Angga menghentikan pertengkaran di antara Jihan dan Abraham. Sebab, tidak ingin mereka membuka saat mereka melakukan malam pertama, dan saling menyalahkan. Karena, ada Salsa yang masih gadis tidak semestinya mendengarkan percakapan suami-istri itu.
"Apa kalian ingin menceritakan saat kejadian malam pertama kalian?" tanya Angga.Abraham sampai lupa karena terpancing emosi oleh Jihan yang terus menyudutkannya. Kemudian, dia duduk di sofa sambil terus menggendong sang putra takut diambil oleh Jihan."Sekarang Anda kembalikan anak saya sekarang juga!" ancam Jihan."Yang kamu katakan anak kamu itu juga anak saya, lihat wajah kami tidak ada bedanya!" sahut Abraham sambil memperlihatkan wajahnya dan juga sang anak memang benar sangat mirip.Jihan merasa menyesal sudah meminta kepada Tuhan agar sang anak mirip dengan Abraham, seharusnya ia minta anaknya mirip dengan dirinya."Mas, sekarang kita bicarakan baik-baik semuanya ya, saya tidaKini Abraham dan juga Jihan, Angga berada di ruang tamu. Karena, Angga ingin menyampaikan sesuatu hal yang penting sebab itu Abraham dari pemakaman Mikhaela tadi."Katakan apa yang ingin kau katakan tadi?" tanya Abraham dengan datar."Sebenarnya aku memang benar mencintai Jihan sejak dulu jauh sebelum kalian berdua menikah. Jadi, sekarang aku ingin melamarnya di depanmu," ungkap Angga.Sontak saja hal itu membuat Jihan terkejut begitu juga dengan Abraham. Namun, pria itu tidak ambil pusing. Sebab, semua keputusan berada di tangan Jihan, ia tidak bisa memaksa jika wanita itu tidak ingin kembali lagi bersamanya."Saya juga sangat mencintai Jihan, jauh sebelum Mikhaela meninggal. Jadi, semua ada di tangan dia, ingin memilih saya atau kamu!" sahut Abraham.Jihan merasa pusing dan bingung harus memilih siapa. Karena, jujur di dalam hatinya ia masih mencintai Abraham. Namun, tidak mudah begitu saja ia kembali dengan pria itu. Sebab, rasa sakit
Jihan sangat cemas. Karena, Abraham belum sadarkan diri. Padahal, hari sudah sangat larut malam. Kemudian, dia meminta Angga mengantarkan dirinya dan juga Jibran ke rumah sakit untuk menemui pria itu sebab takut pria itu menyusul Mikhaela.Angga mengantarkan Jihan. Karena, dia sudah ikhlas jika wanita yang dicintai kembali kepada Abraham. Sebab, ia akan pergi jauh dari sini untuk menenangkan diri yang kedua kalinya, dikarenakan Jihan menolak cintanya.Setelah sampai di rumah sakit, Jihan langsung bergegas masuk ke dalam ruangan Abraham bersama dengan Jibran, terlihat pria itu belum sadarkan diri sedangkan Salsa dan Seem menemani pria itu sejak tadi."Salsa, kamu tidur saja! Biar saya yang menjaga Tuan Abraham, pasti kamu lelah bukan," ujar Jihan lembut."Terima kasih ya Bu," ujar Salsa bergegas tidur di sofa."Terima kasih ya Nyonya Jihan, sudah datang untuk mewakili kami merawat Tuan Abraham," tambah Seem sambil bergegas berjalan me
Abraham baru teringat kalau tidak ada Angga di sini. Kemudian, ia bertanya kepada Jihan di mana sahabatnya itu."Semalam saya minta dia mengantarkan ke rumah sakit ini. Tapi, tidak tahu setelah itu dia ke mana," jelas Jihan."Sudahlah Bos, mungkin dia pulang ke rumahnya. Lagipula tidak mungkin dia tidur di sini aku dan Salsa saja sudah kesempitan mau ditambah lagi dia, menjadi beban saja!" sahut Seem."Bukan begitu maksudnya, saya khawatir juga dengannya Angga. Jihan, kamu sudah mengatakan keputusanmu ini menerima saya kembali menjadi suamimu?" tanya Abraham lembut.Jihan menjelaskan kepada Angga kalau ia memilih Abraham untuk menjadi suaminya kembali, dan ia memutuskan untuk menghubungi pria itu di luar agar tidak mengganggu istirahat sang suami dan juga anaknya.Namun, Angga sama sekali tidak menjawab telepon darinya membuat Jihan sedikit cemas dan sedih di mana pria itu. Apakah Angga sakit hati akan penolakannya?"Mau bagaimana lagi karena saya memang tidak mencintainya, dan masih
"Apanya yang manis Tuan?" tanya Azizah sepotong membuat Angga terserah kemudian menatap ke arah lain."Maaf ya tadi aku melamun berpikir donat yang sangat manis," jelas Angga.Azizah menganggukkan kepalanya karena dia mengerti kalau Angga banyak beban pikiran. Jadi banyak sekali yang dipikirkan olehnya sampai berhalusinasi donat yang manis.Gadis itu sangat polos tidak mengetahui kalau Angga memang mengagumi kecantikannya. Sebab, dia belum pernah mengenal pria selama ini. Jadi dia tidak mengerti rayuan dan gombalan seperti itu.Setelah sampai di rumah sakit mereka berdua bergegas turun dan berjalan menuju ruangan Abraham setelah sampai langsung masuk ke dalam.Terlihat Abraham tengah disuapi bubur oleh Jihan, dan Seem tengah menggendong Jibran yang sejak tadi terus rewel sebab tidak ada Salsa di sini."Selamat sore Tuan Abraham, semoga Anda lekas sembuh ya," sapa Azizah dengan lembut, sambil menghampiri pria itu dan memberik
Angga tersenyum melihat Azizah ada di hadapannya saat ini. Kemudian, dia menghampiri gadis itu dan memegang tangannya dan.Plak! "Bapak mau apa?!" tanya sekertaris Angga ketus.Angga langsung sadar dari lamunannya, kemudian melihat wanita yang ia lihat sebagai Azizah adalah sekertarisnya. Membuat dia sangat terkejut."Maaf, aku pikir tadi kamu ... sudahlah lupakan saja, ada apa?" tanya Angga pelan."Saya cuma ingin mengantarkan berkas ini," jawab sekertaris Angga sambil memberikan berkas yang dibawa tadi.Kemudian, Angga memintanya untuk pergi. Sebab, ia takut berhalusinasi lagi seperti tadi. Hampir saja dia mencium sekertarisnya. Karena mengira wanita itu adalah Azizah.***Abraham tersenyum manis melihat Jihan tengah merapikan kamarnya. Kemudian, dia menarik tangan sang istri dan wanita itu jatuh menimpah tubuhnya.Jihan menatap Abraham dengan dalam, begitu juga dengannya. Rasa rindu yang mereka tahan sel
Abraham melihat sang istri berdiri di atas bangku. Kemudian, menghampirinya dan tanya ada apa. Alangkah terkejutnya dia saat Jihan mengatakan hanya ada tikus yang lewat di bawa meja tadi."Ya ampun Jihan, saya sampai berlari dari kamar tadi. Takut kamu kenapa-kenapa," ucap Abraham pelan sambil bergegas duduk.Karena, kepalanya masih terasa sedikit pusing. Kemudian, Jihan menyiapkan semua makanan dan dia langsung makan. Setelah selesai, ia meminum obat."Kita kembali ke kamar, Papa?" tanya Jihan pelan."Iya, kepala saya pusing sekali," jawab Abraham pelan.Jihan langsung bergegas membantu Abraham masuk ke dalam kamar. Setelah itu, dia keluar dan menunggu Salsa yang tak kunjung pulang. Sampai ia tertidur.***Jibran sangat semangat senang berada di tempat ramai, bayi kecil itu tertawa-tawa girang. Membuat Sala bahagia."Silahkan Pak, ini buku menunya. Mau pesan apa?" tanya pelayan restoran itu."Salsa, kamu ma
Seem menjelaskan kalau dia datang karena Abraham mengatakan Salsa belum pulang. Jadi, dia memastikan saja."Kami sejak tadi sudah pulang," jelas Salsa.Kemudian, Seem menelpon Abraham dan mengatakan kalau Salsa dan Jibran ada di rumah. Membuat Jihan lega dan kembali pulang. Padahal, sudah setengah perjalanan menuju kantor Angga."Mungkin mereka tidak tau kalau saya tidur di kamar," ucap Salsa pelan."Mungkin saja," sahut Seem.Pria itu menidurkan tubuh di sofa. Karena, dirinya mengantuk. Padahal tadi ia sudah mau tidur. Namun, sang-bos membuatnya cemas mengatakan Salsa tidak ada di rumah.Kemudian, dia tertidur sungguhan sampai Abraham dan Jihan datang pria itu tidak sadar sama sekali."Salsa, kamu membuat saya cemas saja!" Jihan langsung mengambil Jibran dan mencium sang anak."Maaf ya Bu, sepulang dari restoran tadi saya langsung masuk ke kamar. Karena Jibran tidur," jelas Salsa.Jihan tersenyum dan m
Spontan membuat Salsa sangat terkejut. Sebab, Abraham mengatakan kopi buatan yang asin sedangkan tadi saat Seem meminum kopi itu sama sekali tidak mengatakan asin malah mengatakan sangat manis.Kemudian, gadis itu meminum kopi buatannya dan memuntahkan kopi tersebut sebab rasanya begitu asin sambil menatap ke arah Seem.'Tuan Seem sampai mengatakan kopi ini manis. Padahal, sangat asin karena dia ingin menghargai saya,' batin Salsa."Salsa kenapa kamu memasukkan garam ke kopi ini, bukannya gula?" tanya Abraham sambil meminum segelas air putih."Maaf Tuan, saya lupa seingat saya memasukan gula bukannya garam," sahut Salsa lirih.Seem hanya diam karena kebohongannya sudah terbongkar. Kemudian, dia mendekati Salsa dan berkata, "Maafkan aku bukannya ingin berbohong. Tapi, ingin menghargai buatan wanita yang aku cinta!"Salsa semakin tidak enak hati sebab Seem mengatakan cinta padanya. Padahal, pria itu su
Tidak terasa hari-hari yang dijalani oleh keluarga Abraham benar-benar sangat membahagiakan. Karena, saat ini mereka sudah sampai di negara asal Mikhaela dan mereka kini tengah di perjalanan menuju rumah kediaman orang tua Mikhaela."Baru kali ini kami berada di sini Papa, ternyata tempatnya begitu indah ya. Tapi kenapa malah bu Mikhaela memilih tinggal di Indonesia?" tanya Inara dengan polos.Abraham menjelaskan jika Mikhaela diusir dari rumah karena tetap ingin menikah dengannya, dan keluarga wanita itu pergi ke negara asal mereka dan meninggalkan Mikhaela sendiri di Indonesia, hal itu juga diketahui oleh Jihan sebab orang tuanya sudah bekerja lama dengan orang tua Mikhaela sejak ia masih kecil."Sekarang kita sudah sampai jangan lupa nanti bila bertemu dengan nenek dan kakek kalian, yang sopan ya anak-anak papa," pesan Abraham kepada ketiga anaknya."Tentu saja Pa kami akan bersikap sopan k
Angga dan juga Seem langsung menatap tajam Abraham. Sebab, pria itu mengatakan mereka berdua adu domba di ranjang. Padahal, di sini ada lima remaja yang masih belum mengerti adegan dewasa yang mereka tengah bicarakan."Mas, kamu nih ngomong apa sih malu didengar anak-anak," berisik Jihan sambil mencubit lengan sang suami."Sudah kalian lupakan semua ya, ini orang-orang tua nggak ada akhlak bicara yang bukan-bukan!" tegas Abraham. Padahal, dirinya juga termasuk tetapi ia malah tidak merasa."Padahal dia juga sudah mencemari pikiran anak remaja ini. Tapi, dia tidak ingin mengaku," sindir Seem."Sudahlah tidak usah ribut-ribut lagi, sekarang kita makan malam setelah itu pulang soalnya aku lelah sekali ingin segera beristirahat. Karena, sejak tadi banyak sekali mengurus masalah," ucap Angga dengan bijak.Mereka semua langsung duduk di bangku masing-masing. Kemudian, memakan makanan yang sudah terhidang di meja makan dengan sangat lahap.Selama makan mereka hanya diam tidak ada yang berbic
Kini keluarga Abram sudah berada di kediaman mereka. Karena, Inara sudah diperbolehkan pulang karena dia tidak mengalami luka berat jadi tidak perlu dirawatnya. "Semuanya saat weekend nanti kita akan pergi ke luar negeri ya, anggap saja sekalian jalan-jalan dan bertemu dengan keluarga ibu sambung kalian," jelas Abraham."Hore, kita jalan-jalan lagi!" ucap ketiga anak Abram secara bersamaan.Mereka sangat bahagia. Karena, akan pergi ke luar negeri untuk berjalan-jalan ya walaupun sekalian ingin menghampiri semua keluarga Mikhaela, tetap mereka bahagia bisa menghabiskan waktu di sana."Mas, apa sebaiknya saya tidak usah pergi saja biar kalian yang pergi takutnya keluarga kak Mikhaela tidak menerima saya, dan menganggap saya ini adalah seorang pelakor," ujar Jihan dengan lirih.Abraham menatap sang istri. Kemudian, dia memegang tangan istrinya dengan lembut dan berkata, "Tidak akan ada orang
"Papa!" teriak Inara saat memeluk sang papa dia senang papanya datang menghampirinya, itu artinya semua urusan sama papa sudah selesai."Kamu jangan sedih ya sayang, semua sudah beres papa sudah memasukkan Zizah ke penjara yang ternyata adalah buronan di sini dulu," ucap Abraham dengan lembut.Jibran menghampiri sang papa. Kemudian, dia ingin berbicara empat mata dengan papanya dan Abraham menyetujui permintaan Putra pertamanya sehingga mereka keluar dari ruang rawat Inara."Sebaiknya uang yang diinginkan oleh tante Zizah berikan saja kepadanya, Jibran tidak masalah jika uang itu diberikan kepadanya, lagipula itu ada hak dia juga malah tidak memiliki hak apapun," ucap Jibran dengan lembut.Sebab, dia tidak ingin lagi adanya orang yang mengusik kedamaian keluarga kecil mereka seperti yang sudah-sudah. Bahkan, mereka juga akan menghampiri keluarga Mikhaela yang berada di luar negeri sebab ini menjelaskan kepergian wanita itu."Ya sudah kamu tenang saja nanti semuanya akan diurus sama pa
Abraham membawa sang anak ke rumah sakit terdekat, dan Inara sudah ditangani oleh Dokter. Sekarang gadis itu sudah pulih dari traumanya. Ya walaupun ia baik-baik saja tetap tadi trauma. Karena, kejadian itu cepat sekali berlalu."Adik manis jangan lupa minum obatnya ya, nanti setelah diberikan makan oleh suster langsung minum obatnya," ujar Dokter tampan tersebut."Baik Dok, saya akan minum obat tepat waktu," sahut Inara dengan lembut.Dokter muda tampan itu bergegas pergi dari sana, dan Jihan langsung memeluk sang anak. Karena, dia masih sangat cemas dan tidak habis pikir mengapa Zizah tega melakukan untuk kepada keluarganya sampai ingin melenyapkan sang Putri."Di mana papa, Ma? Inara ingin memeluk papa," ucap Inara dengan sangat manja."Papa tidak ada sayang, papa pergi untuk menyelesaikan kasus tante Zizah. Ya, semoga saja dia dapat pelajaran yang setimpal," sahut dengan lirih.Jihan masih berharap jika Zizah itu saudara kembarnya. Tetapi dia sudah melihat sendiri jika wanita itu
Jihan menampar pipi Zizah dengan sangat kuat. Sebab, sakit hati saat anak hampir saja dilenyapkan untung dia dan sang suami cepat datang jika mereka terlambat maka Inara akan lainnya dari dunia ini."Saya pikir kamu itu adalah saudara saya kita memiliki dara yang sama. Tapi, ternyata kamu itu musuh untuk keluarga saya, kamu hampir saja melenyapkan anak saya! kesal Jihan dengan sangat emosi.Zizah hanya diam karena semua rencananya telah terbongkar. Padahal, ia hampir saja melenyapkan Inara tadi jika dia menit saja mereka tidak datang, maka gadis cantik itu akan lenyap suaranya dan muka bumi ini maka dendamnya akan terbalas."Saya tidak menyangka kamu rela merubah wajahmu agar mirip dengan saya, hanya untuk menghancurkan keluarga saya. Sebenarnya apa keinginanmu biar saya berikan, agar kamu tidak mengusik keluarga kami lagi?!" tanya Jihan dengan sangat emosi. Bahkan, semua orang yang berada di sana langsung berkerumun menyaksikan p
Seem menolak dan mengatakan jika dia sudah kenyang. Kemudian, dia meminta agar Zizah yang memakannya. Namun. ia tidak mau karena sama sekali tidak suka membuatnya dan aman."Inara bisa temani Tante tidak untuk berkeliling di pantai ini?" ujar Zizah dengan lembut. Namun, tidak jelas dari wajahnya jika wanita itu memiliki niat yang buruk pada anak-anak Abraham."Tentu saja mau Tante, ayo kita pergi sekarang. Kak Jibran kami pergi dulu ya," ucap Inara dengan sangat gembira sambil mengedipkan sebelah mata.Sebab, itu adalah pertanda jika dia meminta bantuan kepada kedua kakaknya, dan mereka pun mengerti. Seem dan juga Jibraham serta Jibran meminta agar Angga dan juga kedua orang tua mereka datang. Karena, saatnya inilah mereka memergoki Zizah akan berbuat yang tidak-tidak kepada keluarga mereka."Di mana Inara?" tanya Jihan dengan sangat cemas saat baru saja tiba, dia berpikir jika Jibraham lah yang pergi dengan saudara k
Seem cepat-cepat keluar dari mobil. Karena, dia takut digebuki oleh Zizah. Kemudian, dia berlari mencari ketiga keponakannya tanpa disadari oleh Seem, ternyata Angga dan juga Abraham beserta Jihan ada di tempat yang sama. Namun, mobil mereka sedikit berjauhan agar tidak ketahuan. Sebab, mereka berada di sini juga."Ngapain Seem berada di dalam mobil bersama dengan Zizah, apa dia mulai lesbian," celetuk Angga sambil terus menetap sang sahabat yang berlari."Kalau ngomong tolong di filter sedikit saja!" ancaman Abraham. Sebab, dia tidak ingin Jihan berpikir yang bukan-bukan dan akan semakin stress karena ucapan Angga tadi.Karena, dia tahu di dalam hati Jihan masih berharap kalau Zizah itu benarlah seorang wanita dan dia lebih berharap lagi jika wanita itu memang saudara kembarnya."Maaf, apa sebaiknya kita langsung menjalankan rencana kita yang poin kedua?" tanya Angga yang mengalihkan pembicaraan. Sebab, dia tidak ing
Inara memberitahu kedua saudaranya kalau Zizah itu memang benar wanita, dan ia mengatakan Zizah memiliki gunung kembar seperti seorang wanita sesungguhnya. Bahkan, juga datang bulan hal itu sudah dipastikan seratus persen adalah seorang wanita."Hah, yang benar saja dia itu wanita. Tapi, kelakuannya terlihat seperti laki-laki, apa dia sudah merubah semuanya," gumam Jibran sambil terus menatap layar ponselnya yang terlihat pesan dari sang adik."Sudahlah Kak, mungkin dia memang ingin jadi laki-laki seperti itu sedikit tomboy. Ya sudahlah tidak usah dipikirkan, lagipula kita itu akan memberinya pelajaran nanti tidak peduli dia itu wanita atau laki-laki," sahut Jibraham."Kamu ini gila atau apa sih? Aku tidak pernah menyakiti wanita karena adikku seorang wanita ibuku juga seorang wanita. Jadi, jika dia wanita sesungguhnya aku tidak sanggup melukainya," jelas Jibran.Jibraham hanya menggelengkan kepala. Sebab, dia rasanya ing