami guncangan yang hebat di dalam dirinya. Dia merasa lebih baik tidur la

  • Istri Kedua    Butuh Donor Darah

    Edbert terlihat berlari di lorong Rumah Sakit, dia mencari ruang operasi sesuai dengan apa yang diucapkan oleh seorang suster saat menelpon dirinya. Ya! Seorang suster telah meneleponnya, dia memberitahukan Edbert jika Mahendra mengalami kecelakaan hebat saat sedang mengendarai mobilnya menuju perusahaan milik keluarga Leichan. Kecelakaan tunggal yang dialami Mahendra mengakibatkan tulang kakinya remuk, karena terhimpit body mobil. Bila dilihat dari cctv jalanan, Mahendra terlihat tidak fokus saat menjalankan mobilnya. Dia terlihat membanting setir mobilnya ke arah kanan secara tiba-tiba hingga akhirnya mobil yang dikendarai oleh Mahendra langsung menabrak pembatas jalan dengan sangat kencang. Kecelakaan tidak dapat dihindari, beruntung banyak orang kala itu. Hal itu membuat Mahendra mendapatkan pertolongan dengan cepat. Tidak lama kemudian, dia melihat Liliana Leichan dan juga Archan Leichan yang sedang saling memeluk dengan wajah yang sudah basah dengan air mata. Edbert bisa me

  • Istri Kedua    Ancaman Mahendra

    Aku melangkahkan kakiku menuju kamar utama, saat aku membuka pintunya, Indira nampak sedang duduk di depan meja rias. Dia sedang memakai serum di wajahnya, tak lama kemudian dia memakai lotion di tangannya. Aku menghampirinya dan langsung memeluknya dengan erat. "kamu wangi, Sayang." Aku kecup dan aku cium bibirnya, aku pagut bibir itu dengan penuh hasrat.Setiap kali aku berdekatan dengan istri keduaku ini, aku selalu saja berhasrat. Dia selalu bisa memancing gairahku, padahal dia tidak sedang melakukan gerakan sensual."Mas, ih!" keluh Indira.Dia terlihat risih karena aku terus saja mengecupi leher jenjangnya, bahkan tanpa ragu Aku mengecup cerukan lehernya. "Kamu cantik banget sih, Yang." Aku kembali menyesap bibir itu, bibir yang selalu membuat aku ingin mengecup dan memagutnya.Aku sengaja berbasa-basi sebelum aku menanyakan tentang Mahendra, karena biasanya wanita itu butuh pancingan. Entah masalah obrolan biasa, ataupun masalah di atas ranjang."Iya, aku sudah cantik dan wan

  • Istri Kedua    Berkumpul Bersama

    POV Edbert Sore telah menjelang, rasa lelah begitu mendera tubuhku. Rasanya aku ingin sekali untuk segera pulang dan bertemu dengan istri dan juga kedua putraku. Jika sudah melihat mereka, rasa lelah pun tiba-tiba sirna entah ke mana. Aku segera bersiap lalu bergegas untuk pulang menuju kediamanku. Saat aku keluar dari ruanganku, aku melihat Anthony dan juga Melly yang sedang asyik mengobrol berdua di depan ruangan Melly. Mereka terlihat mesra sekali, sesekali Anthony terlihat mengusap lembut pipi Melly. Hal itu membuat teman dari istriku itu nampak tersipu. Aku sempat berdehem seraya menyenggol adik sepupuku itu, dia terlihat tersipu saat menyadari apa yang telah aku lakukan padanya karena memang disengaja. "Cie, yang baru jadian. Lagi anget-angetnya kayaknya, jangan dipepet terus entar khilaf. Mending halalin dulu saja," godaku. Anthony hanya mengusap tengkuk lehernya, dia terlihat salah tingkah saat aku goda. Begitu pun dengan Melly, lalu Anthony mulai berkata. "Apa sih, Bang

DMCA.com Protection Status