Kokok ayam sudah mulai terdengar di kala sepasang suami istri masih terlelap dalam tidurnya. Angin dingin di pagi hari bahkan tidak bisa menyentuh kulit mereka sedikit pun. Allura dan Rayan masih saling peluk satu sama lain. Burung dara berkicau seakan iri pada kemesraan mereka berdua. Membentuk alunan lagu yang indah didengar alam.
Sinar sang surya menelusup lewat sela tirai jendela minimalis. Mengenai tepat di wajah Allura yang putih bersinar, membuat wajahnya semakin ayu nan rupawan. Netranya sedikit demi sedikit mulai terbuka. Begitu bahagianya ketika hal pertama yang dilihatnya adalah Rayan, suami tercinta. Sudut-sudut bibirnya mulai mengembang membentuk simpul senyum yang manis. Ia tidak berniat untuk bangun melihat tangan Rayan masih melingkar di pinggulnya. Ia takut jika Rayan akan terbangun karena memindahkan tangannya. Ia tahu Rayan sangat lelah setelah begadang semalaman untuk memeriksa berkas-berkas kantornya yang tak pernah habis.
‘Beruntungnya aku bisa memilikimu dalam hidupku Mas,’ batin Allura.
Tangannya membelai wajah sang suami. Mengusap rambut yang menutupi wajah Rayan. Allura terus memandangnya dengan senyum yang masih lebar. Ia merasa tidak pernah bosan memandang wajah Rayan seperti itu. Karena dengan melihat wajahnya, Allura merasa sangat bersyukur. Apalagi melihatnya setenang itu ketika tidur. Apakah ia sedang bermimpi indah sekarang?
Rayan mulai merasakan sentuhan tangan Allura. Rayan pun membuka matanya lalu tersenyum. Ia juga sangat senang Allura lah yang menjadi hal pertama yang dilihatnya setelah membuka mata. Begitulah jika sudah saling mencintai, semua terasa indah jika dijalani bersama. Tidak akan lengkap tanpa rasa cinta dan kasih sayang yang besar.
"Pagi Sayang," ucap Rayan lalu mengecup kening Allura.
"Pagi juga Mas," jawab Allura dengan lembut.
"Kamu sudah bangun dari tadi? Kenapa tidak bangunkan Mas?" tanya Rayan sembari mengusap pipi sang istri.
"Adek hanya tidak mau mengganggu tidurmu Mas. Mas pasti lelah setelah semalaman harus begadang," jelas Allura. Mereka selalu bicara dengan saling menatap.
"Begitu ya? Atau Adek sebenarnya hanya ingin melihat wajah Mas?" goda Rayan. Ia menggelitik perut Allura dengan manja. Tawa Allura pun mulai pecah saat itu juga.
Mereka berdua saling menggelitik satu sama lain. Saling tertawa ria bersama, seakan tidak akan ada masalah yang bisa menghancurkan kebahagiaan mereka. Sangat penting adanya canda tawa dalam pernikahan. Selain membuat bahagia, canda tawa juga bisa memperkuat cinta antara suami dan istri. Tak terkecuali mereka yang menikah tidak berdasarkan cinta, seperti perjodohan. Karena cinta juga bisa tumbuh karena telah terbiasa.
"Hahaha ... Sudah Mas, Adek lelah. Kita juga akan terlambat berangkat kerja jika terus di sini," ucap Allura setelah beberapa menit bermain colek-colekan dengan Rayan.
"Oke, Mas anggap Adek kalah ya, hehe. Jadi, berikan hadiah Mas sekarang," sahut Rayan sembari menunjuk-nunjuk pipinya. Matanya terpejam dan tersenyum puas penuh kemenangan.
"Dasar Mas manja banget ya."
Cup!
Satu kecupan penuh kasih sayang baru saja mendarat di pipi kiri Rayan. Rayan masih memejamkan matanya. Allura hanya diam dan menahan tawa. Dia tahu benar apa maksud Rayan sekarang.
"Eh, di sini nggak dikasih juga?" tanya Rayan yang memanyunkan bibirnya.
"Ah, sudah ih, Mas! Sana mandi, Mas bau huuu..." ejek Allura dengan menutup hidungnya.
"Apa? Bau? Umm, sini kamu ya." Rayan memeluk Allura lebih erat sehingga ia benar-benar menempel dengan tubuhnya. Agar dia juga bisa mencium bau tubuh Rayan.
"Hahaha, Mas lepasin. Adek mau siapin sarapan buat kita. Lagian Kita juga harus berangkat kerja Mas," ujar Allura masih dalam dekapan Rayan.
"Baiklah istriku yang bawel." Rayan mencubit pipi Allura manja. "Tapi ingat ya, kamu masih punya hutang lho," godanya lagi dengan memanyunkan bibir.
"Ih, Mas," sahut Allura malu. Kedua pipinya mulai bersemu merah padam. Rayan tertawa melihat itu. Ia pun melepaskan Allura setelah mencium pipinya. Lalu bergegas menuju kamar mandi.
Allura membersihkan dan merapikan tempat tidur setelah menggelung surainya. Dilanjutkan menyapu rumah lalu menyiapkan pakaian untuk Rayan. Kemeja biru pastel dan celana hitam sudah tersetrika rapi dan diletakkan di kasur. Tak lupa jas biru dongker dan dasi berwarna senada juga sudah disiapkan Allura. Setelah menyiapkan pakaian dan keperluan Rayan dan mandi, Allura menuju dapur dan mulai memasak sarapan. Begitulah habitnya selama dua tahun ini. Ia harus mengerjakan semuanya sebelum berangkat kerja.
Allura sendiri sebagai seorang istri, dia juga bekerja untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Ia bekerja sebagai admin pergudangan di salah satu perusahaan pabrik kimia. Padahal dari awal, Rayan sudah memintanya untuk resign dan mengurus rumah saja. Tetapi selain seorang istri, Allura juga seorang wanita karir yang hebat. Tak heran jika banyak orang yang menyukainya, termasuk Rayan.
Allura hampir saja selesai menyelesaikan masakannya, tiba-tiba Rayan memeluknya dari belakang. Kepalanya bertengger di bahu sang istri dengan manjanya. Ia terus menciumi tengkuk Allura gemas. Allura menahan gelinya sembari memasak. Lima detik kemudian nasi goreng buatannya sudah siap. Allura menaruh beberapa centong nasi goreng itu di piring Rayan lalu menambah telur mata sapi di atasnya. Ia melakukan hal yang sama dengan piringnya. Allura juga menyiapkan dua gelas air putih untuknya dan Rayan. Mereka berdua pun makan bersama.
Semua barang dan makanan mereka memang sederhana. Mereka berdua memilih untuk menabung uang mereka untuk masa depan anak mereka nanti. Rayan dan Allura memang lebih suka bersikap sederhana walaupun mereka dari keluarga yang sangat berkecukupan. Apalagi sekarang mereka sama-sama bekerja.
"Hari ini Mas antar seperti biasa ya?" ujar Rayan setelah meneguk air di gelasnya hingga habis.
"Iya Mas. Tas dan kunci mobil sudah Adek taruh di meja. Adek mau cuci piring dulu dan mengambil beberapa berkas untuk di kantor," jawab Allura sambil mengambil piring kotor dan mencucinya.
"Baik. Mas tunggu di depan ya."
"Iya Mas." Allura menaruh piring yang sudah dicucinya ke rak piring dan mengelap tangannya. Lalu ia masuk ke kamar dan mengambil beberapa map merah dan hijau di meja kerjanya. Setelah itu ia keluar dan mengunci pintu rumah.
Di depan, Rayan sudah siap dengan mobil silvernya. Setelah melihat Allura, ia pun membukakan pintu untuk sang istri. Pasangan itu memang selalu romantis dalam hal-hal kecil sekalipun. Bisa dibilang, rumah tangga mereka sangat sempurna. Idaman para suami dan istri di dunia ini.
Rayan pun mulai menancap gasnya. Mengendarai kendaraan apapun harus dengan kecepatan standar dan stabil. Itulah yang dilakukan Rayan setiap kali berkendara. Sosok suami yang sempurna di dunia nyata ialah Rayan. Sepanjang perjalanan Allura memeriksa ulang semua pekerjaannya. Ia juga istri yang sangat sempurna. Mereka berdua memang cocok. Sesekali Rayan menasehati istrinya itu untuk lebih banyak beristirahat saja. Masalah mencari nafkah sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Tetapi Allura masih tetap ingin bekerja. Daripada di rumah sendirian menunggu Rayan pulang. Itu sangat membuatnya jenuh. Lalu Rayan bisa apa jika Allura sudah ingin seperti itu? Ia juga tidak bisa memaksakan kehendaknya dan bersikap egois.
Setelah kurang lebih satu jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di tempat kerja Allura. Kemacetan di jalan raya tidak bisa dihindari jika sudah jam kerja seperti ini. Apalagi jika dibarengi dengan anak-anak yang berangkat sekolah. Rayan turun lebih dulu agar ia bisa membukakan pintu kembali untuk Allura. Sebenarnya Allura tidak perlu tindakan seperti itu, tetapi dia juga tahu bahwa itu termasuk kasih sayang Rayan kepadanya.
"Jangan lupa untuk makan siang nanti dan selalu berhati-hati dalam mengerjakan sesuatu Sayang. Dan jangan lupa kabari Mas jika sudah pulang," ucap Rayan. Ia membelai pucuk kepala sang istri dengan lembut.
"Iya Mas. Mas juga hati-hati di jalan ya." Allura menatap mata Rayan dalam sambil tersenyum. Itu adalah energi yang mengisi penuh semangat Rayan untuk bekerja. Rayan pun mengecup kening Allura sebelum pergi menuju kantornya. Ia terus memandang Allura dari belakang sampai akhirnya Allura tidak lagi ditangkap oleh pandangannya. Setelah itu baru ia akan masuk mobil dan bergegas pergi.
Rayan tiba di kantornya setelah mengantar Allura ke tempat kerjanya. Ia ada rapat bersama manajer lainnya hari ini untuk membahas investasi yang akan dilakukan minggu depan. Beberapa CEO perusahaan juga datang untuk rapat tersebut. Mereka akan bekerja sama untuk proyek besar yang dimulai pada bulan ini. Rayan adalah orang yang cerdas dalam menciptakan strategi yang luar biasa. Keuangan perusahaannya berkembang pesat setelah ia naik jabatan menjadi manajer di sana. Rayan juga seorang manajer yang kerap berkomunikasi dengan rekan kerjanya, walaupun bawahannya sekali pun. Sebab itu, Rayan sangat disegani di perusahaannya. Tetapi tetap saja, ada beberapa orang yang iri terhadap kesuksesannya. Dunia kerja tidak akan lengkap tanpa adanya persaingan yang ketat. Rayan dan yang lainnya sudah berkumpul di ruang rapat. Ketua divisi proyek lah yang akan melakukan presentasi kali ini.Semua orang yang ada di sana memperhatikan presentasi dengan khidmat, apalag
Pagi yang cerah untuk hari yang spesial. Sang arunika tampak tersenyum pada dunia yang indah. Pagi ini Rayan dan Allura Berencana untuk pergi ke dokter kandungan. Mereka berdua sudah merundingkan ini semalam, bahwa mereka menginginkan seorang anak untuk melengkapi keluarga kecil mereka. Betapa sempurnanya keluarga mereka dengan kehadiran sang buah hati nantinya. “Bangun Sayang, sudah pagi.” Rayan mengecup pipi Allura yang masih terpejam. “Hmm ....” Allura hanya menggeram. “Bangunlah, pagi ini kita akan pergi ke dokter kandungan. Kamu ingat?” ucap Rayan. “Iya Mas,” jawab Allura lirih. Ia mengucek matanya sebelum benar-benar tersadar. “Mas mandi duluan ya.” “Iya Mas. Adek akan memasak sarapan untuk kita,” ujar Allura. Ia pun duduk untuk bersiap. “Tidak usah Sayang. Hari ini Mas tidak ingin kamu kelelahan. Lagi pula ini hari libur, waktunya untuk kita menikmati hari. Mas akan mengajakmu jalan-jalan seharian ini. Pag
Rayan dan Allura masih terlelap setelah melewati beberapa malam yang panjang. Jangan berpikir aneh-aneh, mereka sering tidur terlalu larut karena harus mengerjakan pekerjaan kantor yang mulai menumpuk. Matahari sudah menampakkan wajahnya. Sepertinya mereka berdua lelah setelah berkencan untuk mengerjakan tugas. Alarm di ponsel Allura sudah berbunyi sejak lima belas menit lalu. Namun, ia masih tidak terbangun. Akhirnya Rayan lah yang mendengarnya lalu membangunkan Allura. “Sayang, ponsel kamu berdering dari tadi,” ucapnya. Allura mulai tersadar karena belaian Rayan. Ia pun mengambil ponselnya di meja. “Astaga Mas. Sudah jam tujuh lewat. Adek lupa kalau hari ini, Adek ada rapat tahunan. Dan Adek yang akan melakukan presentasi tahun ini,” pekik Allura setelah melihat layar ponselnya. “Aww!” rintihnya memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing. “Kenapa Dek? Adek sakit? Mas bawa ke dokter ya. Biar Mas yang kirim surat ke kantormu nanti.”
Hari ini Allura mengambil cuti untuk beristirahat di rumah. Ia berniat untuk membeli testpack setelah Rayan berangkat kerja. Ia ingin mengetahui jawaban dari dugaannya. Jika itu benar, ia akan memberi surprise pada suaminya itu. Membayangkan wajah gembiranya saja membuat hati Allura sangat berdebar. “Sayang, aku berangkat kerja dulu ya. Kamu benar tidak ingin ditemani di rumah?” tanya Rayan. “Aku sedang ingin beristirahat di rumah saja Mas. Kalau ditemani, Mas tidak akan membiarkan Adek istirahat,” jawab Allura terkekeh. “Baiklah istriku yang bawel. Kalau begitu Mas berangkat ya,” pamit Rayan. Lalu ia mencium kening Allura dan berangkat ke kantornya. “Iya Mas. Hati-hati di jalan ya ....” Allura mengunci pintu rumah setelah Rayan berangkat. Ia segera bersiap untuk pergi ke klinik dan membeli testpack. Ia sangat tidak sabar untuk mengetahui hasilnya nanti. Wajahnya berseri-seri menatap tub
Allura masih memilih cuti dari pekerjaannya. Bukan karena badannya masih tidak enak atau masih terasa sakit, melainkan karena ia ingin checkup ke dokter kesehatan seperti saran Dokter Stevan. Jika pun ada penyakit pada tubuhnya, setidaknya Rayan tidak perlu tahu agar dia tidak khawatir. Ia pikir, sudah cukup merepotkan Rayan dalam beberapa hari belakangan ini. “Apa Adek tidak merasa bosan berada di rumah seorang diri saja?” tanya Rayan dengan memeluk Allura manja dari belakang. “Hmm sebenarnya bosan,” jawab Allura sambil memasukkan beberapa sayur yang sudah dipotong ke dalam air yang mendidih. “Kalau begitu Mas temani yaa,” sahut Rayan dengan cepat. “Tidak.” “Yah, kenapa?” tanya Rayan dengan nada memelas. “Mas harus bekerja.” “Mas kan juga bisa cuti.” “Tidak. Apa Mas mau dikatakan sebagai manajer yang malas hanya karena ingin bermanja-manja dengan istrinya?” “Hmm.” Rayan tampak cemberut.
Hari ini Allura berniat untuk konsultasi ke dokter lagi. Keputusannya sudah bulat, ia ingin hamil. Entah seberapa besar rintangannya nanti. Ia hanya ingin melahirkan seorang anak untuk Rayan. Seperti pagi-pagi yang telah lalu, Allura melakukan kewajibannya sebagai seorang istri. Menyiapkan keperluan suami adalah tanggung jawabnya. “Sayang,” panggil Rayan. “Iya Mas.” “Pasangkan dasi suamimu ini Sayang. Entah kenapa hari ini dia tidak mau menurut padaku,” ujar Rayan. Ia hanya ingin bermanja-manja dengan istrinya sebelum berangkat kerja. “Mas ini ada-ada saja. Sini, biar Adek pakaikan.” Allura pun mulai melipat ke sana ke mari dasi berwarna biru dengan aksen garis-garis. “Adek sudah ingin masuk kerja lagi hari ini?” tanya Rayan memandang wajah Allura yang masih serius memasangkannya dasi. “Iya Mas. Lagi pula, badan Adek sudah sehat.” Allura merapikan dasi dan kerah Rayan. “Sudah selesai Mas. Ayo kita sarapan,” ajaknya.
Satu bulan sudah berlalu. Kehidupan Rayan dan Allura berjalan seperti biasanya. Allura sudah jarang mengambil lembur di kantornya. Sedangkan Rayan masih sering lembur karena proyeknya sedang berjalan. Hari ini adalah hari libur, Rayan berencana untuk mengajak Allura jalan-jalan hari ini. Tetapi Allura menolaknya karena ia merasa tidak enak badan. Allura sedang memasak di dapur. Tapi pagi ini ia merasakan ada sesuatu yang tidak seperti biasanya. Entah penciumannya yang sangat sensitif atau memang karena ia belum makan. “Hoek!” Allura merasa sangat mual. Ia pun mematikan kompor dan berlari ke arah kamar mandi. Rayan yang melihatnya seperti itu, tampak sangat khawatir dan segera menghampirinya. “Hoeek!” Allura terus merasa mual. “Adek kenapa?” tanya Rayan. “Hoek! Tidak tahu Mas. Adek merasa sangat mual. Hoek!” Allura terus mual-mual. Raut wajah Rayan yang tadinya khawatir, kini berubah menjadi berseri-seri. I
Rayan dan Allura sangat berbahagia karena sebentar lagi mereka akan menjadi orang tua. Keluarganya akan utuh dengan kehadiran buah cinta mereka. Beribu kata syukur mereka ucapkan tidak akan bisa menjelaskan betapa bahagianya mereka. Sama seperti buih di lautan yang tidak bisa dihitung jumlahnya. “Hari ini kita cuti kerja dulu ya Dek. Kita akan ke Bandung untuk menyampaikan berita bahagia ini secara langsung. Ayah dan Ibu pasti juga ingin mendoakan cucunya ini,” ucap Rayan sembari mengelus perut Allura. “Baiklah Mas. Adek akan kirim email dulu ke kantor. Setelah itu Adek akan siapkan keperluan kita untuk di sana.” “Iya. Mas juga mau menelepon ke rumah dulu.” Allura mengirim pesan kepada Lysha kalau hari ini ia akan mengambil cuti sekaligus memberitahu kabar bahagia tentang kehamilannya. Lysha begitu senangnya sampai ia ingin mengunjungi Allura saat itu juga. Tapi ia juga merasa sedih karena Allura pasti akan segera res
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, tidak terlalu cepat jaraknya sejak Rayan datang ke rumah orang tua Allura di kampung halamannya yang lumayan jauh jaraknya dari Jakarta. Pernikahan digelar di kampung saja karena Rayan sangat-sangat menghargai keputusan ibu dan ayah Allura yang ingin menjalankan tradisi adat di kampung beliau juga, ibu dan ayah Rayan tidak keberatan dengan hal itu karena menurut mereka apapun yang membuat anaknya bahagia maka biarlah seperti itu.Allura sudah mandi kembang di pagi-pagi hari sekali sesuai adat kampungnya, tidak ada yang menyalahi syariat dalam ajaran agama Islam menurut Rayan juga Allura karena itulah kedua sama-sama yakini.Acara pernikahan akan dilaksanakan pagi hari sekali di aula perkampungan. Seluruh warga di kampung sangat bersyukur dapat juga berpartisipasi dalam menyiapkan aula kampung sebagai tepat ijab kabul nanti dilakukan.Suasana kampung sangat meriah di hari sebelum hari pernikahan ini. Ada yang memasak, merapikan
Jujur saja seperti tidak ada pilihan yang tepat selain jawaban iya dari Allura karena memang itulah yang sekarang ada di hatinya. Rayan benar-benar mengagetkannya dengan lamaran yang mendadak ini dan mengatakan akan melakukan semuanya dalam waktu cepat, jika tidak ada yang sedang ditunggu-tunggu dan jika bisa.Saat ini hatinya benar-benar sedang berbunga-bunga karena Rayan akhirnya melamarnya dan mengatakan akan segera juga menyampaikan niat baiknya kepada keluarganya Allura di kampung.Seusai ke area panahan pun Rayan mengajak Allura ke tempat makan di kapal yang ada di tengah sungai tidak jauh dari tempat panahan itu. Allura masih dalam mode diam yang senang, tidak bisa merespon apapun yang sedang Rayan ingin lakukan dengannya.“Allura,” panggil Rayan sambil sedikit menepuk pundak Allura hingga gadis yang sudah mengetahui perasaannya juga tujuannya untuk masa depannya itu menoleh ke arahnya.Masih gugup, masih sangat gugup.
Sudah sejak ia bertemu Allura Rayan memikirkan banyak cara untuk memberi Allura sesuatu yang mengejutkan di kehidupan Allura.Ingin sekali Rayan selalu memberi kebahagiaan kepada Allura yang saat ini sedang menghiasi pikirannya di setiap malam yang kini selalu terasa panjang karena rindu.Seminggu sudah Rayan menyiapkan satu kejutan besar untuk Alluara. Harinya telah tiba, hari di mana Rayan akan memberi Allura sesuatu yang sepertinya akan terjalin seumur hidupnya, rencana Rayan.Semuanya Rayan lakukan sangat rahasia, karena Rayan ingin menjadi satu hal yang paling membahagiakan di hidup Allura. Rayan selalu berpikir itulah tujuannya kanapa dirinya selalu bernafas hingga saat ini.Rayan sudah janjian dengan Allura tiga hari yang lalu, ketika Rayan sudah yakin kalau kejutannya sudah siap.Kebetulan sekali Allura tertarik kepada panahan, Rayan mengajaknya ke tempat panahan yang berada di taman yang cukup indah, Taman Cornalia yang berte
Hari nampak mendung kebetulan yang sangat langka kembali terjadi, ini seakan pertemuannya yang pertama dengan Allura. namun kali ini tidak sama dengan kali pertama karena Rayan sudah banyak sekali mengetahui tentang kehidupan Allura dengan baik, bahkan dengan sangat baik. “Hay,” sapa Rayan kepapa Allura yang tengah berdiri seperti biasa menunggu bus yang tak kunjung datang. “Masih jadi misteri ya, Rayan.” Allura tiba-tiba mulai berkata namun terhenti setelah melihat wajahnya. Rayan bertanya, “Misteri, kenapa?” Allura malah tersenyum. “Ini … kenapa setiap mendung busnya telat datang, padahal kan semua orang kalau sudah mendung seperti ini pasti tergesa-gesa dan menjadi cepat kerena takut nanti hujan. Lah, coba lihat bus yang sekarang tidak ada di sini, ini sudah melanggar etika duniawi. Busnya malah telat datang. Aneh sekali, bukan?” tanya Allura kepada Rayan yang sangat tertawa karena Allura yang tidak seperti biasanya memikirkan hal ya
Rayan dan Allura sudah jarang bertemu untuk jalan-jalan bersama semenjak keduanya fokus pada pekerjaan masing-masing. Namun, keduanya masih sempat mengirim kabar melalu pesan singkat ataupun telepon suara. Allura kini sudah bisa memaklumi kalau Rayan begitu sibuk dan kadang tidak membalas pesannya walaupun masih dengan sedikit rasa kesal karena terabaikan. Ia juga masih sering curhat perihal Rayan pada Jena. Tentu saja Jena sebagai wanita yang lebih berpengalaman dalam hal pacaran daripada Allura pun memberinya banyak saran dan masukan. Walau terkadang saran dari Jena itu agak melenceng dan berbau hal-hal dewasa, tetapi Allura bisa memilahnya. Ia juga paham bagaimana sifat sahabatnya yang satu itu.Allura sangat senang karena ia baru saja mendapatkan kenaikan gaji setelah bekerja begitu keras. Ia sangat ingin membagi kebahagiaannya itu bersama Rayan. Saat itulah muncul ide untuk memberi sang kekasih kejutan. Allura berniat untuk datang ke rumah Rayan tanpa sepengetahuannya. U
"Jen, tanganmu kok jadi kekar begini sih? Kamu sering olahraga, ya?" tanya Allura memandang ke arah bawah tempat ia mengambil biji popcornnya. Ia merasa takut ketika tangan itu bukanlah tangan putih susu milik Jena. Melainkan tangan dengan warna tone yang lebih gelap.Allura langsung mengarahkan pandangannya ke samping. Betapa terkejutnya ia ketika mengetahui pemilik tangan itu bukanlah Jena. Pemilik tangan itu langsung tersenyum lebar ketika Allura memandangnya dengan tatapan terkejut. Mungkin jantungnya sudah hampir copot saat itu."Apa kabar, sayang?" tanya Rayan dengan senyum yang masih mengembang."Uhuk uhuk!" Allura langsung tersedak popcorn yang baru saja ia telan. Bagaimana bisa teman kostnya berubah menjadi Rayan?"Hei, pelan-pelan kalau makan. Ini minumlah," Rayan menyodorkan minuman lemon tea yang sudah ia beli sebelum masuk ke bioskop. "Kalau makan juga jangan sambil berbicara, yang ada kamu akan tersedak seperti ini."'Astaga bisa-bisa
Pagi-pagi sekali Allura sudah terbangun untuk memeriksa ponselnya. Padahal ini hari weekend, tidak biasanya ia bangun sepagi itu, terlebih langsung memeriksa ponselnya. Penyebab perubahan tingkah laku Allura itu tak lain adalah Rayan kekasihnya. Sudah beberapa hari ini Rayan tidak membalas pesan dari Allura. Ia tahu kalau Rayan sedang sibuk, tetapi apakah begitu sibuknya sampai tidak bisa mengirim satu pesan pun pada pacarnya sendiri?Dengan kesal Allura melempar ponselnya sembarangan ke kasur. Kemudian menenggelamkan kepalanya di bawah tumpukan bantal. Mencoba untuk memejamkan matanya kembali lalu menikmati kebahagiaan di alam mimpi. Daripada menunggu kabar dari Rayan yang seperti menunggu Bang Toyib pulang saja."Arrgghh!" teriak Allura frustasi. Ia tidak bisa begini terus. Mencoba tidur pun gagal ketika pikirannya hanya terus diisi oleh Rayan. "Aku harus bagaimana untuk menghilangkannya dari kepalaku?" tanya Allura sembari memegangi keningnya.
"Gadis yang aku sukai itu kamu, Allura," ucap Rayan sembari menyerahkan buket mawarnya pada Allura. "Aku sudah jatuh hati padamu sejak awal pertemuan kita. Bagaimana aku bisa melakukan saran yang kamu berikan tadi kalau gadis yang aku sukai itu adalah kamu?"Tiap kata yang dikeluarkan oleh Rayan saat itu bak mantra sihir yang bisa membuat orang menjadi patung. Begitulah yang dialami Allura sekarang, hanya diam tak bergerak. Betapa ia merasa malu karena sudah bertingkah sangat bodoh di depan Rayan saat itu. Semburat merah langsung terpampang jelas di permukaan pipinya. Ia sudah tidak bisa menahan lagi desiran hangat itu. Sebelum Rayan mengatakan hal yang lebih lanjut lagi, cepat-cepat Allura menghabiskan makanan penutupnya.Rayan bingung ia harus bersikap bagaimana. Jelas-jelas sang gadis sedang merasa malu karena sikapnya sendiri, tetapi Rayan tidak bermaksud untuk seperti itu. Sikap Allura yang salah tingkah pun tampak menggemaskan bagi Rayan. Sampai-sampai ia sangat
Satu pekan sudah berlalu, keadaan Ayah Allura pun sudah membaik. Itu berarti saatnya Allura kembali ke Jakarta untuk bekerja. Selama perjalanan pulang pikiran Allura selalu terganggu dengan satu lelaki yang belakangan ini memang sering berada di kepalanya. Hatinya gelisah ketika memikirkan wanita yang disukai oleh Rayan. Ia tak ada niat untuk berharap lebih, tetapi apalah daya jika hati tak sanggup tuk berdusta. Allura sudah terlanjur memiliki perasaan pada Rayan, tetapi Rayan malah menyukai wanita lain–begitu pikirnya.Melihat pemandangan melalu jendela adalah hal yang sangat menyenangkan. Apalagi jika pemandangan seperti desa tempat Allura dibesarkan. Namun, tatapan Allura hanya kosong seolah tak menikmati pemandangan yang ditangkap oleh netranya."Ah, untuk apa aku memikirkannya. Lagi pula dia pasti sedang memikirkan gadis yang disukainya," gumam Allura yang masih saja menatap kosong ke arah luar.Beberapa menit berlalu Allura masih saja memikirkan Raya