Beranda / Romansa / Istri Kedua / Kedatangan Anthony

Share

Kedatangan Anthony

Penulis: Cucu Suliani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sudah satu minggu ini Indira terlihat melakukan banyak pekerjaan, karena memang perusahaan LT Corp kini sedang ada di puncak popularitas. Indira bahkan harus rela untuk lembur dan Indira akan pulang pada pukul sepuluh malam. 

Lelah? 

Tentu saja sangat lelah, setiap hari bahkan Indira harus meminum jamu anti pegal linu. Karena seharian duduk membuatnya sering sakit pinggang. 

Bahkan, Indira harus pergi ke luar kantor jika ada pertemuan mendesak. Tentunya bersama dengan Leon Law.

"Oh, ya ampun! Usiaku baru dua puluh dua tahun, kenapa malah sering sakit pinggang kaya gini coba? Mulai sekarang, aku harus minum banyak air putih," gumam Indira. 

Indira meneruskan kembali pekerjaannya, dia begitu serius dalam bekerja. Sampai bunyi telepon yang ada di atas mejanya berdering, barulah Indira menghentikan aktivitasnya. 

Cepat-cepat Indira mengangkat panggilan telpon tersebut. karena takut jika itu adalah panggilan penting.

"Halo, selamat siang. Indira Andriyani di sini, ini dengan siapa, ya?" sapa Indira. 

(............)

"Baik, Tuan besar," jawab Indira. 

Indira langsung merapikan berkas yang sudah dia kerjakan, kemudian membawanya ke dalam ruangan dirut LT Corp. 

"Selamat siang, Tuan besar. Ada yang bisa saya bantu?" sapa Indira. 

Leon Law menghentikan aktivitasnya, lalu dia menolehkan wajahnya ke arah Indira. Wanita cantik yang selalu berusaha untuk bekerja dengan sempurna.

"Siang, Indira," jawab Leon Law. 

Leon Law terlihat tersenyum ke arah Indira, dia suka dengan cara kerja Indira yang selalu sigap dan cepat. Dia tidak pernah mengeluh dalam bekerja.

Indira segera menyerahkan semua berkas yang dia bawa pada  Leon Law. Leon Law pun langsung menerimanya, dia membacanya dengan teliti dan membubuhkan tandatangannya. Setelah semuanya selsai, Leon Law langsung menatap Indira. 

"Indira, saya tahu jika akhir-akhir ini perusahan kita sedang ada di puncak popularitas. Banyak sekali pekerjaan tak terduga yang datang untuk segera minta diselesaikan, oleh karena itu saya sudah mempekerjakan keponakan saya, Anthony sebagai asisten pribadi untuk Edbert."

Leon Law nampak menjelaskan, sedangkan Indira terdiam mendengarkan. Namun, karena kurang paham akhirnya Indira bertanya kepada pria paruh baya itu.

"Maksud Tuan besar bagaimana? Saya ngga paham," kata Indira.

"Anthony, akan bekerja untuk membantu pekerjaan kamu, Indira. Dia juga bekerja untuk mengawasi Edbert. Aku tidak mau jika suatu saat nanti akan terjadi hal yang tak diinginkan. Aku sangat tahu, jika anak itu selalu bermain-main dengan hidupnya," Jelas Leon Law. 

"Saya mengerti, Tuan besar," jawab Indira. 

Leon Law terlihat senang, karena Indira selalu saja cepat tanggap. Banyak bertanya tapi bukan lambat dalam berpikir.

"Bagus! Kamu duduklah dulu. Sebentar lagi Anthony akan datang," titah Leon Law. 

Indira pun menurut, dia duduk di sofa tunggu. Tidak lama kemudian, datanglah seorang pria tampan yang menghampiri Leon Law. 

"Selamat siang, Om," sapa Anthony. 

Anthony langsung memeluk Leon Law, lalu menepuk lembut punggung Leon Law.

"Siang, Anthony," balas Leon Law.

Antoni melerai pelukannya, lalu menatap penuh kagum pada om'nya. Pria yang berjasa besar di dalam hidupnya.

"Duduklah! Di sana sudah ada Indira yang menunggu," ucap Leon Law.  

Anthony menurut, dia segera duduk tidak jauh dari Indira. Wanita yang terlihat begitu cantik di matanya.

"Anthony! Om, ingin kamu bekerja di sini. Membantu mengembangkan  perusahaan, Om. Tentunya, Om juga ingin kamu membantu mengawasi Edbert," pinta Leon Law. 

Anthony pun langsung tersenyum, karena ternyata urusannya tidak jauh dari anak sulung om'nya tersebut.

"Siap, Om. Aku, sudah siap bekerja." Antony berucap dengan pasti. 

Leon Law terlihat bangga pada keponakannya, karena keponakannya selalu saja sigap dalam bekerja. Sama halnya dengan Indira.

"Bagus! Tidak sia-sia kamu aku kirim ke negeri Paman Sam selama enam tahun," ucap Leon Law seraya menepuk pelan pundak Anthony. 

Anthony merasa sangat senang karena setelah menyelesaikan S2'nya, kini dia bisa mengabdi pada orang yang sudah mengurusnya sejak kecil. 

"Mulai hari ini, kamu bisa langsung bekerja. Bekerja Samalah dengan Indira, dia perempuan muda yang cerdas." Leon Law memberikan titah seraya memuji Indira.

Anthony langsung menatap Indira yang sedang menyimak percakapan antara dirinya dan Leon Law, lalu dia tersenyum dan berkata.

"Hai, Cantik. Aku Anthony, aku harap kita bisa bekerja sama dengan baik." Anthony berucap seraya mengulurkan tangannya. 

Indira langsung tersenyum sambil mengatupkan kedua tangannya di depan wajahnya, Anthony langsung mengerti. Dia segera menarik tangannya kembali. 

"Saya Indira, Bang. Saya juga berharap kita bisa bekerja sama dengan baik," jawab Indira. 

Anthony nampak menganggukkan kepalanya, dia sangat suka dengan Indira. Di jaman modern seperti ini, masih sangat jarang wanita yang berkelakuan alim seperti Indira. 

"Iya," jawab Antony.

Leon Law langsung tersenyum melihat interaksi keduanya, lalu pria paruh baya itu bertanya kembali kepada keponakannya.

"Sudah siap untuk bekerja?" tanya Leon Law. 

"Siap, Om," jawab Anthony. 

"Bagus, sekarang ikutlah bersama dengan Indira. Belajarlah terlebih dahulu padanya, kalau sudah paham, baru kamu kerjakan sendiri di ruangan kamu," ucap Leon Law. 

Anthony langsung menegakan duduknya.

"Siap, Om!" ucap Anthony. 

Indira segera bangun dari duduknya, Anthony pun segera mengekori langkah Indira. Setelah sampai di dalam ruangan Indira, Anthony langsung menghempaskan tubuhnya di atas sofa tunggu. 

"Kerjaannya bawa sini aja, Ra. Biar lebih santai ngerjainnya," pinta Anthony.

"Siap, Bang," ucap Indira sambil membawa berkasnya. 

Indira langsung membawa beberapa berkas yang harus dikerjakan, Indira juga membawa laptopnya. Karena panduan perusahaan ada di sana.

Setelah dirasa cukup, Indira langsung menghampiri Anthony dan memulai pekerjaannya. 

Indira mulai mengajarkan Anthony, dengan cepat Anthony pun bisa langsung paham. Karena Anthony memanglah sangat pandai dalam urusan bisnis, bahkan selama di negeri Paman Sam, Anthony bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhannya. 

Anthony bukannya tidak mampu membayar kuliah atau menjamin biaya hidupnya, karena semuanya sudah di tanggung oleh Leon Law. 

Hanya saja, Anthony merasa jika hidupnya hanya akan sia-sia jika hanya makan dan tidur saja. Melihat kemampuan Anthony yang luar biasa, membuat Indira mudah dalam menjelaskannya.

Waktu terus berputar, hingga tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Indira segera membenahi barangnya, dia sudah bersiap untuk pulang. Indira merasa tenang, saat melihat waktu yang menunjukan pukul delapan malam. 

Karena itu artinya angkutan umum masih berlalu lalang, jika masih di bawah pukul sembilan. Baru saja Indira keluar dari dalam ruangannya, Anthony sudah menghampirinya. 

"Ra, gue di suruh nganterin elu," kata Anthony.

"Ngga usah, Bang. Gue, pulang sendiri saja." Indira menolak  halus ajakan Anthony. 

"Gue dapet amanat dari om, ngga mungkin jika gue harus lepas tangan gitu aja,'' ucap Anthony.

Indira nampak menghela napas dalam, dia merasa enggan untuk pulang dengan Anthony. Namun, dia tidak bisa menolaknya.

"Oke! Gue pulang bareng elu, Bang."

Anthony nampak tersenyum senang, karena pada akhirnya dia bisa pulang bersama dengan wanita cantik seperti Indira.

"Gitu dong!"

Akhirnya mereka pun pulang bersama, selama perjalanan pulang Anthony selalu saja mencuri pandang kepada Indira. 

Akan tetapi, Indira seolah tak perduli dengan lelaki yang kini berada di sampingnya itu. Tidak berselang lama, mereka pun tiba di kostan Melly. Indira segera turun dan tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih, Anthony pun tersenyum senang. 

Anthony bahkan berkata, jika dia akan menjemput Indira. Namun, Indira langsung menolaknya. Karena dia mau berangkat bersama dengan Melly.

"Maaf, Bang. Mungkin lain kali," ucap Indira. 

Anthony nampak kecewa, dengan apa yang diucapkan oleh Indira. 

'Hem! Dia sangat sulit untuk ditaklukkan,' ucap Anthony dalam hati.

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ima Edg
bersemikah nanti Indira dan Anthony Kaka? ah, mulai senyum2 si aku
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Kedua    Bekerja Kembali

    Kehadiran Anthony ternyata memang bisa mengurangi beban Indira, biasanya Indira begitu super sibuk. Akan tetapi, setelah seminggu Anthony membantunya, Indira bisa lebih santai dalam bekerja.Bahkan dia sudah tidak pernah lembur lagi dan selalu pulang tepat waktu. Bahkan Indira sudah jarang berangkat bersama Melly, karena Anthony selalu sigap dalam hal mengantar jemput Indira.Seperti hari ini misalnya, begitu banyak berkas yang harus Indira kerjakan. Akan tetapi dengan sigap Anthony membantunya, bahkan Anthony lebih sering berada di dalam ruangan Indira, daripada di dalam ruangannya sendiri."Ekhm! Kalian serius sekali," ucap Merry yang ternyata sudah berada di ruangan Indira. Indira dan Anthony langsung bangun dan menyapa Merry, istri dari Edbert tersebut."Selamat pagi, Nona Merry,'' sapa Indira. "Selamat pagi, Kak Merry," sapa Anthony. Merry langsung tersenyum melihat mereka yang begitu kompak."Pagi semuanya,'' balas sapa Merry."Kakak, sudah pulang?" tanya Anthony. "Sudah, aku

  • Istri Kedua    Hasil Pemeriksaan

    Pagi ini Merry sudah terlihat sangat cantik dan juga rapi. Setelah kepergian suaminya menuju perusahaannya, Merry ingin segera pergi ke Rumah Sakit untuk memeriksakan keadaannya. Awalnya, Merry merasa biasa saja dengan sakit perut yang sudah dia derita selama 2 tahun lebih ini. Dia merasa enggan untuk memeriksanya, karena menurutnya itu hanya sakit perut biasa. Akan tetapi, setelah mendengarkan nasehat dari Indira, entah kenapa dia ingin sekali untuk memeriksakan kondisi tubuhnya. Sungguh Merry sangat ingin tahu, ada apa sebenarnya dengan perutnya. Kenapa selalu saja terasa sakit, bahkan semakin lama rasa sakitnya kian bertambah dan terkadang terasa sangat menyiksa. "Sudah cantik, semoga hasilnya baik," ucap Merry lirih.Setelah memastikan kalau dia sudah rapi dan cantik, Merry pun langsung berangkat menuju Rumah Sakit. Sesampainya di Rumah Sakit, Merry langsung masuk kedalam ruangannya Elsa. Karena memang sebelumnya Merry telah melakukan janji temu dengan Elsa, Elsa adalah sahaba

  • Istri Kedua    Beralasan

    Merry benar-benar terlihat kacau hari ini, hampir seharian dia menghabiskan waktu untuk menangis di dalam kamarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore, dengan gerakan cepat Merry langsung mengguyur tubuhnya agar bisa lebih segar dan lebih tenang. Setelah selesai, Merry langsung merias wajahnya. Dia tidak mau jika Edbert melihat wajahnya yang kini sudah mulai terlihat memucat. Setelah puas dengan hasil riasannya, Merry langsung melangkahkan kakinya menuju ruang tamu. Dia ingin menunggu suaminya pulang, dia harus terlihat biasa saja. Jangan sampai Edbert curiga dengan keadaannya saat ini. Tidak lama kemudian, lelaki yang kini sudah menjadi suaminya tersebut datang dan menghampiri Merry. Edbert langsung menjatuhkan tubuhnya di samping Merry, Memeluknya dan melabuhkan sebuah ciuman hangat di bibir istrinya. "Kangen, aku pengen di sini," ucap Edbert. Merry terlihat kelabakan, dia belum siap mengatakan semuanya pada suaminya itu. Dia bingung harus beralasan seperti apa kepada Edb

  • Istri Kedua    Jawaban

    Merry terlihat sangat kacau, dia masih menangis sambil meminta Edbert untuk menikah lagi. Wajah Edbert terlihat memerah menahan amarah, dia sangat kesal dengan apa yang diucapkan oleh istrinya. Edbert menghampiri Merry, dan mencengkram kedua bahunya dengan kuat. Merry terlihat meringis menahan sakit, karena tanpa sadar Edbert sudah menyakiti istrinya."Katakan, Sayang! Apa maksud dari perkataanmu?!" seru Edbert. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang diminta oleh istrinya, apakah istrinya itu mengira jika pernikahan adalah sebuah pemain, pikirnya."A--aku sakit, aku menderita kanker rahim stadium empat," jawab Merry terbata. Edbert nampak limbung, dia bahkan sampai menjatuhkan tubuhnya di lantai. Sedangkan Indira nampak syok dengan apa yang dia dengar, ini terdengar menyakitkan.Seorang istri mengemis pada suaminya agar mau menikah lagi, alasannya karena sakit. Sungguh miris, pikir Indira. Merry langsung meluruhkan tubuhnya ke atas lantai, lalu dia memeluk Edbert dengan

  • Istri Kedua    Istri Kedua

    Merry langsung menyusul suaminya, Merry begitu takut jika Edbert akan marah besar padanya. Langkah Edbert begitu cepat, bahkan Merry sampai harus berlari untuk mensejajarkan langkah suaminya. Edbert seolah tidak perduli akan hal itu, dia tetap saja melangkah dalam diam. Setelah sampai di parkiran, Edbert langsung masuk ke dalam mobilnya. Merry pun langsung masuk dan duduk di samping suaminya, Merry nampak terengah-engah. Dia tak menyangka jika Edbert akan mendiamkannya. "Benahi dandananmu," ucap Edbert tanpa menolehkan wajahnya ke arah Merry. Merry terlihat kebingungan mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya, karena Edbert tiba-tiba saja menyuruh dirinya untuk membenahi dandanannya "Maksudnya?" "Kita akan ke rumah mommy, kita harus meminta izin untuk pergi ke luar negeri," jawab Edbert. Merry memang meminta Edbert untuk menikah kembali, tetapi tidak secepat ini. Tidak harus tinggal di luar negeri juga, pikirnya."Harus sekarang? Harus secepat ini?" "Tentu, aku ingin kita tin

  • Istri Kedua    Langkah Pertama

    Satu minggu sudah Merry berada di Singapura, tapi Merry belum bisa membuat suaminya tidur satu kamar dengan Indira. Merry mulai resah, kalau Edbert tidak mau tidur satu kamar dengan Indira dan bahkan tidak mau menyentuhnya, lalu kapan mereka akan punya keturunan, pikir Merry. "Apa yang saat ini harus aku lakukan, Tuhan?" tanya Merry kepada dirinya sendiri.Malam pun telah menjelang, tetapi Edbert masih berada di ruang kerjanya. Sedangkan Indira sudah masuk ke dalam kamarnya dan mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Edbert memang tidak pernah menemui Indira, tetapi dia selalu memberikan pekerjaan pada Indira. Setumpuk berkas yang harus Indira selesaikan dalam setiap harinya. Itu merupakan salah satu cara dari Edbert agar Indira tidak merasa bosan karena harus tinggal jauh di negeri orang tanpa punya sahabat, itu adalah cara yang efektif, menurut Edbert.Berbeda dengan Merry, wanita itu belum bisa tidur. Merry terlihat sangat gelisah. Dia sedang memikirkan bagaimana car

  • Istri Kedua    Kekhawatiran Merry

    Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi, tapi pintu kamar Indira masih terlihat tertutup dengan rapat. Merry terlihat sangat khawatir, dia merasa takut jika Edbert akan betah di kamar Indira dan tidak berniat untuk satu kamar lagi dengan dirinya. Merry terlihat mondar-mandir di depan kamar Indira, dia ingin sekali masuk dan melihat sedang apa suaminya di dalam bersama Indira. Akan tetapi, dia berpikir kembali. Inilah keinginannya, inilah yang dia minta kepada suaminya. Dia tidak bisa berbuat hal yang nantinya malah akan mempermalukan dirinya. Rasanya, dia tidak berani masuk ke dalam kamar Indira. Walaupun, hanya untuk sekedar mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh suaminya di dalam sana. Setelah merasa capek dengan pikirannya sendiri, Merry pun memutuskan untuk pergi ke pinggir pantai. Dia ingin menenangkan pikirannya. Sampai di bibir pantai, Merry langsung duduk sambil menenggelamkan kaki telanjangnya di dalam air asin yang terasa sangat dingin. "Ya Tuhan! Ternyata rasanya sanga

  • Istri Kedua    Kesedihan Merry

    Setelah mengetahui kondisi kesehatannya yang semakin memburuk, Merry terlihat enggan untuk pulang. Rasanya, dia ingin pergi saja meninggalkan suaminya. Sebagai wanita, dia merasa hancur sehancur-hancurnya. Karena hal yang paling berharga untuk seorang istri adalah bisa memuaskan suami di atas ranjang, memberikan servis terbaik untuk suaminya dan tentunya memberikan keturunan. Jika seorang istri tidak bisa memasak, banyak Resto yang menawarkan makanan serba enak. Jika seorang istri tidak bisa merapikan rumah, banyak yayasan yang menawarkan jasa asisten rumah tangga. Lalu, bagaimana dengan istri yang tidak mampu memenuhi kebutuhan suaminya di atas ranjang? Bagaimana dengan seorang istri yang tidak mampu memberikan suaminya seorang keturunan? Sudah pasti, istri tersebut bisa dikategorikan sebagai wanita tidak berguna, pikir Merry. Wanita yang diciptakan hanya untuk menjadi beban berat bagi suaminya.Pada kenyataannya, Merry memang tidak bisa melakukan kewajibannya sebagai seorang istr

Bab terbaru

  • Istri Kedua    Happy Ending

    Keesokan harinya.Anthony dan Melly datang ke rumah Edbert, karena memang ada yang ingin Edbert ingin sampaikan kepada mereka berdua. Tiba di kediaman Edbert, Anthony dan juga Melly langsung disambut gembira oleh Indira. Bahkan di sana juga ada Berliana Law dan juga Leo Law, mereka ikut menyambut kedatangan keduanya."Selamat datang Kakak-ku, Sayang." Indira langsung memeluk Melly dengan erat. Memeluk wanita yang merupakan sahabatnya sejak lama, wanita yang selalu berperilaku baik terhadap dirinya. Wanita yang mau berbagi senang dan juga susah dengan dirinya."Terima kasih untuk sambutannya," ucap Melly seraya tersenyum. Indira terlihat tersenyum, lalu dia mencondongkan wajahnya. Kemudian, dia berbisik tepat di telinga Melly. "Semalam kalian melakukannya berapa kali?" tanya Indira.Melly nampak tersipu mendengar pertanyaan dari Indira, menurutnya ini adalah hal yang intim. Kenapa juga Indira harus menanyakan hal itu, pikirnya. "Rahasia," jawab Melly dengan salah tingkah.Melihat

  • Istri Kedua    Belah Duren

    Tangannya memang berada di atas kepala Melly, tetapi bibirnya sesekali mengecupi leher jenjang istrinya, bahkan dia juga suka sekali menggigit pelan pundak Melly. "Aduh, Mas. Sakit!" keluh Melly kala Anthony kembali menggigit pundaknya. Anthony memutarkan bola matanya dengan malas, karena istrinya itu terus saja melayangkan protesnya. Padahal, dia hanya merasa gemas terhadap istrinya tersebut."Yaelah, Yang. Baru juga digigit. Belum juga aku patuk," ucap Anthony seraya terkekeh. Melly langsung menatap suaminya dengan tatapan tajamnya, dia merasa tidak suka kala suaminya mengatakan hal seperti itu."Emangnya kamu ular, pake matuk segala?" tanya Melly. "Hem, aku bukan ular. Tapi, ada king kobra yang sudah sangat siap menyemburkan bisanya, bersiaplah, Sayang. Aku akan terus menyemburkan bisanya agar bisa mencetak Anthony junior di sini," kata Anthony seraya mengelus lembut perut istrinya. Mendengar ucapan suaminya, Melly nampak tersipu malu. Dia juga merasa ingin segera memiliki ketu

  • Istri Kedua    Malam Sahnya Anthony

    Hari yang Anthony tunggu-tunggu telah tiba, hari ini di sebuah ballroom hotel mewah milik keluarga Law sudah diselenggarakan acara pernikahan Anthony dengan Melly. Pasangan pengantin baru itu terlihat sangat bahagia, apa lagi dengan Anthony. Pria muda itu terlihat sangat antusias dan tidak sabar untuk menyambut malam pertamanya. Dia sudah tidak sabar untuk merasakan yang namanya nikmatnya surga dunia seperti apa, dia sudah tidak sabar untuk mengajak Melly bermain kuda-kudaan. Sayangnya keinginan Anthony tidak bisa langsung dilaksanakan, karena dia masih harus mengikuti acara resepsi pernikahan yang sudah disiapkan oleh Leon Law. Anthony dan Melly kini sedang berdiri di atas pelaminan, wajah mereka terlihat sangat bahagia. Terlebih lagi dengan Anthony, dia merasa bangga karena bisa mempersunting wanita yang dia puja.Walaupun pada awalnya dia sempat menyukai Indira, tetapi rasa itu sudah tidak ada lagi. Anthony merasa jika Tuhan tidak menjodohkan dirinya dengan Indira, tetapi tuhan

  • Istri Kedua    Permintaan Maaf Mahendra

    Mahendra benar-benar merasa menyesal, dia baru sadar jika Indira memanglah wanita baik hati yang terlihat begitu tulus. Bahkan kasih sayangnya terhadap Liliana Leichan saja sangat tulus, tak terlihat adanya pencitraan di sana. Pantas saja Merry sang kakak begitu memuja perempuan bernama Indira itu, pikirnya. Dia bahkan rela tinggal satu atap dengan wanita yang dia pilih sebagai madunya. Mahendra baru sadar jika itu semua dia lakukan karena Merry ingin memberikan mutiara untuk suami tercintanya. Merry ingin memberikan kebahagiaan pada suaminya lewat wanita lain yang lebih baik dari dirinya. Indira terlihat tersenyum sambil menatap Mahendra, dia bisa melihat dengan jelas jika Mahendra terlihat begitu menyesal akan perbuatan yang pernah dia lakukan terhadap dirinya dan kedua putranya. Namun, Indira tak bisa berkata apa pun. Dia hanya ingin menunggu apa yang akan dikatakan oleh Mahendra selanjutnya. Tak lama kemudian, Mahendra terlihat memberanikan diri untuk menatap Indira. Kemudian,

  • Istri Kedua    Penyesalan Mahendra

    Dua minggu sudah Mahendra mendapatkan perawatan di Rumah Sakit, wajahnya sudah terlihat segar, luka di tubuhnya pun sudah terlihat membaik. Bahkan, kakinya kini sudah tidak memakai gips lagi, jika diraba kakinya sudah mulai bisa merasakan sentuhan. Selama dua minggu ini, Mahendra selalu saja memikirkan tentang Indira yang mau mendonorkan darahnya untuk dirinya. Sebenarnya dia sungguh bertanya-tanya di dalam hatinya, kenapa Indira mau mendonorkan darah untuknya. Padahal, dia sudah berbuat jahat kepada Indira, rasa-rasanya Edbert pasti sudah tahu kelakuan dirinya terhadap istrinya dan kedua putranya.Namun, kenapa mereka seakan tidak marah. Bahkan, seminggu yang lalu Indira dan juga Edbert sempat menjenguk Mahendra ke Rumah Sakit. Mereka terlihat biasa saja, Mahendra jadi berpikir, mungkinkah Indira mempunyai hati yang begitu tulus seperti yang diungkapkan oleh Merry melalui surat yang dikirimkan kepada kedua orang tuanya, pikirnya.Makanya Edbert bisa dengan mudahnya menerima keberad

  • Istri Kedua    Reaksi Mahendra

    Selama satu minggu Mahendra tak sadarkan diri, dokter berkata jika dia baik-baik saja. Kondisi kesehatannya juga sudah sangat bagus, hasil operasinya juga baik. Namun, dokter juga tak tahu kenapa Mahendra tak juga kunjung sadarkan diri. Liliana Leichan dan juga Archan Leichan sempat di kebingungan, mereka benar-benar takut akan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan terhadap putranya tersebut. Walaupun dokter berkata dia baik-baik saja, tetapi ketika mereka bicara dan berusaha untuk mengajak Mahendra mengobrol, sayangnya Mahendra tak pernah memberikan respon sama sekali. Mahendra seperti orang yang kehilangan semangat hidupnya, dia seperti enggan untuk melanjutkan kehidupannya. Dia seperti ingin tertidur lama, beristirahat tanpa merasakan beban dan juga tanpa merasakan tekanan di dalam hidupnya. Liliana Leichan sempat berkonsultasi dengan dokter psikologi, dia pernah berkata jika kemungkinan Mahendra mengalami guncangan yang hebat di dalam dirinya. Dia merasa lebih baik tidur la

  • Istri Kedua    Butuh Donor Darah

    Edbert terlihat berlari di lorong Rumah Sakit, dia mencari ruang operasi sesuai dengan apa yang diucapkan oleh seorang suster saat menelpon dirinya. Ya! Seorang suster telah meneleponnya, dia memberitahukan Edbert jika Mahendra mengalami kecelakaan hebat saat sedang mengendarai mobilnya menuju perusahaan milik keluarga Leichan. Kecelakaan tunggal yang dialami Mahendra mengakibatkan tulang kakinya remuk, karena terhimpit body mobil. Bila dilihat dari cctv jalanan, Mahendra terlihat tidak fokus saat menjalankan mobilnya. Dia terlihat membanting setir mobilnya ke arah kanan secara tiba-tiba hingga akhirnya mobil yang dikendarai oleh Mahendra langsung menabrak pembatas jalan dengan sangat kencang. Kecelakaan tidak dapat dihindari, beruntung banyak orang kala itu. Hal itu membuat Mahendra mendapatkan pertolongan dengan cepat. Tidak lama kemudian, dia melihat Liliana Leichan dan juga Archan Leichan yang sedang saling memeluk dengan wajah yang sudah basah dengan air mata. Edbert bisa me

  • Istri Kedua    Ancaman Mahendra

    Aku melangkahkan kakiku menuju kamar utama, saat aku membuka pintunya, Indira nampak sedang duduk di depan meja rias. Dia sedang memakai serum di wajahnya, tak lama kemudian dia memakai lotion di tangannya. Aku menghampirinya dan langsung memeluknya dengan erat. "kamu wangi, Sayang." Aku kecup dan aku cium bibirnya, aku pagut bibir itu dengan penuh hasrat.Setiap kali aku berdekatan dengan istri keduaku ini, aku selalu saja berhasrat. Dia selalu bisa memancing gairahku, padahal dia tidak sedang melakukan gerakan sensual."Mas, ih!" keluh Indira.Dia terlihat risih karena aku terus saja mengecupi leher jenjangnya, bahkan tanpa ragu Aku mengecup cerukan lehernya. "Kamu cantik banget sih, Yang." Aku kembali menyesap bibir itu, bibir yang selalu membuat aku ingin mengecup dan memagutnya.Aku sengaja berbasa-basi sebelum aku menanyakan tentang Mahendra, karena biasanya wanita itu butuh pancingan. Entah masalah obrolan biasa, ataupun masalah di atas ranjang."Iya, aku sudah cantik dan wan

  • Istri Kedua    Berkumpul Bersama

    POV Edbert Sore telah menjelang, rasa lelah begitu mendera tubuhku. Rasanya aku ingin sekali untuk segera pulang dan bertemu dengan istri dan juga kedua putraku. Jika sudah melihat mereka, rasa lelah pun tiba-tiba sirna entah ke mana. Aku segera bersiap lalu bergegas untuk pulang menuju kediamanku. Saat aku keluar dari ruanganku, aku melihat Anthony dan juga Melly yang sedang asyik mengobrol berdua di depan ruangan Melly. Mereka terlihat mesra sekali, sesekali Anthony terlihat mengusap lembut pipi Melly. Hal itu membuat teman dari istriku itu nampak tersipu. Aku sempat berdehem seraya menyenggol adik sepupuku itu, dia terlihat tersipu saat menyadari apa yang telah aku lakukan padanya karena memang disengaja. "Cie, yang baru jadian. Lagi anget-angetnya kayaknya, jangan dipepet terus entar khilaf. Mending halalin dulu saja," godaku. Anthony hanya mengusap tengkuk lehernya, dia terlihat salah tingkah saat aku goda. Begitu pun dengan Melly, lalu Anthony mulai berkata. "Apa sih, Bang

DMCA.com Protection Status