Wati terbangun. Ditatapnya dirinya tanpa sehelai benang pun tergeletak di atas kasur. Dia mencoba mengumpulkan tenaganya. Dilihatnya ada noda darah bercampur cairan di seprai berwarna biru bermotif bunga tempatnya terbaring."Ya Allah apa yang terjadi? Cairan apa ini?" Wati menangis sejadi-jadinya, dia berusaha beranjak, mencari pakaiannya, tapi tidak dia temukan."Sayang sudah bangun?" Fadli keluar dari kamar mandi yang ada di kamarnya. "Sayang cari apa?""Mana pakaianku Mas? Apa yang sudah kamu lakukan padaku?" Tanya Wati sambil terisak. Fadli mendekati Wati yang masih bugil. "Tolong jangan dekati aku!!!" Teriak Wati."Ayolah sayang. Maaf kalau aku harus pakai cara ini. Jawab Fadli enteng."Astagfirullah Mas, bisa-bisanya mas ngomong seenteng itu." Wati mencoba mencari-cari selimut tapi dia juga tidak menemukannya. Dia turun dari ranjan
"Rin, tolong jangan tutupi soal Jaka!" Pinta Wati."Kita ngomongnya di luar ya! Takut Rysa bangun." Rini keluar kamar disusul Wati. Dia duduk di sofa ruang tamunya. "Sebenarnya Jaka sudah suka sama kamu sejak kelas satu SMP.""Apa?" Wati terkejut."Aku gatel banget sebenarnya pengen bilang ke kamu, tapi Jaka selalu melarangku. Kamu tau reuni kemarin dia ikut cuma mau cari kamu. Bahkan dia punya niatan untuk melamar kamu Wati.""Apa ini serius Rin?""Tentu saja aku tidak bohong. Dia sangat mengharapkanmu Wati. Aku yakin Jaka orang yang tepat buat kamu, bukan Fadli si brengsek itu.""Boleh aku minta sesuatu Rin?""Minta apa?""Jika Jaka menanyakan aku lagi ke kamu, bilang aku sudah dilamar Fadli." Ucapnya dengan nada putus asa.
Tahun 2009Sudah empat tahun sejak Jaka tahu Wati akan menikah di tahun 2006. Sedangkan Jaka sendiri masih sangat sulit menautkan hatinya kepada perempuan lain. Hari-harinya masih dihiasi dengan nama Wati. Dia mencoba menjalin hubungan dengan beberapa perempuan, tapi kandas di tengah jalan karena Jaka bersikap dingin. Tak ada perempuan yang tahan dengan sikapnya. Dia terlalu cuek sebagai kekasih. Itu karena dia menjalin hubungan hanya dengan setengah hati.Akhirnya dia bertemu Lintang, gadis yang sangat cantik dan ceria. Namun, berperangai buruk. Lintang sangat gigih mendekati Jaka. Jaka diperkenalkan dengan Lintang oleh teman STMnya yang bernama Hendra. Waktu itu Hendra mengajak Jaka ke karoke dan menyuruh pacarnya membawa Lintang untuk diperkenalkan ke Jaka.Pertemuan pertama, tentu saja Jaka sedikit pun tidak tertarik dengan Lintang. Karena Jaka tidak menilai perempuan dari kecantikan fisikny
Setelah kejadian dengan Lintang, Jaka mencoba menghindari Lintang. Dia selalu menolak diajak Lintang bertemu. Jaka sangat kecewa dengan dirinya sendiri.'Jaka, setelah apa yang kita lewati, kamu tega buang aku begitu saja? Aku sudah telat dua minggu Jaka.'Pesan dari Lintang. Jaka mengernyitkan dahinya. Dia shock membaca pesan dari Lintang."Ya Allah, apa aku harus menikahi perempuan itu? Perempuan yang tidak bisa menjaga kehormatannya. Tapi, kalau benar dia hamil anakku, aku tidak mungkin meninggalkannya." Batin Jaka.Sudah satu bulan lebih sejak malam itu. Jaka sangat gelisah membaca pesan Lintang. Dia tak berani membalasnya."Gelisah sekali kamu Jaka." Tanya Indra."Aku bingung Ndra. Apa kamu bisa jaga rahasia?""Aman Jaka, tenang... Kalau mau cerita silakan!" Jaka pun menceritakan kejadian ma
Lintang masuk Rumah Sakit. Dia keguguran. Masa cuti Jaka sudah habis. Dia sangat terkejut mendengar telepon dari ibunya yang mengabarkan istrinya keguguran. Jaka bergegas minta izin pulang ke atasannya.Ibu Ratna menemani Lintang di rumah sakit. Walau pun beliau tidak suka dengan Lintang, tapi Jaka sudah menitipkan Lintang kepada beliau."Bu, Janinnya mau diambil sekarang?" Tanya perawat."Iya mba, saya ambil." Jawab Ibu. Diperjalanan ibu bertanya pada perawat. "Berapa usia janinnya?""Menuju lima bulan Bu.""Apa?" Bu Ratna terkejut. "Bagaimana mungkin sudah sebesar itu. Jaka bilang melakukannya saat dia cuti, dan itu tiga bulan yang lalu." Batin bu Ratna. "Apa usia janin itu akurat?" Tanya ibu lagi."Ibu bisa tanya ke dokter kandungan yang menangani kuretase menantu ibu."Bu Ratna
Tahun 2011Wati akhirnya memutuskan menikah dengan seorang pria yang dikenalnya semasa dia bekerja di Hotel. Rendra nama pria itu, berkulit putih bersih, berbadan tinggi, berwajah tampan. Rendra bekerja di perusahaan tambang di Tanah Bumbu. Pertemuan mereka begitu singkat, hingga Rendra akhirnya memutuskan melamar Wati. Rendra pun bisa menerima Wati apa adanya. Termasuk menerima masa lalu Wati. Di mata Rendra, Wati adalah perempuan yang luar biasa.Rendra mengajak Wati bulan madu ke Bali. Hari-harinya begitu indah. Hanya kebahagian yang Wati rasakan. Rendra sangat sayang pada Wati."Terima kasih mas, untuk semua ini." Ucap Wati pada Rendra."Sayang, kamu berhak mendapatkannya. Karena kamu perempuan yang luar biasa." Puji Rendra. Wati mengecup kening suaminya. Rendra memeluk erat tubuh Wati. "Aku bahagia bisa mendapatkanmu Wati. Karena dari dulu aku menyukaimu." Rendr
Setelah menikah Wati tetap tinggal bersama ibunya, karena Rendra hanya pulang dua minggu sekali. Pernikahan Wati terlihat baik-baik saja, sampai Wati menyadari satu hal. Rendra tidak pernah menafkahinya, Rendra tidak memberikan satu sen pun uang penghasilannya. Wati mulai gelisah. Bukan karena uangnya, tapi karena itu adalah kewajiban Rendra sebagai suaminya. Sudah tiga bulan sejak pernikahannya Rendra belum juga menafkahinya."Wati, ada apa nak?" Tanya ibunya saat Wati melamun."Ngga ada apa-apa Bu.""Tidak biasanya kamu melamun. Ada masalah dengan suami kamu?""Bukan begitu Bu. Hanya masalah dikerjaan saja." Jawab Wati berbohong."Suamimu kapan pulang?""Besok Bu.""Kalau begitu besok Ibu menginap di tempat abangmu ya.""Kenapa begitu Bu?"
Ibu Lastri pulang dari menginap di rumah bang Rahman. Setiap Rendra datang ibu akan menginap di sana, agar tidak membuat menantunya canggung.Ibu menyiapkan makan siang yang dibawa beliau dari rumah Rahman. Semua hidangan sudah tertata rapi di meja. Wati dan Rendra masih berada di dalam kamar. Kedua kelopak mata Wati bengkak karena terus-terusan menangis. Dia tidak mau keluar kamar karena ibunya pasti akan bertanya."Wati, Rendra, makan siang sudah siap!!!" Teriak ibu dari depan pintu kamar Wati. Kemudian ibu kembali ke meja makan, menunggu putri dan menantunya. Ternyata hanya Rendra yang keluar dari kamar. "Lho, Watinya mana Nak?" Tanya ibu."Ada di kamar Bu. Kita makan di kamar saja ya Bu. Biar Rendra suapin Wati." Jawab Rendra manis."Tapi Wati ngga sakitkan?""Ngga kok Bu. Cuma kelelahan karena Rendra ajak begadang tadi malam."
Tiga bulan berlalu setelah kepergian Rendra. Wati sekarang sudah resmi menjadi istri Jaka secara hukum negara. Jaka sudah mendaftarkan pernikahannya melalui sidang isbat nikah di pengadilan agama. Jaka memutuskan untuk berhenti bekerja di Berau dan fokus kembali ke usaha toko phone cellnya bersama ibunya. Di samping itu Jaka juga membuka jasa service electronic , dia mempekerjakan dua karyawan. Sementara Wati, memulai kembali usaha cateringnya. Jaka mengajak Wati dan anak-anak tinggal di rumah yang pernah didiami Jaka bersama Lintang. Lintang bekerja di sebuah cafe di mall sebagai waitress. Humaira dititip dengan bu Gita yang membuka kios kecil-kecilan di depan kontrakannya. Beliau mendapat modal usaha dari Wati. Wati ingin Humaira tumbuh seperti anak-anaknya yang lain. "Bunda..." Teriak Humaira berlari ke arah Wati yang sore ini datang bersama Habibi dan Ad
Lintang datang ke rumah bu Lastri untuk menjemput Humaira. "Lintang, Aku harap Kamu bisa jaga baik-baik perasaan Humaira! Dia masih terlalu kecil untuk mengetahui permasalahan orang tuanya." Pinta Wati. "Iya. Apa mas Jaka sudah kembali ke Berau?" "Dia masih di sini, di rumah ibunya. Dia masih larut dalam emosi. Dia masih belum bisa terima kenyataan." Jawab Wati sedih. "Tolong sampaikan ma'afku pada mas Jaka." "Tentu, nanti akan Aku sampaikan." "Aku juga minta ma'af Wati, karena sudah menyakitimu." Ucap Lintang sambil menunduk. Wati mendekati Lintang. Kemudian memeluknya. "Lintang, Aku sudah lama mema'afkanmu. Sedikit pun Aku tidak membencimu. Sekarang, mulai lah hidupmu dengan baik! Hargai dirimu baik-baik! Jaga Humaira baik-baik! Sebenarnya Aku sangat ingin dia bersamaku. Dia pelengkap di keluarga kecil kami." Ucap Wati sambil tersenyum.
Seorang laki-laki terkulai lemas di atas tempat tidur pasien Rumah Sakit. Keadaan tubuhnya hanya tulang yang berbalut kulit putih pucat. Bu Lastri masuk ke dalam ruangan tersebut. Seketika mata beliau basah melihat keadaan laki-laki di hadapan beliau. Laki-laki yang beliau kenal dengan sosok tampan berbadan tinggi dan tegap. Bu Lastri hampir tidak mengenali mantan suami dari anaknya. Beliau tak bisa berkata-kata, hanya diam di hadapan Rendra. "Wati dan Aditya mana Bu?" Tanya Rendra dengan suara yang parau. "Aditya ada di luar. Wati... " Bu Lastri menghentikan ucapannya. Air mata beliau menetes. "Ma'af, Wati tidak bisa datang Rendra." "Rendra mengerti Bu kalau Wati tidak bisa mema'afkan Rendra." Ucap Rendra kecewa. "Bukan Rendra. Wati sudah mema'afkanmu. Wati bahkan sangat ingin membesukmu. Tapi... " Bu Lastri menghela nafas. "Suaminya tidak mengizinkan." "Apa Wati hi
Wati datang ke rumah bu Ratna. Bu Ratna bilang suaminya tidak mau makan dan hanya mengurung diri di kamar. Wati masuk ke dalam kamar tanpa mengetok terlebih dahulu. Dilihatnya suaminya sedang melamun menatap ke luar jendela. "Assalamu'alaikum." Ucap Wati. Jaka hanya diam. Dia sedang asyik dengan lamunannya.Wati mendekat. "Assalamu'alaikum." Ucap Wati lagi, sambil meraih tangan suaminya kemudian menciumnya. "Wa'alaikumsalam." Jaka langsung memeluk Wati. "Kenapa Abang harus mengalami ini Wati?" "Bang, berhentilah larut dalam kesedihan! Berhenti dikuasai oleh amarah! Anak-anak perlu Abang." "Abang belum siap bertemu anak-anak dalam keadaan begini Wati. Abang tidak mau mereka melihat Abang sedang rapuh." "Sampai kapan Abang mau seperti ini? Sebentar lagi cuti Abang habis." "Sakit sekali rasanya. Memang Abang tidak punya perasaan cinta terhadap Lintang, tapi sejak d
Lintang dan bu Gita selesai mengemasi barangnya. Lintang mendekati Jaka untuk meminta ma'af dan berpamitan. "Jangan mendekat Lintang!!! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi!" Bentak Jaka yang masih berada dalam dekapan Wati. Wati memberi isyarat pada Lintang supaya menuruti kata-kata Jaka. Bu Gita mengurungkan niatnya ingin berpamitan dengan Jaka. Bu Gita dan Lintang mendekati bu Ratna. Mereka bersimpuh di hadapan bu Ratna sambil menangis. "Ma'af kan kami Bu." Ucap Lintang sambil menangis. "Berdirilah!!!" Ibu menyuruh mereka bangkit. "Saya sudah mema'afkan kalian." "Terima kasih atas segala kebaikan Bu Ratna." Ucap bu Gita. Bu Ratna memeluk bu Gita. "Sekarang Ibu mau tinggal di mana?" Tanya bu Ratna. "Sementara di tempat tantenya Lintang saja Bu. Adik Lintang kan Saya titip di sana." "Syukurlah kalau Ibu punya tujuan. Ma'afkan atas
Jaka mengantar Wati dan anak-anak ke rumah ibu Wati. Jaka juga menitip Humaira. Bu Lastri nampak bingung karena mereka tidak jadi berangkat. Jaka lagi-lagi tidak banyak bicara, membuat Wati cemas. "Ada apa Wati?" Tanya bu Lastri bingung. "Wati tidak tau Bu. Sepertinya tadi bang Jaka dapat pesan WA dari seseorang Bu. Tiba-tiba dia membatalkan penerbangan kami. Bahkan bang Jaka sampai membentak Wati." "Ibu jadi khawatir Wati." "Wati juga Bu." "Cepat kamu hubungi mertuamu! Kalau Jaka tidak kesana bisa dipastikan dia ketempat Lintang." "Apa mungkin Bu pesan itu dari orang yang sama yang mengirimi bu Ratna? Dari Dito. Wati jadi takut Bu." "Cepatlah!!! Biar bu Ratna bisa ambil tindakan." Wati menghubungi bu Ratna dan menceritakan semuanya. Bu Ratna sangat terkejut. Dia berusaha menutupi semuanya, tapi secepat ini akhirnya Jaka mengetahui semuanya. "Ibu akan minta temani Desi ke tempat Lintang. Sebaik
Bu Ratna menemui Lintang di rumah berlantai dua milik Jaka. Kali ini bu Ratna tidak datang sendiri, tapi ditemani Desi. Bu Ratna tidak ingin hal buruk terjadi lagi padanya. Lintang terkejut melihat kedatangan bu Ratna dengan keadaan segar bugar. Mata Lintang hampir melompat saat bu Ratna berdiri ketika Lintang menemuinya di ruang tamu. "Kenapa Lintang? Kamu terkejut?" Ucap bu Ratna. "Sudah syukur aku tidak membocorkan perselingkuhanmu dengan laki-laki itu. Lalu kenapa kamu mempersulit perceraianmu dengan Jaka? Apa yang kamu inginkan kali ini Lintang?" Tanya ibu penuh emosi. "Aku hanya ingin mas Jaka Bu. Aku sudah lama mengakhiri hubunganku dengan Dito." Jawab Lintang tak tau diri. "Kamu pikir aku percaya Lintang? Di otakmu itu hanya uang dan uang. Kamu mau rumah ini? Ambil!!! Ambil Lintang!!!" Ibu melempar sertifikat rumah ke arah Li
Jaka dan Lintang duduk di ruang Pengadilan Agama. Jaka sangat berharap Lintang tidak mempersulit proses perceraiannya. Ibu Ratna masih memilih menyembunyikan kesembuhannya dari semuanya. Hanya Desi yang mengetahui. Bagi bu Ratna, Jaka bisa lepas dari Lintang itu sudah cukup. Karena bu Ratna memikirkan perasaan bu Gita dan Himaira kalau sampai Jaka memenjarakan Lintang. Hari ini sidang pertama, adalah sidang mediasi. Di ruang sidang Lintang bersikeras tidak ingin bercerai. "Saya tau suami Saya sudah menikah lagi tanpa seizin Saya. Dia lebih mencintai istri keduanya Pak. Makanya dia ingin menceraikan Saya. Bahkan dia tega memukul Saya." Ucap Lintang sambil berderai air mata untuk mendapatkan simpati dari Hakim. "Apa benar itu Pak Jaka?" Tanya Hakim. "Iya itu benar Pak. Saya memukulnya karena refleks Pak. Dia selalu menghina istri muda
Jaka tiba di Rumah Sakit. Dilihatnya Wati masih terbaring lemas. Wajahnya lebam. Jaka mengecup Wajah istrinya. "Apa Lintang yang melakukannya?" Tanya Jaka. "Sudah lah Mas, yang penting aku baik-baik saja." "Bagaimana mungkin kamu bisa bilang baik-baik saja? Kamu tau betapa paniknya Abang mendengar kamu pingsan?" Jaka menggenggam erat tangan Wati. "Abang jangan marahi Lintang ya! Anggap saja tidak terjadi apa-apa." "Abang tidak janji Wati. Bagaimana mungkin Abang diam saja wanita yang Abang cintai disakiti." "Sebaiknya Abang cepat pulang ke rumah ibu Abang, lihat keadaan ibu." "Ibu kenapa? Desi tidak bicara apa-apa tentang ibu." Jaka terkejut. "Wati tidak tau karena Wati pingsan. Tapi Wati