Share

Bab 6: Menggoda

Author: Lia Mauliza
last update Last Updated: 2022-09-20 16:51:22

Akhirnya Azka datang ke toko Honey Cake, dan sedang menunggu Larissa selesai bekerja di ruangannya dan duduk di sofa yang ditemani oleh Soraya, Indah, Dewi, Gia dan Intan. Mereka sangat menyukai Azka karena memiliki wajah tampan dan menggemaskan.

“Tampan sekali. Gemes!” puji Soraya mencubit pipi Azka.

Azka memberikan senyuman yang sumringah sambil menunjukkan giginya yang putih dan rapi. Ia terus tertawa karena geli, saat Soraya terus saja menggelitik pinggangnya.

Tak lama kemudian Larissa dan Ulfa keluar dari dapur menuju dan beranjak ke ruangannya untuk menemui Azka.

"Azka datang sendiri?" tanya Ulfa.

"Tadi, ada neneknya. Tapi, dia tidak bisa menunggu karena masih ada kesibukan yang lain," jawab Larissa.

“Oh, begitu. Eh, Ris. Aku nggak sabar ingin bertemu si bocul gemes itu,” kata Ulfa menyapu kedua tangannya yang terkena tepung.

“Kalau kamu ingin bertemu anakku. Cuci tanganmu dulu," kata Larissa terlihat garang yang menyuruh Ulfa mencuci tangannya terlebih dahulu, jika ia ingin memegang Azka.

“Wow, ibunya sangat protektif." Ulfa tertawa akan sikap Larissa yang berubah menjadi seorang ibu.

“Harus dong.” Larissa juga ikut tertawa.

Saat hendak memasuki ruangan, tiba-tiba ponsel Larissa berdering di balik saku celananya. Ia segera mengambil ponselnya dan melihat panggilan dari ‘My Husband’ yang tertera di layar ponselnya.

“My husband? Okelah, aku masuk duluan.” Ulfa melirik dan tersenyum tipis. Lalu, ia memasuki ruangan.

Larissa segera menggeserkan tombol merah ke hijau untuk mengangkat panggilan dari Darish dan menaruhnya di kuping kanan. “Assalamualaikum,” ucap Larissa.

“Waalaikum salam,” jawab Darish. Suaranya terdengar buru-buru, “Di mana, Azka?” tanya Darish.

“Kenapa? Abang takut terjadi sesuatu pada Azka, jika dia bersamaku?” tanya Larissa saat mendengar suara Darish yang terdengar begitu gelisah.

“Eum. Aku takut dia nggak nyaman sama kamu," kata Darish

“Sekarang, aku ini Bundanya. Dia nggak bakalan takut, kalau Bapaknya nggak nakutin-nakutin dia. Bukan seperti itu?” Larissa ingin Darish percaya padanya.

“Aku mau lihat dia sekarang. Sambungkan ke video call,” kata Darish menyuruh sang istri mengalihkan panggilan Video Call.

Larissa menghela napas. “Oke, tunggu sebentar.”

***

Setelah mengantarkan Azka ke tempat Larissa, Bu Fatimah bergegas kembali ke rumahnya, dengan membawa masuk barang belanjaannya dan dibantu oleh Kak Asi. Asi menaruh barang belanjaan di atas pantri dapur.

“Asi, kamu jangan pulang dulu. Kamu bantuin saya masak untuk ketering. Nanti saya berikan bonus yang banyak," kata Bu Fatimah meminta bantuan Kak Asi sambil menupuk lembut bahunya.

“Baik, bu.” Kak Asi dengan senang hati membantu Bu Fatimah, padahal dia hanya bekerja dengan Darish untuk menjaga Azka. Walaupun begitu Kak Asi sudah dianggap sebagai keluarga oleh Bu Fatimah.

***

Saat Larissa sudah memasuki ruangan, ia menghentikan langkahnya saat melihat Azka dikeremuni karyawan karena mereka sangat menyukai Azka. Lalu, timbul ide untuk menjahili suaminya yang sudah menunggu untuk video call dengan Azka.

Larissa menekan kamera belakang memperlihatkan Ulfa yang ikut menggelitik Azka. Mereka terdengar cukup berisik dan saling tertawa. "Azka! Azka!" teriak mereka memanggil nama Azka dengan nada menakuti.

“Azka!” teriak Larissa. Ia menunjukkan raut wajah kaget. “Apa yang kalian lakukan pada anakku?” tanya Larissa.

“Hei! Kenapa dengan Azka ...,”

Larissa mematikan panggilan video call dari sang suami, agar terlihat lebih meyakinkan kalau Azka sedang ditakuti oleh karyawan-karyawannya itu. Ia tertawa puas setelah menjahili suaminya yang terlihat panik.

Azka dan karyawannya ikut kaget mendengar Larissa berteriak. Azka berdiri dari tempat duduknya berjalan mendekati Larissa.

“Kenapa Bunda berteriak? Bunda lagi sakit?” tanya Azka yang khawatir mengira Larissa sedang kesakitan.

“Nggak, Sayang. Bunda kaget kamu dikeremuni mereka.” Larissa menggenggam telapak tangan kanan Azka dan membawanya kembali duduk.

Darish terburu-buru keluar dari klinik menuju mobil di parkiran dan bergegas pergi ke toko Honey Cake, untuk memastikan kondisi sang anak dalam keadaan baik-baik saja. Ia mengemudi dengan kecepatan 80 km, karena ia begitu sensitif apabila mendengar Azka tersakiti. Baginya, Azka adalah hidupnya. Mungkin, jika tanpa Azka ia takkan bertahan sejauh ini.

***

Bu Fatimah dan Kak Asi sudah menyelesaikan pesanan ketering berupa Nasi ayam kampung sebanyak 50 Kap. Kak Asi memasukkan semua pesanan ke dalam plastik, sedangkan Bu Fatimah sedang membasuk beberapa piring yang kotor.

“Asi, kamu sudah suruh Pak Mamat untuk anterin tiga kap yang saya pisahin tadi?” tanya Bu Fatimah mematikan air kran karena sudah selesai mencuci piring.

“Sudah, Bu.” Kak Asi sedang memasukkan nasi kotak ke dalam plastik.

***

Darish berlari kecil dengan tergesa-gesa memasuki toko Honey Cake untuk pertama kalinya. Ia menunjukkan raut wajah pucat tanpa senyuman dan menghampiri Soraya di kasir.

“Di mana anak saya?” tanya Darish menunjukkan sikap paniknya pada Soraya.

Sontak Soraya mengagumi ketampanan Dokter Darish hingga mulutnya terbuka. Ia memerhatikan wajah tampan Dokter Darish Iskandar secara langsung. Pada saat pernikahan mereka, karyawan-karyawan Honey Cake tidak dapat hadir karena sedang berlibur. Tapi, mereka melihat foto pernikahan Larissa dan Darish, jadi Soraya langsung mengenalnya.

“Hello. Di mana anak saya dan Bosmu itu?” tanya Darish.

Soraya pun sadar sambil menggelengkan wajahnya. “Oh, bos. Dia sedang berada di ruangannya sebelah kiri," jawab Soraya dan tangannya mengarah ke lorong bangunan menuju ruangan Larissa.

Sedangkan, tatapan Soraya masih mengarah pada Darish yang membuatnya terpesona. Begitu juga yang dilakukan Gia dan Intan yang berdiri di depan lemari kue sambil menatap Darish tanpa berkedip. Soraya, Gia dan Intan sudah kembali melanjutkan pekerjaan mereka.

“Tampan sekali suami si Bos. Kalau modelnya tampan kayak cowok turki begini, aku pun mau, Gi!" kata Gia.

“Aku juga,” sahut Intan singkat karena ia sosok gadis yang tak banyak bicara juga polos.

Darish melihat lorong bangunan menuju ruang Larissa, ia bergegas menuju ruangan sang istri dengan raut wajah tanpa senyum dan panik.

Larissa dan Azka masih berada di ruangan sambil duduk di kursi sofa dan menunggu kedatangan Darish. Di atas meja sudah ada tiga kotak nasi ayam kampung dari Bu Fatimah yang menjadi santapan mereka. Larissa juga sudah menyiapkan air sirup merah dingin di dalam teko kaca.

Sedangkan terlihat sudah lapar dan memandangi sirup segar itu hingga ia menelan air ludahnya sendiri.

“Kita tunggu Papa sebentar lagi, ya? Kamu masih sabar ‘kan?” tanya Larissa mengelus kepala Azka.

Azka hanya mengangguk dan tersenyum ke arah Larissa yang duduk di sebelah kirinya. Posisi kursi sofa berbentuk panjang dan menghadap pintu masuk.

“Azka!” teriak Darish sambil mendorong pintu ruangan Larissa dengan kuat.

“Papa!” Azka lari ke arah Papanya dan memeluknya.

“Kenapa Papa lama sekali? Azka sudah sangat lapar menunggu Papa untuk makan siang bersama," kata Azka terbata-bata.

“Hah? makan siang?” Darish menatap sang istri sambil menaikan alis kirinya karena bingung. Lalu, ia sadar kalau ternyata Larissa sedang mengerjainya untuk segera datang ke tokonya itu.

Larissa tertawa kecil menatap sang suami. “Ayo kita makan siang," ajak Larissa. Ia segera membuka kotak nasinya, "Hampir dingin."

Kemudian, Larissa menuangkan sirup merah ke dalam gelas. Darish memandangi Larissa dengan raut wajah heran dan kesal. Namun, tiba-tiba hatinya luluh saat Larissa tersenyum manis kepadanya sambil memberikan nasi kotak yang sudah dibuka untuknya.

BERSAMBUNG🍁

Related chapters

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 7: Dendam Yang Tersirat

    “Boleh kita mampir ke super market sebentar?” tanya Larissa pada sang suami yang tengah mengemudi.Larissa segan mengajak sang suami mampir ke super market, karena selama perjalanan Darish hanya diam dan tak berbicara dengannya. Sepertinya, Darish masih marah pada Larissa yang sudah membohonginya tentang Azka. Padahal Larissa hanya ingin Darish menemuinya di toko untuk makan siang bersama. Tak menjawab permintaan Larissa, Darish hanya memasang raut wajah datar sambil melihat super market di depan sebelah kirinya. “Di super market itu?” tanya Darish.“Iya,” jawab Larissa singkat semakin segan.Darish menyalakan lampu samping kiri mobil dan berhenti di tepi jalan. “Ya udah, cepat turun. Abang tunggu di mobil dengan Azka.”Azka sedang asyik nonton film kartun di Ipad yang duduk di kursi belakang, nampak ia tidak peduli dengan pembicaraan kedua orang tuanya itu.Larissa menaikkan kedua alisnya dan terlihat kaget. Ia tersenyum saat mendengar Darish menyebutkan dirinya ‘Abang’ untuk pert

    Last Updated : 2022-09-22
  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 8: Aku Milikmu dan Kamu Milikku

    Darish keluar dari kamar setelah mengganti pakaian tidurnya dan beranjak menuju ke kamar Azka. Ia membuka pintu perlahan-lahan dan berjalan menghampiri sang anak di ranjang yang sudah tertidur lelap. Posisi tidur Azka dalam keadaan terlentang sambil memeluk bantal ikan hiu tanpa berselimut. Darish duduk di sisi ranjang Azka. Ia tersenyum sambil mengelus kepala Azka dengan penuh kasih sayang. Ia tak menyangka Azka semakin hari, semakin berani dan mandiri. Terkadang ia berpikir, ada baiknya juga ia menikah dengan Larissa. Karena sekarang ia tak perlu mengkhawatirkan Azka yang kesepian dan merindukan sang ibu. Di dapur Larissa sedang sibuk mengambil piring dan gelas untuk dibawa ke meja makan. Di atas meja makan sudah tersedia makan malam enak untuk sang suami dan anak. Saat hendak menuju meja makan, Larissa tak melihat mesin pembuang sampah di depannya, lalu ia tersandung dan piringnya terjatuh ke lantai. ‘Priiing ....!' Bunyi piring pecah yang tak sengaja dijatuhkan Larissa lantai.

    Last Updated : 2022-09-25
  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 9: Ikuti Dia

    Di toko Honey Cake hari ini terlihat sepi. Soraya, Dewi, Gia, Intan dan Indah duduk santai di salah satu meja sambil berbincang menggosipkan suatu hal. Kadang mereka tertawa dan berdebat seperti biasanya."Eh, Sor. Tapi, bukannya mama kamu lagi sakit, ya?" tanya Gia si gadis feminim yang setiap harinya mengenakan make up yang tebal. "Iya. Mamaku masuk ke rumah," jawab Soraya si gadis seksi bermata sipit. "Terus kamu ada rencana balik ke Bandung, nggak?" tanya Indah si gadis tomboi. “Aku mau pulang, tapi 'kan kita lagi kerja. Mana mungkin aku pulang begitu saja, kalau bos belum memberikan aku tanggal libur," kata Soraya juga mempertimbangkan tanggung jawabnya sebagai bawahan. “Bos akan mengizinkan kamu cuti kalau untuk menjenguk ibumu sakit. Bos tidak sekejam itu lah Soraya,” sahut Dewi si gadis profesional dan berkacamata. “Iya, Sor. Apa lagi setelah bos menikah, dia sering suruh kita tutup lebih awal,” tambah Intan si gadis manis berkulit sawo matang, sedang mengupas kulit jeru

    Last Updated : 2022-09-27
  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 10: Kehidupan Kita Sangat Berbeda

    Darish dan Megan sedang menyantap makan siang yang sudah hampir sore itu, di salah satu kafe yang tak jauh dari kliniknya. Sesekali Megan menatap Darish yang duduk berhadapan dengannya. Darish terlihat buru-buru menghabiskan makanannya berupa nasi goreng kentaki, untuk bergegas menuju ke rumah sakit.Megan menaruh sendok di piringnya dan menghela napas berat. "Apa yang membuat Dokter sangat buru-buru?" tanya Megan."Kita harus ke rumah sakit," jawab Darish sudah menghabiskan makannya dan meneguk air putih beberapa teguk. “Kita masih punya waktu dua jam untuk melakukan operasi pasien itu, Dokter Darish.""Apa kamu belum mengenal saya? Saya ini punya prinsip hidup, harus disiplin!" kata Darish tegas."Hah? Saya sama sekali tidak mengenal Dokter. Kenapa Dokter tega menyembunyikan pernikahan Dokter pada kami? Apa kami ini tidak berarti dalam hidup Dokter?” tanya Megan terlihat kesal.Darish sedikit kaget mendengar pertanyaan Megan yang terdengar sedang marah. Sebelum menjawab pertanyaan

    Last Updated : 2022-09-29
  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 11: I Love You

    Darish dan Jeremi sedang nongkrok di tempat kafe biasa. Mereka memesan dua cangkir kopi sambil menikmati hawa dingin di pesisir pantai hingga terdengar suara ombak yang begitu besar. “Aku lelah, bro. Dia menguntitku ke kafe, bawa Azka lagi.” Ia mengeluh pada Jeremi akan kekesalannya terhadap Larissa.“Ah, masak sih? Mungkin, dia memang lagi makan di situ dengan Azka. Kau nggak boleh berburuk sangka dengan istri sendiri," kata Jeremi.“Awalnya aku pikir begitu. Tapi, ternyata enggak. Dia sendiri yang bilang, dia pergi ke klinik dan mengikutiku ke sana,” jelas Darish.“Mungkin dia salah paham, sebab kau pergi dengan Megan. Dia tahu nggak, kalau Megan itu asisten kau?” tanya Jeremi.“Ya ... kayaknya dia nggak tahu Megan itu asistenku." Darish mulai merasa itu penyebabnya Larissa mengikutinya. “Nah, kau. Dia itu cemburu, bro. Wanita mana sih yang nggak cemburu lihat suaminya bersama wanita lain? Apa lagi Larissa. Dia nggak tahu seluk beluk kehidupan kau itu. Pernah kau jujur sama dia? S

    Last Updated : 2022-10-03
  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 12: Cuek, Tapi Perhatian

    "Assalamualaikum! Larissa!" teriak Darish mengucap salam dan memanggil nama Larissa yang berdiri di depan pintu rumah bersama Azka. Larissa dan Bu Anita saling menatap saat mendengar suara Darish. "Itu, sepertinya suara Darish. Coba kamu lihat dulu," suruh Bu Anita.Larissa pin langsung berdiri dari tempat duduknya dan bergegas menuju ke ruang depan. "Waalaikum salam!" jawab Larissa berjalan ke arah pintu. Ia membuka pintu dan melihat Darish dengan Azka. "Abang, Azka.""Apa yang kau lakukan? Kenapa kau kabur begitu saja dan meninggalkan surat sampah ini untukku?" tanya Darish terlihat sangat marah seraya menunjukkan surat itu kepada Larissa. Larissa mengerutkan keningnya karena heran melihat sikap suami yang tiba-tiba emosi. "Siapa yang kabur? Rissa cuma pulang ke rumah mama karena Papa lagi sakit. Rissa tidak tega mengganggu waktu tidur Abang dan Azka. Sebab itulah, Rissa tulis surat," jelas Larissa. "Tapi ...,""Larissa! Darish! Ayo cepat ke sini! Papa kamu pingsan!" teriak Bu An

    Last Updated : 2022-10-06
  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 13 : Harus Disingkirkan

    “Bibi, ayu ingin naik jungkat-jungkit itu!” tunjuk seorang anak perempuan yang digandeng Megan. Megan dan keponakannya bernama Ayu, mengunjungi taman kanak-kanak yang juga dikunjungi Darish dan Larissa. Apakah mereka akan saling bertemu secara kebetulan. Sepertinya akan terjadi!“Oke, kita ke sana sekarang," kata Megan segera menuju ke arah taman tersebut. Saat Megan mulai mendekat, ia malah melihat Dokter Darish bersama Azka sedang menaiki permainan itu. “Eh, itu kayaknya Dokter Darish dan Azka," lirihnya dalam hati. Darish dan Azka saling mengerakkan jungkat-jungkit itu ke bawah dan ke atas. "Papa aku terbang!" teriak Azka berada di posisi atas. "Dokter Darish!" panggil Megan sudah berdiri berdekatan dengan permainan jungkat-jungkit tersebut. Darish menoleh ke arah samping kanan dan segera menghentikan permainan jungkat-jungkit tersebut dengan hati-hati agar Azka berada di posisi bawah dengan aman. "Megan," balas sapaan Darish agak kaget. setelah Larissa membayar jajanan telur

    Last Updated : 2022-10-08
  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 14: Kamu Tetap Menjaganya

    ‘Wiu wiu wiu ...!’ Bunyi sirine mobil Ambulans yang membawa Pak Hasballah ke rumah sakit. Darish menemani ayah mertua sepanjang perjalanan menuju ke sana. Sesampai di rumah sakit, Darish bergegas turun dari mobil dan memanggil perawat lainnya untuk membantunya menurunkan Pak Hasballah dari dalam mobil yang terbaring di atas ranjang. Dua perawat itu pun bergegas lari untuk segera menurunkan pasien. Lalu, Darish dan dua perawat itu mendorong Pak Hasballah melalui lorong rumah sakit menuju IGD.*** Jeremi yang tak sengaja menabrak seseorang bergegas turun dari mobil. Ia mendekati wanita yang ditabraknya itu yang sudah terjatuh ke jalan tepat di depan mobilnya."Maaf. Apakah Anda terluka?" tanya Jeremi khawatir saat melihat wanita itu menunduk sambil memegang kaki kirinya.Ulfa menaikkan pandangannya dan menatap Jeremi dengan tatapan kaget. "Kamu?" Jeremi mengerutkan keningnya. "Ulfa? Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Jeremi ikut terkejut melihat Ulfa. Ia pun langsung berjongkok di

    Last Updated : 2022-10-13

Latest chapter

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 26: Belum dimaafkan

    Keesokan paginya, Larissa yang baru saja selesai membersihkan diri, ia langsung keluar dari kamar mandi menuju meja rias. Raut wajahnya terlihat senang. Ia duduk di atas kursi sambil menatap wajahnya di cermin."Akhirnya, ia mengaku Ya Allah. Aku sangat senang suamiku mengatakan cintanya padaku," lirihnya dalam hati sambil menyisir rambut panjangnya itu sambil tersenyum.Di sisi lainnya, Darish yang sudah berangkat ke rumah sakit langsung disibukkan dengan pasien yang mengeluh akan giginya yang sakit. Satu persatu sesuai antrean pasien memasuki ruangan dr.Darish. Sebagai dokter spesialis gigi, Darish memberikan penanganan yang baik untuk pasiennya. Ia sangat profesional dan ramah. Apalagi dr. Darish sangat ahli dalam membujuk anak kecil. Tapi, ada seorang anak laki-laki berusia 10 tahun tidak mau mencabut giginya dengan alasan sakit. Ia memberontak hingga ibunya terjatuh dari kursi."Akh!" keluh wanita itu sudah terduduk di atas lantai karena anaknya mendorongnya. "Eh, ibu," kaget Da

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 25: Pelukan Hangat

    Malam pun tiba. Darish merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil memeluk guling dan mengeluh kesakitan di bagian perutnya. Keringatnya keluar di sekujur wajahnya karena ia tak sanggup menahan kram di perutnya itu. "Sakit perut karena minum teh?" Larissa agak terkejut dengan pengakuan sang mertua, Bu Fatimah, yang mengatakan kalau Darish tidak bisa minum teh.Ia sedang berbicara dengan Bu Fatimah lewat hp. Kata Bu Fatimah, "Darish tidak bisa minum teh karena menderita penyakit lambung yang parah. Saat Darish mencoba berkali-kali minum teh, Darish langsung sakit perut. Sejak SMP, Darish sudah tidak lagi minum teh. Dia memang tidak bisa minum teh. Sama seperti Almarhum Ayahnya.""Oh begitu. Maaf, Umi, Rissa nggak tahu kalau abang Darish nggak bisa minum teh," ucap Larissa merasa bersalah. Larissa melirik ke arah Darish yang menatapnya dari tempat tidur dengan raut wajah agak kesal. Larissa agak ketakutan jika Darish marah. "Baik Umi, Rissa akan memberikan obat untuk abang Darish. Sampai

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 24: Surat Resign

    Larissa dan Darish duduk berdampingan di sofa ruang tamu. Mereka duduk berhadapan dengan Megan dan kak Ratna. Sedangkan Bu Anita dan Pak Hasballah duduk di sofa lainnya berdekatan dengan sofa Larissa dan Darish. Bu Anita juga sudah menyiapkan beberapa teh hangat dan bolu lapis di atas meja. "Ratna, Megan, silahkan diminum tehnya. Nanti dingin," suruh Bu Anita. "Iya, terima kasih, Bu," kata Kak Ratna. Sedangkan Megan hanya tersenyum tipis ke arah Bu Anita.Kak Ratna dan Megan serentak mengambil minuman dan meneguknya seteguk saja. Lalu, menaruhnya kembali di atas meja. Megan bersikap cukup tenang di depan keluarga Larissa. Terutama sekali di depan Darish. Ia terus saja memandang Darish dan tersenyum ke arahnya. Larissa menatap Megan tanpa senyuman. Wajahnya cemberut bagai melihat musuh dan ia sangat tidak menyukainya. Begitu juga dengan Megan. Ia sengaja membuat Larissa kesal dengan tersenyum sinis. *** Ulfa berdiri di depan pagar rumahnya dengan penampilan yang sudah rapi. Ia meng

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 23: Menjahilinya

    Kak Ratna merasa susah hati, jika Megan betul-betul serius akan perasaannya terhadap Darish. Tapi, ia berusaha tenang menanggapi sikap Megan yang sering kali memberontak. Kak Ratna mengambil lima piring dan membawanya ke meja makan.Megan mengikuti kakaknya dari belakang. "Tapi kak, aku mau dia yang jadi suami aku," keluh Megan berharap kakaknya membantunya."Dia suami orang, Megan. Kakak nggak mau kamu menjadi pengganggu rumah tangga orang lain. Apalagi Larissa," ucap Kak Ratna terdengar serius seraya menaruh piring di atas meja. Langkah Megan pun sontak terhenti saat mendengar kakaknya menyebut nama Larissa. "Memangnya kenapa kalau dia? Kenapa Kakak terlihat sangat menyukai wanita itu?" tanya Megan kesal. Kak Ratna menghela napas seraya membalikkan badannya ke arah Megan dan menatapnya tersenyum heran. "Bukan seperti itu. Cuma, orang tuanya itu pemilik rumah sewa ini, mengerti? Kamu mau Kakak diusir? Kakak sangat menyukai lingkungan ini, Megan. Tapi, bukan itu yang menjadi alasan t

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 22: Keras Kepala

    Enggan berbaikan dengan sang suami, Larissa malah semakin cemberut menatap sang suami saat Bu Anita, Bu Fatimah dan Azka datang menjenguknya. Ia mengabaikan Darish dengan memeluk Azka yang duduk di atas ranjangnya. Azka begitu dimanjakan oleh Larissa dan Azka sangat senang. Darish memilih untuk duduk di sofa dan memerhatikan sikap perhatian Larissa pada sang anak. Walaupun ia belum berhasil membujuknya, namun ia bahagia melihat Larissa begitu menyayangi Azka. Ia menghela napas lega. 'Untung ada Azka yang menjadi pelipur lara'Sedangkan, Bu Anita dan Bu Fatimah berdiri dari sisi yang berlawanan dan saling berhadapan. Mereka merasa lega karena Larissa baik-baik saja."Kamu makan mie instan lagi 'kan, 'kan, 'kan?" Bu Anita mencubit lengan Larissa karena geram akan perbuatannya."Aduh, ma! Sakit!" keluh Larissa mengusap-usap lengannya dengan tangan kiri. "Sudah, Nita. Rissa lagi sakit, loh. Kamu mau kesehatannya memburuk lagi? Dia sedang hamil," sahut Bu Fatimah membela menantu kesayang

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 21: Jangan Sentuh Aku

    Darish berlari dengan cepat memasuki Supermarket, saat ia melihat seorang pria mendekati Larissa di meja. Ia mendorong pintu dengan tenaga keras dan berdiri menatap pria itu dengan tatapan tajam. "Hei, dia istri saya!" teriak Darish. Sontak pria tersebut terkejut dan menoleh ke arah Darish. "Oh, maaf. Saya hanya ingin memeriksanya. Sepertinya, istri Anda pingsan," kata pria yang bertugas sebagai pekerja Supermarket tersebut. "Pingsan?" Darish sangat khawatir dan berjalan mendekati Larissa. "Rissa? Rissa?" panggil Darish beberapa kali sambil menepuk pundaknya. Tapi, Larissa tidak sadar. "Dari tadi istri Anda kerjaannya hanya makan. Saya khawatir istri Anda pingsan karena menghabiskan semua makanan berlemak ini," lanjut pekerja itu berprasangka seperti itu. Darish memerhatikan sebentar semua bekas plastik di depan Larissa yang sudah habis tanpa sisa. Ia menghela napas cemas dan menatap Larissa yang tak bergerak sedikit pun."Apa istri saya sudah membayar semua makanan ini?" tanya Da

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 20: Duduk Sendirian dan Menangis

    Larissa pergi dengan hati yang begitu sedih. Apalagi ia sedang hamil, perasaannya yang mulai sensitif membuatnya terus berpikir kalau Darish tidak akan menerima anak dalam kandungannya itu. Untuk menenangkan pikirannya yang kacau, Larissa berjalan menuju taman di dekat rumahnya saat langkahnya sudah lelah. Ia duduk di atas kursi besi yang menghadap ke arah sungai. Tatapannya sangat sayu dan tubuhnya terlihat lesu. "Ya Allah! Aku sungguh mencintai, suamiku. Tapi, kenapa dia tidak mencintaiku?" Ia mengajukan pertanyaan itu kepada Sang Pencipta sambil menangis. Ia mengutarakan perasaannya kepada Yang Di Atas untuk meminta petunjukNya. Ia sadar, ia menikah dengan seorang pria yang sama sekali tidak memiliki hati untuknya. Saat-saat Larissa meratapi kesedihannya sendirian, tiba-tiba Megan muncul di taman itu bersama Ayu. Namun, ia hanya memerhatikan Larissa dari jarak jauh dan Larissa tidak melihatnya. Ia mulai merasa kalau Larissa sedang ada masalah dengan Darish.Megan langsung terseny

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 19: Gelisah

    Jeremi berdiri mematung di depan gedung rumah sakit dengan raut wajah yang gelisah, setelah mengetahui kehamilan sang istri yang belum terpikirkan olehnya. Ia bahkan tak menyangka kalau kejadian malam itu membuat Larissa hamil begitu cepat. Hatinya terus merasakan keresahan yang membuat dirinya terus menghela napas. 'Tidak, Darish. Fokus. Sebentar lagi kamu akan melakukan operasi yang sangat penting,' lirihnya dalam hati. Kemudian, ia melangkahkan kakinya untuk memasuki gedung rumah sakit. Apapun yang akan terjadi, ia harus menyelesaikan pekerjaannya lebih dulu sebagai seorang dokter. *** Larissa, Bu Fatimah dan Azka sudah sampai di rumah Bu Anita. Bu Anita dan Pak Hasballah begitu gembira menyambut kedatangan anak, cucu, dan besannya itu ke rumah. Apalagi Azka yang sudah lama tidak bertemu pak Hasballah karena ia bersama Bu Fatimah selama dua minggu terakhir ini. Azka diajak Bu Fatimah berlibur ke kampung halamannya ke Aceh Tengah, Takengon, karena ada kenduri saudara. Jadi, Bu F

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 18: Aku Hamil

    Di pagi hari yang begitu cerah, Larissa dan Bu Fatimah sedang menyiapkan sarapan bersama. Bu Fatimah sibuk memasak nasi goreng putih kampung kesukaan Darish dan Azka. Sedangkan Larissa membantu mengupas buah apel sambil berdiri di dekat wastafel. Bu Fatimah mematikan kompor gas saat nasi sudah masak. “Rissa, bisa tolong ambilkan baskom di lemari kaca itu,” tunjuk Bu Fatimah ke lemari kaca di samping kirinya. “Boleh, Bu.” Larisaa menaruh apel dan pisau di atas piring. Lalu, ia segera membuka lemari kaca tersebut. Setelah lemarinya terbuka, ia malah mencium bau ikan goreng yang disimpan Bu Fatimah di dalam lemari itu. Perutnya mulai merasakan mual dan terus menutup pintu lemari itu lagi. “Wuaak!” Ia menepuk dadanya untuk menghilangkan rasa mual sambil menelan air ludah. “Rissa, kamu kenapa?” tanya Bu Fatimah agak kaget dan mendekatinya. “Rissa nggak tahan dengan bau ikan goreng ini, Bu. Bau minyak goreng, Rissa nggak tahan," kata Rissa yang sudah menutup mulut dan hidungnya dengan

DMCA.com Protection Status