Beranda / Romansa / Istri Kedua dr.Darish / Bab 22: Keras Kepala

Share

Bab 22: Keras Kepala

Penulis: Lia Mauliza
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-27 13:23:16
Enggan berbaikan dengan sang suami, Larissa malah semakin cemberut menatap sang suami saat Bu Anita, Bu Fatimah dan Azka datang menjenguknya. Ia mengabaikan Darish dengan memeluk Azka yang duduk di atas ranjangnya. Azka begitu dimanjakan oleh Larissa dan Azka sangat senang.

Darish memilih untuk duduk di sofa dan memerhatikan sikap perhatian Larissa pada sang anak. Walaupun ia belum berhasil membujuknya, namun ia bahagia melihat Larissa begitu menyayangi Azka.

Ia menghela napas lega. 'Untung ada Azka yang menjadi pelipur lara'

Sedangkan, Bu Anita dan Bu Fatimah berdiri dari sisi yang berlawanan dan saling berhadapan. Mereka merasa lega karena Larissa baik-baik saja.

"Kamu makan mie instan lagi 'kan, 'kan, 'kan?" Bu Anita mencubit lengan Larissa karena geram akan perbuatannya.

"Aduh, ma! Sakit!" keluh Larissa mengusap-usap lengannya dengan tangan kiri.

"Sudah, Nita. Rissa lagi sakit, loh. Kamu mau kesehatannya memburuk lagi? Dia sedang hamil," sahut Bu Fatimah membela menantu kesayang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 23: Menjahilinya

    Kak Ratna merasa susah hati, jika Megan betul-betul serius akan perasaannya terhadap Darish. Tapi, ia berusaha tenang menanggapi sikap Megan yang sering kali memberontak. Kak Ratna mengambil lima piring dan membawanya ke meja makan.Megan mengikuti kakaknya dari belakang. "Tapi kak, aku mau dia yang jadi suami aku," keluh Megan berharap kakaknya membantunya."Dia suami orang, Megan. Kakak nggak mau kamu menjadi pengganggu rumah tangga orang lain. Apalagi Larissa," ucap Kak Ratna terdengar serius seraya menaruh piring di atas meja. Langkah Megan pun sontak terhenti saat mendengar kakaknya menyebut nama Larissa. "Memangnya kenapa kalau dia? Kenapa Kakak terlihat sangat menyukai wanita itu?" tanya Megan kesal. Kak Ratna menghela napas seraya membalikkan badannya ke arah Megan dan menatapnya tersenyum heran. "Bukan seperti itu. Cuma, orang tuanya itu pemilik rumah sewa ini, mengerti? Kamu mau Kakak diusir? Kakak sangat menyukai lingkungan ini, Megan. Tapi, bukan itu yang menjadi alasan t

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-20
  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 24: Surat Resign

    Larissa dan Darish duduk berdampingan di sofa ruang tamu. Mereka duduk berhadapan dengan Megan dan kak Ratna. Sedangkan Bu Anita dan Pak Hasballah duduk di sofa lainnya berdekatan dengan sofa Larissa dan Darish. Bu Anita juga sudah menyiapkan beberapa teh hangat dan bolu lapis di atas meja. "Ratna, Megan, silahkan diminum tehnya. Nanti dingin," suruh Bu Anita. "Iya, terima kasih, Bu," kata Kak Ratna. Sedangkan Megan hanya tersenyum tipis ke arah Bu Anita.Kak Ratna dan Megan serentak mengambil minuman dan meneguknya seteguk saja. Lalu, menaruhnya kembali di atas meja. Megan bersikap cukup tenang di depan keluarga Larissa. Terutama sekali di depan Darish. Ia terus saja memandang Darish dan tersenyum ke arahnya. Larissa menatap Megan tanpa senyuman. Wajahnya cemberut bagai melihat musuh dan ia sangat tidak menyukainya. Begitu juga dengan Megan. Ia sengaja membuat Larissa kesal dengan tersenyum sinis. *** Ulfa berdiri di depan pagar rumahnya dengan penampilan yang sudah rapi. Ia meng

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 25: Pelukan Hangat

    Malam pun tiba. Darish merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil memeluk guling dan mengeluh kesakitan di bagian perutnya. Keringatnya keluar di sekujur wajahnya karena ia tak sanggup menahan kram di perutnya itu. "Sakit perut karena minum teh?" Larissa agak terkejut dengan pengakuan sang mertua, Bu Fatimah, yang mengatakan kalau Darish tidak bisa minum teh.Ia sedang berbicara dengan Bu Fatimah lewat hp. Kata Bu Fatimah, "Darish tidak bisa minum teh karena menderita penyakit lambung yang parah. Saat Darish mencoba berkali-kali minum teh, Darish langsung sakit perut. Sejak SMP, Darish sudah tidak lagi minum teh. Dia memang tidak bisa minum teh. Sama seperti Almarhum Ayahnya.""Oh begitu. Maaf, Umi, Rissa nggak tahu kalau abang Darish nggak bisa minum teh," ucap Larissa merasa bersalah. Larissa melirik ke arah Darish yang menatapnya dari tempat tidur dengan raut wajah agak kesal. Larissa agak ketakutan jika Darish marah. "Baik Umi, Rissa akan memberikan obat untuk abang Darish. Sampai

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-05
  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 26: Belum dimaafkan

    Keesokan paginya, Larissa yang baru saja selesai membersihkan diri, ia langsung keluar dari kamar mandi menuju meja rias. Raut wajahnya terlihat senang. Ia duduk di atas kursi sambil menatap wajahnya di cermin."Akhirnya, ia mengaku Ya Allah. Aku sangat senang suamiku mengatakan cintanya padaku," lirihnya dalam hati sambil menyisir rambut panjangnya itu sambil tersenyum.Di sisi lainnya, Darish yang sudah berangkat ke rumah sakit langsung disibukkan dengan pasien yang mengeluh akan giginya yang sakit. Satu persatu sesuai antrean pasien memasuki ruangan dr.Darish. Sebagai dokter spesialis gigi, Darish memberikan penanganan yang baik untuk pasiennya. Ia sangat profesional dan ramah. Apalagi dr. Darish sangat ahli dalam membujuk anak kecil. Tapi, ada seorang anak laki-laki berusia 10 tahun tidak mau mencabut giginya dengan alasan sakit. Ia memberontak hingga ibunya terjatuh dari kursi."Akh!" keluh wanita itu sudah terduduk di atas lantai karena anaknya mendorongnya. "Eh, ibu," kaget Da

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11
  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 1: Cincin Pernikahan

    Toko ‘Honey Cake’Seorang gadis cantik bernama Larissa Zevana, pemilik toko Honey Cake, terlihat sedang memberikan topping cokelat meleleh di atas keik ulang tahun yang hampir selesai dikerjakannya. Walaupun ia terlihat buru-buru gadis cantik ini tetap berhati-hati untuk menyelesaikan pesanan dari pelanggan. Seorang gadis cantik lainnya bernama Ulfa sebagai manajer toko, muncul dari arah dapur dan menghampiri Larissa di pantri dengan membawa kotak penaruh keik. Ia mengenakan setelan baju dan celana hitam berbahan katun, jilbab segi empat berwarna krem, dan mengenakan hak tinggi. Di toko Honey Cake memiliki aturan wajib mengenakan setelan baju seragam pada waktu jam kerja, termasuk Larissa.Karena keiknya sudah selesai diberi topping, Ulfa segera memasukkan keik tersebut ke dalam kotak, serta mengikat pita berwarna ping di atasnya. “Ris, kenapa kamu nggak suruh Indah saja yang mengantarkan keik ulang tahun ini? Ini ‘kan pekerjaannya.”“Tidak boleh, Fa. Ini permintaan pelanggan langsu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 2: Mengatur Pertemuan

    Tepat pada pukul 07:00 pagi, Darish membantu anaknya Azka mengenakan seragam sekolah serta memakaikan dasi berwarna biru di kerah bajunya dengan rapi. Anak berusia empat tahun itu memiliki wajah yang tampan seperti ayahnya. Ia juga pandai bercakap dan tingkahnya begitu menggemaskan.“Papa.” Azka memanggilnya dengan nada lembut.“Iya, Sayang,” jawab Darish juga lembut.“Kenapa Azka nggak punya mama?” tanya Azka dengan raut wajah yang polos.Darish terdiam sejenak sambil menatapnya. “Azka punya mama, Sayang.”“Kalau Azka punya mama, kenapa mama sekarang nggak ada di sini? Mama nggak sayang Azka, ‘kan?” tanya Azka lagi dengan raut wajah sedih dan nada bicara yang masih terbata-bata.“Mama sayang Azka,” jawab Darish singkat karena kebingungan untuk menjelaskannya pada Azka yang masih terlalu kecil. Bu Fatimah tidak sengaja mendengar pembicaraan anak dan cucunya itu saat ingin menghampiri mereka di kamar dan hanya berdiri di depan pintu. Hatinya sangat sakit mendengar ungkapan sedih cucu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 3: Menolak Perjodohan

    Darish dan Larissa duduk berhadapan di satu meja. Di atas meja sudah tersedia pesanan dua porsi dimsum, segelas lemon tea untuk Larissa dan sebotol air mineral untuk Darish. Namun, keduanya menunjukkan ekspresi wajah yang berbeda. Darish menatap Larissa datar. Sedangkan Larissa berusaha untuk tetap tenang di depan Darish.“Jadi, pertemuan ini orang tua kita yang rencanakan?” tanya Rissa bersikap biasa-biasa saja.“Iya. Tapi, saya ingin membatalkan perjodohan ini,” ucap Darish cuek tanpa basa-basi.Kedua tangan Larissa saling menggenggam lembut dan kuat di balik kolong meja. Raut wajahnya terlihat kecewa saat Darish menolak perjodohan itu. Tidak ada yang bisa dilakukan Larissa kecuali diam. Namun, di dalam lubuk hatinya, Larissa berharap Darish setuju akan perjodohan ini. *** Ulfa terlihat gelisah sambil mondar mandir di depan kasir dan terus menatap layar ponselnya. Karena kecemasan Ulfa yang berlebihan membuat Soraya gagal fokus saat menghitung uang dalam jumlah banyak dan berulan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 4: Ucapan Manis Di Hari Pernikahan

    Satu bulan kemudian Acara pernikahan Larissa dan Darish dilangsungkan di Hotel Hermes, Banda Aceh. Semua tetamu hanya dihadiri oleh keluarga dan teman terdekat. Ruangan hotel itu terlihat mewah dengan dekor yang sempurna.‘Ruang ganti pengantin pria’ Darish terlihat tampan mengenakan baju pernikahan adat Aceh ‘ulee balang’ antara lain baju atasan berwarna hitam dengan sulaman benang emas, celana panjang serta sarung songket yang diikat di pinggang sepanjang di atas lutut, dan kopiah berbentuk lonjong ke atas dengan hiasan bintang persegi dalaman yang terbuat dari kuningan atau emas. Jeremi yang selalu setia menemani sahabatnya itu, tercegang kagum melihat ketampanan Darish yang begitu sempurna mengenakan pakaian adat Aceh. Apa lagi postur tubuh Darish yang tinggi, wajah tirus juga brewokan tipis, kulit putih, hidung mancung dan bermata indah, membuat penampilan Darish lebih menarik. “Bro. Apa keputusanku ini sudah benar?” tanya Darish pada Jeremi yang membantunya memasangkan renco

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-03

Bab terbaru

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 26: Belum dimaafkan

    Keesokan paginya, Larissa yang baru saja selesai membersihkan diri, ia langsung keluar dari kamar mandi menuju meja rias. Raut wajahnya terlihat senang. Ia duduk di atas kursi sambil menatap wajahnya di cermin."Akhirnya, ia mengaku Ya Allah. Aku sangat senang suamiku mengatakan cintanya padaku," lirihnya dalam hati sambil menyisir rambut panjangnya itu sambil tersenyum.Di sisi lainnya, Darish yang sudah berangkat ke rumah sakit langsung disibukkan dengan pasien yang mengeluh akan giginya yang sakit. Satu persatu sesuai antrean pasien memasuki ruangan dr.Darish. Sebagai dokter spesialis gigi, Darish memberikan penanganan yang baik untuk pasiennya. Ia sangat profesional dan ramah. Apalagi dr. Darish sangat ahli dalam membujuk anak kecil. Tapi, ada seorang anak laki-laki berusia 10 tahun tidak mau mencabut giginya dengan alasan sakit. Ia memberontak hingga ibunya terjatuh dari kursi."Akh!" keluh wanita itu sudah terduduk di atas lantai karena anaknya mendorongnya. "Eh, ibu," kaget Da

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 25: Pelukan Hangat

    Malam pun tiba. Darish merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil memeluk guling dan mengeluh kesakitan di bagian perutnya. Keringatnya keluar di sekujur wajahnya karena ia tak sanggup menahan kram di perutnya itu. "Sakit perut karena minum teh?" Larissa agak terkejut dengan pengakuan sang mertua, Bu Fatimah, yang mengatakan kalau Darish tidak bisa minum teh.Ia sedang berbicara dengan Bu Fatimah lewat hp. Kata Bu Fatimah, "Darish tidak bisa minum teh karena menderita penyakit lambung yang parah. Saat Darish mencoba berkali-kali minum teh, Darish langsung sakit perut. Sejak SMP, Darish sudah tidak lagi minum teh. Dia memang tidak bisa minum teh. Sama seperti Almarhum Ayahnya.""Oh begitu. Maaf, Umi, Rissa nggak tahu kalau abang Darish nggak bisa minum teh," ucap Larissa merasa bersalah. Larissa melirik ke arah Darish yang menatapnya dari tempat tidur dengan raut wajah agak kesal. Larissa agak ketakutan jika Darish marah. "Baik Umi, Rissa akan memberikan obat untuk abang Darish. Sampai

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 24: Surat Resign

    Larissa dan Darish duduk berdampingan di sofa ruang tamu. Mereka duduk berhadapan dengan Megan dan kak Ratna. Sedangkan Bu Anita dan Pak Hasballah duduk di sofa lainnya berdekatan dengan sofa Larissa dan Darish. Bu Anita juga sudah menyiapkan beberapa teh hangat dan bolu lapis di atas meja. "Ratna, Megan, silahkan diminum tehnya. Nanti dingin," suruh Bu Anita. "Iya, terima kasih, Bu," kata Kak Ratna. Sedangkan Megan hanya tersenyum tipis ke arah Bu Anita.Kak Ratna dan Megan serentak mengambil minuman dan meneguknya seteguk saja. Lalu, menaruhnya kembali di atas meja. Megan bersikap cukup tenang di depan keluarga Larissa. Terutama sekali di depan Darish. Ia terus saja memandang Darish dan tersenyum ke arahnya. Larissa menatap Megan tanpa senyuman. Wajahnya cemberut bagai melihat musuh dan ia sangat tidak menyukainya. Begitu juga dengan Megan. Ia sengaja membuat Larissa kesal dengan tersenyum sinis. *** Ulfa berdiri di depan pagar rumahnya dengan penampilan yang sudah rapi. Ia meng

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 23: Menjahilinya

    Kak Ratna merasa susah hati, jika Megan betul-betul serius akan perasaannya terhadap Darish. Tapi, ia berusaha tenang menanggapi sikap Megan yang sering kali memberontak. Kak Ratna mengambil lima piring dan membawanya ke meja makan.Megan mengikuti kakaknya dari belakang. "Tapi kak, aku mau dia yang jadi suami aku," keluh Megan berharap kakaknya membantunya."Dia suami orang, Megan. Kakak nggak mau kamu menjadi pengganggu rumah tangga orang lain. Apalagi Larissa," ucap Kak Ratna terdengar serius seraya menaruh piring di atas meja. Langkah Megan pun sontak terhenti saat mendengar kakaknya menyebut nama Larissa. "Memangnya kenapa kalau dia? Kenapa Kakak terlihat sangat menyukai wanita itu?" tanya Megan kesal. Kak Ratna menghela napas seraya membalikkan badannya ke arah Megan dan menatapnya tersenyum heran. "Bukan seperti itu. Cuma, orang tuanya itu pemilik rumah sewa ini, mengerti? Kamu mau Kakak diusir? Kakak sangat menyukai lingkungan ini, Megan. Tapi, bukan itu yang menjadi alasan t

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 22: Keras Kepala

    Enggan berbaikan dengan sang suami, Larissa malah semakin cemberut menatap sang suami saat Bu Anita, Bu Fatimah dan Azka datang menjenguknya. Ia mengabaikan Darish dengan memeluk Azka yang duduk di atas ranjangnya. Azka begitu dimanjakan oleh Larissa dan Azka sangat senang. Darish memilih untuk duduk di sofa dan memerhatikan sikap perhatian Larissa pada sang anak. Walaupun ia belum berhasil membujuknya, namun ia bahagia melihat Larissa begitu menyayangi Azka. Ia menghela napas lega. 'Untung ada Azka yang menjadi pelipur lara'Sedangkan, Bu Anita dan Bu Fatimah berdiri dari sisi yang berlawanan dan saling berhadapan. Mereka merasa lega karena Larissa baik-baik saja."Kamu makan mie instan lagi 'kan, 'kan, 'kan?" Bu Anita mencubit lengan Larissa karena geram akan perbuatannya."Aduh, ma! Sakit!" keluh Larissa mengusap-usap lengannya dengan tangan kiri. "Sudah, Nita. Rissa lagi sakit, loh. Kamu mau kesehatannya memburuk lagi? Dia sedang hamil," sahut Bu Fatimah membela menantu kesayang

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 21: Jangan Sentuh Aku

    Darish berlari dengan cepat memasuki Supermarket, saat ia melihat seorang pria mendekati Larissa di meja. Ia mendorong pintu dengan tenaga keras dan berdiri menatap pria itu dengan tatapan tajam. "Hei, dia istri saya!" teriak Darish. Sontak pria tersebut terkejut dan menoleh ke arah Darish. "Oh, maaf. Saya hanya ingin memeriksanya. Sepertinya, istri Anda pingsan," kata pria yang bertugas sebagai pekerja Supermarket tersebut. "Pingsan?" Darish sangat khawatir dan berjalan mendekati Larissa. "Rissa? Rissa?" panggil Darish beberapa kali sambil menepuk pundaknya. Tapi, Larissa tidak sadar. "Dari tadi istri Anda kerjaannya hanya makan. Saya khawatir istri Anda pingsan karena menghabiskan semua makanan berlemak ini," lanjut pekerja itu berprasangka seperti itu. Darish memerhatikan sebentar semua bekas plastik di depan Larissa yang sudah habis tanpa sisa. Ia menghela napas cemas dan menatap Larissa yang tak bergerak sedikit pun."Apa istri saya sudah membayar semua makanan ini?" tanya Da

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 20: Duduk Sendirian dan Menangis

    Larissa pergi dengan hati yang begitu sedih. Apalagi ia sedang hamil, perasaannya yang mulai sensitif membuatnya terus berpikir kalau Darish tidak akan menerima anak dalam kandungannya itu. Untuk menenangkan pikirannya yang kacau, Larissa berjalan menuju taman di dekat rumahnya saat langkahnya sudah lelah. Ia duduk di atas kursi besi yang menghadap ke arah sungai. Tatapannya sangat sayu dan tubuhnya terlihat lesu. "Ya Allah! Aku sungguh mencintai, suamiku. Tapi, kenapa dia tidak mencintaiku?" Ia mengajukan pertanyaan itu kepada Sang Pencipta sambil menangis. Ia mengutarakan perasaannya kepada Yang Di Atas untuk meminta petunjukNya. Ia sadar, ia menikah dengan seorang pria yang sama sekali tidak memiliki hati untuknya. Saat-saat Larissa meratapi kesedihannya sendirian, tiba-tiba Megan muncul di taman itu bersama Ayu. Namun, ia hanya memerhatikan Larissa dari jarak jauh dan Larissa tidak melihatnya. Ia mulai merasa kalau Larissa sedang ada masalah dengan Darish.Megan langsung terseny

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 19: Gelisah

    Jeremi berdiri mematung di depan gedung rumah sakit dengan raut wajah yang gelisah, setelah mengetahui kehamilan sang istri yang belum terpikirkan olehnya. Ia bahkan tak menyangka kalau kejadian malam itu membuat Larissa hamil begitu cepat. Hatinya terus merasakan keresahan yang membuat dirinya terus menghela napas. 'Tidak, Darish. Fokus. Sebentar lagi kamu akan melakukan operasi yang sangat penting,' lirihnya dalam hati. Kemudian, ia melangkahkan kakinya untuk memasuki gedung rumah sakit. Apapun yang akan terjadi, ia harus menyelesaikan pekerjaannya lebih dulu sebagai seorang dokter. *** Larissa, Bu Fatimah dan Azka sudah sampai di rumah Bu Anita. Bu Anita dan Pak Hasballah begitu gembira menyambut kedatangan anak, cucu, dan besannya itu ke rumah. Apalagi Azka yang sudah lama tidak bertemu pak Hasballah karena ia bersama Bu Fatimah selama dua minggu terakhir ini. Azka diajak Bu Fatimah berlibur ke kampung halamannya ke Aceh Tengah, Takengon, karena ada kenduri saudara. Jadi, Bu F

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 18: Aku Hamil

    Di pagi hari yang begitu cerah, Larissa dan Bu Fatimah sedang menyiapkan sarapan bersama. Bu Fatimah sibuk memasak nasi goreng putih kampung kesukaan Darish dan Azka. Sedangkan Larissa membantu mengupas buah apel sambil berdiri di dekat wastafel. Bu Fatimah mematikan kompor gas saat nasi sudah masak. “Rissa, bisa tolong ambilkan baskom di lemari kaca itu,” tunjuk Bu Fatimah ke lemari kaca di samping kirinya. “Boleh, Bu.” Larisaa menaruh apel dan pisau di atas piring. Lalu, ia segera membuka lemari kaca tersebut. Setelah lemarinya terbuka, ia malah mencium bau ikan goreng yang disimpan Bu Fatimah di dalam lemari itu. Perutnya mulai merasakan mual dan terus menutup pintu lemari itu lagi. “Wuaak!” Ia menepuk dadanya untuk menghilangkan rasa mual sambil menelan air ludah. “Rissa, kamu kenapa?” tanya Bu Fatimah agak kaget dan mendekatinya. “Rissa nggak tahan dengan bau ikan goreng ini, Bu. Bau minyak goreng, Rissa nggak tahan," kata Rissa yang sudah menutup mulut dan hidungnya dengan

DMCA.com Protection Status