Setelah Jihan dipindahkan ke ruang rawat, bayinya juga dibawa masuk ke dalam sana, karena Jihan harus memberikan ASI pertama untuk sang anak.
Angga tersenyum sambil membawa bayi Jihan yang berada dalam gendongannya, sebab Jibran menangis tadi dan pria itu memeluknya agar dia berhenti menangis."Jihan, ini Jibran silahkan kamu berikanasi, aku akan menunggu di luar saja ya," ucap Angga sambil meletakkan Jibran di samping Jihan."Kenapa Bapak pergi? Seharusnya bantuin istrinya memberikan ASI untuk anak kalian," ujar suster tersebut.Sontak saja membuat Angga langsung menatap ke arah Jihan, terlihat warna itu sangat terkejut. Namun, dia hanya diam tidak mengatakan apapun, sebab mereka sekarang tengah berpura-pura menjadi suami-istri."Angga, kamu tidak usah pergi, di sini saja bantu saya untuk memberikan Jibran asi," ujar Jihan.Angga menganggukan kepalanya, kemudian dia membantu Jihan memberikan asi, dengan menutup mata. SebabSudah satu minggu berlalu, kini Jihan dan sang anak sudah diperbolehkan pulang. Pada pagi ini mereka semua pulang dengan mobil jemputan supir Angga.Sebab, Jihan belum bisa menggendong sang anak jadi Angga yang menggendong bayi mereka. Ya pria itu sudah menganggap Jibran sebagai anak kandungnya."Pak supir, tolong pelan-pelan ya! Aku takut Jihan terluka jika Bapak bawa mobil terlalu kencang," pesan Angga."Baik Pak," sahut supir tersebut.Selama di perjalanan, Angga terus-menerus mencium Jibran karena ia sangat gemas akan bayi kecil itu, ya walaupun wajahnya mirip Abraham tetap ia sangat menyayanginya seperti anak kandung sendiri.Sedangkan Jihan, dia juga sangat bahagia karena keinginannya sudah terpenuhi, sang anak mirip dengan suaminya dengan menatap wajah Jibran ia bisa melepaskan rindu yang terdalam untuk Abraham.Setelah sampai di apartemen, Angga mendorong kursi roda Jihan dan wanita itu menggendong sang anak, saat di perj
Jihan menjelaskan mungkin Angga ingin keluar agar mereka memompa asi tidak terganggu jika Jibran menangis, kemudian membantu sampai selesai.Sedangkan Angga di luar merasa sangat kepanasan, sebab berpikir yang bukan-bukan karena percakapan Jihan dan Salsa di dalam tadi."Para wanita itu benar-benar tidak tahu perasaan pria," gumam Angga, sambil terus mengipasi tubuhnya menggunakan kipas.Pada saat itu juga, Jibran terbangun kemudian Angga mencium cium pria kecil itu membuat anak Jihan menangis."Ya ampun sayang, kenapa kamu tidak ingin dicium oleh ayah?" gumam Angga sambil berjalan masuk ke dalam kamar."Kenapa Jibran menangis Ngga?" tanya Jihan cemas melihat sang putra menangis.Angga memberikan Jibran kepada Jihan, kemudian menjelaskan apa yang terjadi tadi membuat wanita itu tertawa. Sebab, sang anak tidak suka dicium saat baru bangun tidur.Kemudian, Salsa menggendong Jibran dan memberikan asi yang sudah ia pompa tad
Abraham berpikir kalau Jihan ada bersama dengan Angga. Namun, tidak mungkin sang sahabat tidak menceritakan kalau Jihan ada bersamanya.Akan tetapi, ia juga berpikir kalau pria itu sama sekali tidak mengetahui kalau dia dan Jihan sudah menikah."Tapi, kalau misalnya Angga bersama dengan Jihan tidak mungkin dia tidak mengatakan hal itu, pasti dia akan memberitahu saya," gumam Abraham pelan.Pria itu kembali melanjutkan pekerjaannya walaupun hatinya merasa sangat gelisah, dan ia berharap Jihan memang masih berada di sekitar sini dan bertemu dengannya kembali.Keesokan paginya, Abraham sudah ada di kantor kemudian ia menumpuk beberapa berkas yang harus dibaca oleh Azizah nanti. Sebab, ingin melihat kinerja kerja gadis SMA itu.Sebenarnya ia tidak tega untuk memperkerjakan Azizah. Namun, tidak mungkin ia membiayai gadis itu begitu saja. Sebab, takut dipikir ingin manfaatkan Azizah."Sebenarnya aku penasaran dengan gadis itu, kenapa bisa saat dia memeluk saya rasanya sama seperti Jihan," uc
Tidak terasa kini Jibran sudah berusia satu, Angga mengadakan syukuran di apartemennya, dan mengundang seluruh karyawan dan juga para tetangga.Semua tamu sudah datang, kini Jibran dan Jihan keluar dari kamar mereka, membuat semua orang terpana. Sebab ibu beranak satu tersebut terlihat begitu sangat cantik terlihat seperti masih gadis.Apalagi Angga, pria itu benar-benar sangat terpana akan kecantikan Jihan, dan berharap ia bisa segera melamar wanita itu setelah Jibran berumur satu tahun nanti."Jihan, kamu benar-benar sangat cantik," puji Siska."Benar sekali, anak gadis ibu pun kalah akan kecantikanmu," tambah Mariani.Jihan hanya tersenyum malu-malu, sebab ia seperti ini karena Salsa yang memakaikan make-up di wajahnya. Padahal, dia sama sekali tidak mau. Namun, wanita itu tetap memaksanya.Jihan berjalan dengan perlahan menghampiri Angga, kemudian memberikan Jibran kepada pria itu. Bayi yang berusia satu bulan tersebut memakai jas terlihat sangat tampan."Anak ayah sangat tampan,
"Angkat saja! Mana tahu tuan ingin membicarakan hal penting," ujar Jihan lembut.Angga tersenyum, kemudian dia bergegas pergi dari sana menuju luar untuk menjawab panggilan dari Abraham. Sedangkan Jihan kembali menyapa tamu undangan bersama dengan sang anak yang menjadi pusat perhatian banyak orang.Sebab, bayi kecil itu sangat menggemaskan dan lucu sekali. Bahkan mereka mencium Jibran dengan secara bergantian. Namun, sayangnya bayi itu sama sekali tidak menyukai hal itu dan terus menangis saat mereka mendekatinya."Saya heran deh Bu, ini anak Ibu dan pak Angga ya? Bukan saya mau apa gitu. Tapi, wajah Jibran sama sekali tidak mirip dengan suami Anda," ujar salah satu karyawan Jihan."Neng, itu bisa saja terjadi karena mungkin anak Jihan mirip dengan kakaknya Angga," sahut Siska."Benar sekali itu Neng, karena saudara saya sudah mengalami sendiri, anaknya sama sekali tidak mirip dengan pasangan suami-istri itu, dan malam mirip dengan kakak si perempuan," sembung Mariani.Semua orang s
Jihan sangat bingung karena anaknya mengalami demam dan panasnya tidak mau turun, membuat ia dan Angga kebingungan. Sebab, sudah memanggil beberapa dokter yang ada di sana. Namun, sekarang belum sembuh."Ngga, bagaimana Jibran belum turun juga panasnya? Saya sangat khawatir dengan keadaannya," ujar Jihan pelan."Tenang, kita tunggu sebentar lagi jika 30 menit belum turun juga panasnya terpaksa kita harus membawanya ke kota A, karena di sana penanganannya lebih canggih daripada yang ada di sini," sahut Angga pelan.Jihan menganggukan kepalanya, kemudian dia berpikir bagaimana saat di kota A nanti ia bertemu dengan Abraham dan anaknya. Namun, semua demi kesembuhan Jibran ia tidak memikirkan semua itu yang terpenting adalah kesembuhan sang anak.Sudah 30 menit berlalu. Namun, Jibran tak kunjung turun panasnya membuat Jihan dan Angga langsung bersiap-siap untuk pergi menuju kota A."Jihan kumohon tenanglah! Jibran pasti akan baik-baik saja, dia akan sembuh," ujar Angga lembut."Jujur say
Angga baru teringat kalau Abraham ada di rumah sakit yang sama dengan mereka saatnya saat ini, sebab Mikhaela tengah dirawat di sini dari yang ia ketahui "Apa sebaiknya kita mempertemukan Jibran dengan Abraham?" tanya Angga pelan sambil menatap wajah Jihan."Ngga, kamu tidak tahu rasa sakitnya menjadi saya seperti apa? Saat tengah mengandung diminta untuk pergi sejauh mungkin hari kehidupan mereka, dan sekarang harus menemuinya?" sahut Jihan lirih. Bahkan, wanita itu sampai meneteskan air mata.Angga tidak tahu rasa sakit apa yang dirasakan oleh Jihan, kemudian dia memegang tangan wanita itu dengan lembut dan meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja, ia juga tidak meminta wanita muda itu untuk menemui Abraham atau Mikhaela."Ngga, kita harus berjaga-jaga agar tuan Abraham tidak melihat kalau saya dan Jibran ada di sini," ucap Jihan pelan."Baiklah, kamu tenang saja! Aku akan mengatur semuanya agar Abraham tidak mengetahui keberadaan kita di sini," sahut Angga pelan.Jihan tersen
Jihan sangat cemas, karena sang anak masih belum sembuh membuat dia bingung dan bimbang harus bagaimana sekarang. Begitu juga dengan Angga. "Jihan, maaf ya sepertinya anakmu harus bertemu dengan Abraham agar bisa segera sembuh," tutur Angga."Maksudnya?" tanya Jihan sambil menatap wajah Angga.Angga menjelaskan kalau Jibran harus bertemu dengan Abraham agar segera sembuh. Namun, Jihan tidak mau dan pria itu membuat rencana agar mereka tidak ketahuan."Jihan, percayalah padaku!" bujuk Angga.Jihan menganggukkan kepalanya, kemudian memakai masker menutup mulut sambil memberikan asi untuk Jibran. Sedangkan Angga, bergegas pergi dari sana menuju ruangan Mikhaela.Sesampainya di ruangan Mikhaela, Angga masuk ke dalam dan melihat Abrahah tengah menyuapi sang istri bubur."Angga," ucap Abraham pelan."Mas, sedang sibuk ya?" sahut Angga pelan.Abraham langsung meletakan bubur Mikhaela dan menghampiri Angga, kemudian mengatakan tidak sibuk. Setelah itu, Angga memintanya untuk ikut dengannya s