Tidak terasa kini Jibran sudah berusia satu, Angga mengadakan syukuran di apartemennya, dan mengundang seluruh karyawan dan juga para tetangga.Semua tamu sudah datang, kini Jibran dan Jihan keluar dari kamar mereka, membuat semua orang terpana. Sebab ibu beranak satu tersebut terlihat begitu sangat cantik terlihat seperti masih gadis.Apalagi Angga, pria itu benar-benar sangat terpana akan kecantikan Jihan, dan berharap ia bisa segera melamar wanita itu setelah Jibran berumur satu tahun nanti."Jihan, kamu benar-benar sangat cantik," puji Siska."Benar sekali, anak gadis ibu pun kalah akan kecantikanmu," tambah Mariani.Jihan hanya tersenyum malu-malu, sebab ia seperti ini karena Salsa yang memakaikan make-up di wajahnya. Padahal, dia sama sekali tidak mau. Namun, wanita itu tetap memaksanya.Jihan berjalan dengan perlahan menghampiri Angga, kemudian memberikan Jibran kepada pria itu. Bayi yang berusia satu bulan tersebut memakai jas terlihat sangat tampan."Anak ayah sangat tampan,
"Angkat saja! Mana tahu tuan ingin membicarakan hal penting," ujar Jihan lembut.Angga tersenyum, kemudian dia bergegas pergi dari sana menuju luar untuk menjawab panggilan dari Abraham. Sedangkan Jihan kembali menyapa tamu undangan bersama dengan sang anak yang menjadi pusat perhatian banyak orang.Sebab, bayi kecil itu sangat menggemaskan dan lucu sekali. Bahkan mereka mencium Jibran dengan secara bergantian. Namun, sayangnya bayi itu sama sekali tidak menyukai hal itu dan terus menangis saat mereka mendekatinya."Saya heran deh Bu, ini anak Ibu dan pak Angga ya? Bukan saya mau apa gitu. Tapi, wajah Jibran sama sekali tidak mirip dengan suami Anda," ujar salah satu karyawan Jihan."Neng, itu bisa saja terjadi karena mungkin anak Jihan mirip dengan kakaknya Angga," sahut Siska."Benar sekali itu Neng, karena saudara saya sudah mengalami sendiri, anaknya sama sekali tidak mirip dengan pasangan suami-istri itu, dan malam mirip dengan kakak si perempuan," sembung Mariani.Semua orang s
Jihan sangat bingung karena anaknya mengalami demam dan panasnya tidak mau turun, membuat ia dan Angga kebingungan. Sebab, sudah memanggil beberapa dokter yang ada di sana. Namun, sekarang belum sembuh."Ngga, bagaimana Jibran belum turun juga panasnya? Saya sangat khawatir dengan keadaannya," ujar Jihan pelan."Tenang, kita tunggu sebentar lagi jika 30 menit belum turun juga panasnya terpaksa kita harus membawanya ke kota A, karena di sana penanganannya lebih canggih daripada yang ada di sini," sahut Angga pelan.Jihan menganggukan kepalanya, kemudian dia berpikir bagaimana saat di kota A nanti ia bertemu dengan Abraham dan anaknya. Namun, semua demi kesembuhan Jibran ia tidak memikirkan semua itu yang terpenting adalah kesembuhan sang anak.Sudah 30 menit berlalu. Namun, Jibran tak kunjung turun panasnya membuat Jihan dan Angga langsung bersiap-siap untuk pergi menuju kota A."Jihan kumohon tenanglah! Jibran pasti akan baik-baik saja, dia akan sembuh," ujar Angga lembut."Jujur say
Angga baru teringat kalau Abraham ada di rumah sakit yang sama dengan mereka saatnya saat ini, sebab Mikhaela tengah dirawat di sini dari yang ia ketahui "Apa sebaiknya kita mempertemukan Jibran dengan Abraham?" tanya Angga pelan sambil menatap wajah Jihan."Ngga, kamu tidak tahu rasa sakitnya menjadi saya seperti apa? Saat tengah mengandung diminta untuk pergi sejauh mungkin hari kehidupan mereka, dan sekarang harus menemuinya?" sahut Jihan lirih. Bahkan, wanita itu sampai meneteskan air mata.Angga tidak tahu rasa sakit apa yang dirasakan oleh Jihan, kemudian dia memegang tangan wanita itu dengan lembut dan meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja, ia juga tidak meminta wanita muda itu untuk menemui Abraham atau Mikhaela."Ngga, kita harus berjaga-jaga agar tuan Abraham tidak melihat kalau saya dan Jibran ada di sini," ucap Jihan pelan."Baiklah, kamu tenang saja! Aku akan mengatur semuanya agar Abraham tidak mengetahui keberadaan kita di sini," sahut Angga pelan.Jihan tersen
Jihan sangat cemas, karena sang anak masih belum sembuh membuat dia bingung dan bimbang harus bagaimana sekarang. Begitu juga dengan Angga. "Jihan, maaf ya sepertinya anakmu harus bertemu dengan Abraham agar bisa segera sembuh," tutur Angga."Maksudnya?" tanya Jihan sambil menatap wajah Angga.Angga menjelaskan kalau Jibran harus bertemu dengan Abraham agar segera sembuh. Namun, Jihan tidak mau dan pria itu membuat rencana agar mereka tidak ketahuan."Jihan, percayalah padaku!" bujuk Angga.Jihan menganggukkan kepalanya, kemudian memakai masker menutup mulut sambil memberikan asi untuk Jibran. Sedangkan Angga, bergegas pergi dari sana menuju ruangan Mikhaela.Sesampainya di ruangan Mikhaela, Angga masuk ke dalam dan melihat Abrahah tengah menyuapi sang istri bubur."Angga," ucap Abraham pelan."Mas, sedang sibuk ya?" sahut Angga pelan.Abraham langsung meletakan bubur Mikhaela dan menghampiri Angga, kemudian mengatakan tidak sibuk. Setelah itu, Angga memintanya untuk ikut dengannya s
"Jihan?" tanya Angga pelan.Abraham menyadari kalau dirinya salah menyebut nama. Sebab, sekarang yang ada di dalam pikirannya adalah Jihan."Maaf, maksudnya Jibran, saya salah menyebut nama," ujar Abraham pelan.Jihan bernapas lega, karena tadi dia pikir sang suami mengetahui kalau Widya adalah Jihan. Namun, tenyata Abraham hanya salah menyebut nama."Pak Abraham, terima kasih sudah membuat anakku sembuh, karena kamu semalam menyakinkan Jibran kalau papanya selalu ada bersama kami," ujar Jihan datar."Sama-sama Widya, kirim salam untuk suamimu," sahut Abraham lembut.Jihan menganggukkan kepala, kemudian dia bergegas pergi dari sana bersama Angga. Entah kenapa, rasanya Abraham sangat sedih saat melihat kepergian wanita itu dan Jibran. Namun, ingin melarang, dia bukan siapa-siapa. Bahkan, mereka tidak saling mengenal pikir Abraham.Sesampainya Jihan di dalam mobil, dia langsung melepaskan masker dan menggendong Jibran yang
Plak!Azizah menampar pipi Abraham dengan sangat kuat. Membuat Pria itu tersadar dan melihat kalau yang ada dihadapannya saat ini bukanlah Jihan, melainkan Azahra."Sorry Azizah, saya tidak sadar kalau yang ada di hadapan saya adalah kamu," ujar Abraham pelan.Azizah memaklumi hal itu dan kembali menjelaskan kesalahan berkas kerja sama dari perusahaan Jingga Group, yang sekarang dipimpin oleh Jihan tanpa sepengetahuan Abraham."Baiklah, nanti akan saya bicarakan pada Angga, CEO di perusahaan Jingga Grup," ujar Abraham pelan."Iya Pak, saya hanya mengingatkan saja! Sepertinya mereka sangat lalai dalam masalah ini, saya sarankan untuk menegur CEO itu," sahut Azizah pelan.Abraham menganggukkan kepala dan kembali mengerjakan tugas. Setelah itu, dia pergi dari kantor, karena ada rapat penting siang ini di perusahaan rekan bisnisnya.***Jihan menerima email dari Abraham dan semua keluhan pria itu. Membuat Jihan ters
Sontak saja hal itu membuat Jihan sangat terkejut, dan ia menatap ke arah Angga agar pria itu membantunya. Sebab takut identitasnya terbongkar sekarang."Ada apa Pak Abraham?" tanya Pak Edwin lembut."Dia bukan Jihan. Tapi namanya Salsabila Atmajaya," sahut Angga."Maaf semuanya, tadi saya mengira dia adalah wanita yang saya sebutkan, ternyata salah. Hanya nama mereka yang hampir mirip," ujar Abraham pelan.Jihan merasa lega karena Abraham tidak mencari tahu tentang kebenarannya, kemudian mereka melanjutkan kembali meeting yang tertunda. Selama itu juga Abraham terus-menerus menantap Jihan.Sebab, dia yakin kalau wanita itu adalah sang istri sebab suara mereka sangat mirip. Namun, penampilan mereka sangat jauh berbeda.Jihan biasanya berpenampilan biasa saja. Namun, Salsabila ini berpenampilan bak seorang CEO yang sebenarnya, sangat cantik dan anggun.Walaupun Jihan sudah melahirkan tetap lekuk tubuhnya sama seperti sewa
Tidak terasa hari-hari yang dijalani oleh keluarga Abraham benar-benar sangat membahagiakan. Karena, saat ini mereka sudah sampai di negara asal Mikhaela dan mereka kini tengah di perjalanan menuju rumah kediaman orang tua Mikhaela."Baru kali ini kami berada di sini Papa, ternyata tempatnya begitu indah ya. Tapi kenapa malah bu Mikhaela memilih tinggal di Indonesia?" tanya Inara dengan polos.Abraham menjelaskan jika Mikhaela diusir dari rumah karena tetap ingin menikah dengannya, dan keluarga wanita itu pergi ke negara asal mereka dan meninggalkan Mikhaela sendiri di Indonesia, hal itu juga diketahui oleh Jihan sebab orang tuanya sudah bekerja lama dengan orang tua Mikhaela sejak ia masih kecil."Sekarang kita sudah sampai jangan lupa nanti bila bertemu dengan nenek dan kakek kalian, yang sopan ya anak-anak papa," pesan Abraham kepada ketiga anaknya."Tentu saja Pa kami akan bersikap sopan k
Angga dan juga Seem langsung menatap tajam Abraham. Sebab, pria itu mengatakan mereka berdua adu domba di ranjang. Padahal, di sini ada lima remaja yang masih belum mengerti adegan dewasa yang mereka tengah bicarakan."Mas, kamu nih ngomong apa sih malu didengar anak-anak," berisik Jihan sambil mencubit lengan sang suami."Sudah kalian lupakan semua ya, ini orang-orang tua nggak ada akhlak bicara yang bukan-bukan!" tegas Abraham. Padahal, dirinya juga termasuk tetapi ia malah tidak merasa."Padahal dia juga sudah mencemari pikiran anak remaja ini. Tapi, dia tidak ingin mengaku," sindir Seem."Sudahlah tidak usah ribut-ribut lagi, sekarang kita makan malam setelah itu pulang soalnya aku lelah sekali ingin segera beristirahat. Karena, sejak tadi banyak sekali mengurus masalah," ucap Angga dengan bijak.Mereka semua langsung duduk di bangku masing-masing. Kemudian, memakan makanan yang sudah terhidang di meja makan dengan sangat lahap.Selama makan mereka hanya diam tidak ada yang berbic
Kini keluarga Abram sudah berada di kediaman mereka. Karena, Inara sudah diperbolehkan pulang karena dia tidak mengalami luka berat jadi tidak perlu dirawatnya. "Semuanya saat weekend nanti kita akan pergi ke luar negeri ya, anggap saja sekalian jalan-jalan dan bertemu dengan keluarga ibu sambung kalian," jelas Abraham."Hore, kita jalan-jalan lagi!" ucap ketiga anak Abram secara bersamaan.Mereka sangat bahagia. Karena, akan pergi ke luar negeri untuk berjalan-jalan ya walaupun sekalian ingin menghampiri semua keluarga Mikhaela, tetap mereka bahagia bisa menghabiskan waktu di sana."Mas, apa sebaiknya saya tidak usah pergi saja biar kalian yang pergi takutnya keluarga kak Mikhaela tidak menerima saya, dan menganggap saya ini adalah seorang pelakor," ujar Jihan dengan lirih.Abraham menatap sang istri. Kemudian, dia memegang tangan istrinya dengan lembut dan berkata, "Tidak akan ada orang
"Papa!" teriak Inara saat memeluk sang papa dia senang papanya datang menghampirinya, itu artinya semua urusan sama papa sudah selesai."Kamu jangan sedih ya sayang, semua sudah beres papa sudah memasukkan Zizah ke penjara yang ternyata adalah buronan di sini dulu," ucap Abraham dengan lembut.Jibran menghampiri sang papa. Kemudian, dia ingin berbicara empat mata dengan papanya dan Abraham menyetujui permintaan Putra pertamanya sehingga mereka keluar dari ruang rawat Inara."Sebaiknya uang yang diinginkan oleh tante Zizah berikan saja kepadanya, Jibran tidak masalah jika uang itu diberikan kepadanya, lagipula itu ada hak dia juga malah tidak memiliki hak apapun," ucap Jibran dengan lembut.Sebab, dia tidak ingin lagi adanya orang yang mengusik kedamaian keluarga kecil mereka seperti yang sudah-sudah. Bahkan, mereka juga akan menghampiri keluarga Mikhaela yang berada di luar negeri sebab ini menjelaskan kepergian wanita itu."Ya sudah kamu tenang saja nanti semuanya akan diurus sama pa
Abraham membawa sang anak ke rumah sakit terdekat, dan Inara sudah ditangani oleh Dokter. Sekarang gadis itu sudah pulih dari traumanya. Ya walaupun ia baik-baik saja tetap tadi trauma. Karena, kejadian itu cepat sekali berlalu."Adik manis jangan lupa minum obatnya ya, nanti setelah diberikan makan oleh suster langsung minum obatnya," ujar Dokter tampan tersebut."Baik Dok, saya akan minum obat tepat waktu," sahut Inara dengan lembut.Dokter muda tampan itu bergegas pergi dari sana, dan Jihan langsung memeluk sang anak. Karena, dia masih sangat cemas dan tidak habis pikir mengapa Zizah tega melakukan untuk kepada keluarganya sampai ingin melenyapkan sang Putri."Di mana papa, Ma? Inara ingin memeluk papa," ucap Inara dengan sangat manja."Papa tidak ada sayang, papa pergi untuk menyelesaikan kasus tante Zizah. Ya, semoga saja dia dapat pelajaran yang setimpal," sahut dengan lirih.Jihan masih berharap jika Zizah itu saudara kembarnya. Tetapi dia sudah melihat sendiri jika wanita itu
Jihan menampar pipi Zizah dengan sangat kuat. Sebab, sakit hati saat anak hampir saja dilenyapkan untung dia dan sang suami cepat datang jika mereka terlambat maka Inara akan lainnya dari dunia ini."Saya pikir kamu itu adalah saudara saya kita memiliki dara yang sama. Tapi, ternyata kamu itu musuh untuk keluarga saya, kamu hampir saja melenyapkan anak saya! kesal Jihan dengan sangat emosi.Zizah hanya diam karena semua rencananya telah terbongkar. Padahal, ia hampir saja melenyapkan Inara tadi jika dia menit saja mereka tidak datang, maka gadis cantik itu akan lenyap suaranya dan muka bumi ini maka dendamnya akan terbalas."Saya tidak menyangka kamu rela merubah wajahmu agar mirip dengan saya, hanya untuk menghancurkan keluarga saya. Sebenarnya apa keinginanmu biar saya berikan, agar kamu tidak mengusik keluarga kami lagi?!" tanya Jihan dengan sangat emosi. Bahkan, semua orang yang berada di sana langsung berkerumun menyaksikan p
Seem menolak dan mengatakan jika dia sudah kenyang. Kemudian, dia meminta agar Zizah yang memakannya. Namun. ia tidak mau karena sama sekali tidak suka membuatnya dan aman."Inara bisa temani Tante tidak untuk berkeliling di pantai ini?" ujar Zizah dengan lembut. Namun, tidak jelas dari wajahnya jika wanita itu memiliki niat yang buruk pada anak-anak Abraham."Tentu saja mau Tante, ayo kita pergi sekarang. Kak Jibran kami pergi dulu ya," ucap Inara dengan sangat gembira sambil mengedipkan sebelah mata.Sebab, itu adalah pertanda jika dia meminta bantuan kepada kedua kakaknya, dan mereka pun mengerti. Seem dan juga Jibraham serta Jibran meminta agar Angga dan juga kedua orang tua mereka datang. Karena, saatnya inilah mereka memergoki Zizah akan berbuat yang tidak-tidak kepada keluarga mereka."Di mana Inara?" tanya Jihan dengan sangat cemas saat baru saja tiba, dia berpikir jika Jibraham lah yang pergi dengan saudara k
Seem cepat-cepat keluar dari mobil. Karena, dia takut digebuki oleh Zizah. Kemudian, dia berlari mencari ketiga keponakannya tanpa disadari oleh Seem, ternyata Angga dan juga Abraham beserta Jihan ada di tempat yang sama. Namun, mobil mereka sedikit berjauhan agar tidak ketahuan. Sebab, mereka berada di sini juga."Ngapain Seem berada di dalam mobil bersama dengan Zizah, apa dia mulai lesbian," celetuk Angga sambil terus menetap sang sahabat yang berlari."Kalau ngomong tolong di filter sedikit saja!" ancaman Abraham. Sebab, dia tidak ingin Jihan berpikir yang bukan-bukan dan akan semakin stress karena ucapan Angga tadi.Karena, dia tahu di dalam hati Jihan masih berharap kalau Zizah itu benarlah seorang wanita dan dia lebih berharap lagi jika wanita itu memang saudara kembarnya."Maaf, apa sebaiknya kita langsung menjalankan rencana kita yang poin kedua?" tanya Angga yang mengalihkan pembicaraan. Sebab, dia tidak ing
Inara memberitahu kedua saudaranya kalau Zizah itu memang benar wanita, dan ia mengatakan Zizah memiliki gunung kembar seperti seorang wanita sesungguhnya. Bahkan, juga datang bulan hal itu sudah dipastikan seratus persen adalah seorang wanita."Hah, yang benar saja dia itu wanita. Tapi, kelakuannya terlihat seperti laki-laki, apa dia sudah merubah semuanya," gumam Jibran sambil terus menatap layar ponselnya yang terlihat pesan dari sang adik."Sudahlah Kak, mungkin dia memang ingin jadi laki-laki seperti itu sedikit tomboy. Ya sudahlah tidak usah dipikirkan, lagipula kita itu akan memberinya pelajaran nanti tidak peduli dia itu wanita atau laki-laki," sahut Jibraham."Kamu ini gila atau apa sih? Aku tidak pernah menyakiti wanita karena adikku seorang wanita ibuku juga seorang wanita. Jadi, jika dia wanita sesungguhnya aku tidak sanggup melukainya," jelas Jibran.Jibraham hanya menggelengkan kepala. Sebab, dia rasanya ing