Pelukan ini sangat nyaman dan hangat! Kina suka. "Mommy dengar kondisi kamu sudah membaik. Kamu sudah mengingat Zayyan dan Zana, Nak?" ucap Satiya, kini beralih membelai lembut pinggiran wajah menantunya. 'Ingat dikit doang.' batin Kina, tetapi tidak menjawab demikian karena tak ingin mematahkan kebahagiaan perempuan tulus di hadapannya. Satu yang Kina ingat, perempuan ini adalah perempuan yang sama yang memeluknya, memberikan kekuatan saat Kina dulu hancur. Perempuan ini datang ke rumahnya, meminta maaf untuk perbuatan putranya yang telah melecehkan Kina. Saking hangatnya pelukan wanita ini, Kina sampai salah paham–mengira jika wanita ini adalah ibu kandungnya. "Zana main dulu yah, Sayang. Mommy Grandma pinjam dulu," pinta Satiya lembut pada cucunya. "Siap, Grandma." Zana menjawab bersemangat, memberikan gerakan hormat pada neneknya kemudian segera berlari membawa uang langka di tangannya. Yes! Satiya membawa Kina untuk ikut dengannya ke ruang keluarga, di mana di sana sudah ad
Setelah semua orang pamit pulang dari rumahnya, Kina langsung menemui Zana. Melihat putrinya duduk di sebuah gazebo taman samping rumah, Kina langsung ke sana. "Na, kamu belum memberitahu Mommy tentang hasil menguping kamu. Sekarang kasih tahu Mommy," ucap Kina, merampas mainan Zana supaya anak itu mau mendengarkannya. "Aduh, Mom." Zana berkacak pinggang, "Mommy sudah terlanjur tahu.""Kamu belum memberitahu Mommy, kenapa Mommy sudah tahu? Katakan cepat, Na. Aku-- Mommy sudah penasaran." Kina mendesak, menatap sebal ke arah putrinya. Enak saja Zana tak memberitahu, uang seribu Kina sudah keluar untuk membayar putrinya ini. Uang langkah itu! Zana menghela napas pelan, dia memijit kening seolah sedang terkena beban besar lalu segera menatap lelah pada mommynya. "Kan-- Granddad dan Grandmom sudah memberitahu Mommy. Bahkan Mommy dapat banyak hadiah. Huh, Nana tidak dikasih. Kenapa begitu?" Di akhir kalimat, Zana memanyunkan bibir–menampilkan raut muka merajuk. "O-oh …." Kina ber oh r
"Aku baik-baik saja," lanjut Kina, melepas paksa pelukan Zayyan kemudian buru-buru menghampiri Zana yang sedang sibuk membuka kotak hadiah. Zayyan menghela napas pelan lalu berjalan mendekati istri dan putrinya. Syukurlah Kina tidak mempermasalahkan kehamilannya dan tak keberatan, Zayyan merasa lega. Namun, walau begitu, dia tetap khawatir dengan kondisi Kina. Ini memang salahnya yang tak bisa menahan diri!"Mommy, ini dari Aunty Ziea dan Uncle Hum." Zana memperlihatkan sebuah kotak berwarna hitam pada mommy–meminta izin agar diperbolehkan membuka kotak hadiah tersebut. "Buka saja," jawab Kina, menoleh sekilas pada kotak hadiah tersebut lalu kembali membuka hadiah di pangkuannya. Dari Azalea dan Haiden. Jika Kina tidak salah, Haiden adalah Kakak Ziea dan Azalea merupakan istri dari Haiden, sahabat Ziea. Manis juga! Azalea menikah dengan kakak dari sahabatnya. Kina tersenyum lebar ketika melihat hadiah dari Azalea dan Haiden tersebut. Sebuah mainan kunci dari pahatan kayu, berbent
Habis meleleh langsung pop, meledak!Zana turun dari pangkuan daddynya lalu segera meraih toples coklat milik sang mommy. "Nana ingin memasukkan permennya lagi ke sini. Mommy bukain dong," pintanya dengan nada bersahabat. Kina yang sedang asyik mencoba nasi goreng unik tersebut langsung menatap berang pada putrinya. Dia merampas toples tersebut kemudian membukanya. "Mommy bisa membuka toplesnya?" ucap Zana polos, memiringkan kepala untuk menatap ekspresi sang Mommy. "Toplesnya beda, Na." Kina mendengus sebal. Untungnya otaknya dengan cepat menangkap jebakan Zana sehingga dia bisa mengelak secara cepat. Ini-- anak didiknya sendiri, kenapa berubah menjadi rivalnya? Zayyan yang memperhatikan, diam-diam tersenyum. Gemas melihat kedua perempuan yang dia cintai tersebut. Kelakuan Zana mirip dengan kelakuan istrinya. Lucu! ***Hari demi hari berlalu, Kina merasa lebih enjoy dari yang sebelumnya. Walau ingatan tentang hubungannya dengan Zayyan belum kunjung kembali. Daripada memikirkan
"Ha-hai … Sayang," sapa Kina, reflek saat matanya bersitatap dengan sorot mata elang milik suaminya. Dia menutup buku sketsa lalu menghampiri Zayyan, tersenyum kaku pada pria itu. Dari raut muka Zayyan, Kina melihat kemarahan. Kina panik akan hal itu. Kina menatap lengan Zayyan, suara di kepalanya menyuruh agar Kina memeluk lengan suaminya. Ada keraguan, akan tetapi Kina memilih untuk menuruti perintah otak. Akan tetapi, niatan Kina tersebut ia urungkan saat seorang perempuan muncul dari belakang suaminya. "Hai, Kina," sapa perempuan itu lembut dan hangat, tak lupa tersenyum manis padanya. Perempuan itu menunjukkan keanggunan di dirinya. Dia tak lain adalah Nathalia. Kina bukan hanya tidak jadi memeluk lengan Zayyan, tetapi dia juga langsung menjauh dari suaminya. Sejak saat itu, Kina sangat membenci perempuan ini. Namun, kebenciannya semakin menjadi-jadi saat Kina tahu fakta jika Sheila–kakaknya lah penjahat di hidupnya. Nathalia memiliki kemiripan pribadi dengan Sheila, itu
"Ouh, jadi begitu." Bintang memangut-mangut, setelah mendengar cerita dari Kina mengenai siapa Nathalia. Kina tak menceritakan semuanya secara lengkap, hanya menceritakan bagian penting seperti dia pernah gila dan amnesia. Dia juga mengaku jika sekarang ingatannya masih belum sepenuhnya sembuh, dan Nathalia memanfaatkan keadaan Kina dengan cara mengaku-ngaku sebagai ibu dari Zana. Bintang yang mendengar cerita itu cukup iba dan kasihan pada Kina. Dia kira masalah Kina hanya kekurangan kasih sayang dari orang tuanya makanya Kina sering keluyuran dan bandel–saat mereka kuliah dulu. Ternyata masalah temannya jauh lebih berat dari sekedar kurang kasih sayang. Mental dihancurkan kakak sendiri, orangtua tak pernah berpihak padanya dan sekarang ada perempuan yang mengincar kebahagiaan Kina yang tersisa. "Masalah sebanyak itu--" Bintang menoleh ke arah Kina, mengerutkan kening sembari menatap heran pada sahabatnya tersebut. "Tapi kamu kenapa terlihat seperti tak ada beban. Heran. Perasa
"Syukurlah, keadaan Nyonya Kina dan calon bayinya baik-baik saja." Samantha tersenyum tipis pada Kina. Dia sudah memeriksa kondisi Kina dan bayi dikandungan perempuan ini. Untungnya, kandungan Kina termasuk kuat. "Jangan khawatir, Nyonya Kina." Samantha meraih tangan Kina yang terasa dingin, dia mengusapnya lembut lalu menggenggamnya. Kina menggelengkan kepala. "Aku tidak panik," bohongnya, menunduk lalu menatap kosong ke arah bawah. "Tuan Zayyan tidak akan marah. Tuan hanya sedikit khawatir pada Nyonya dan bayi kalian," ucap Samantha. "Jika boleh saya bertanya, kenapa Nyonya nekat melompat ke sungai? Apakah Nyonya … tertekan atau ada suara di kepala Nyonya yang menyuruh Nyonya melompat?" Kina menggelengkan kepala. "Kondisiku nggak separah itu, Kak. Sudah ku katakan aku baik-baik saja," jawab Kina dengan nada setengah kesal. Jika memang dia pernah depresi dan gila, bukan berarti selamanya dia seperti itu. Dia telah melewati itu, Kina merasa hidup kembali dengan pribadi yang
"Nyonya dan bayinya baik-baik saja, Tuan. Nyonya nekat melompat ke sungai karena buku dari Tuan yang dianggap sangat berharga bagi Nyonya. Untuk Nathalia, Nyonya mengaku muak karena merasa Nathalia dan Kakaknya memiliki kesamaan. Meskipun niat Nathalia baik, untuk saat ini sebaiknya jangan pertemukan keduanya dulu, Tuan. Sepertinya Nyonya memiliki trauma kepada orang-orang yang punya kepribadian, kemiripan serta tingkah laku seperti Sheila," Samantha melaporkan. Sejujurnya Samantha cukup kaget karena Jabier ada di ruangan ini. Katanya Jabier datang untuk pekerjaan dan sekarang ingin pulang–mendesak Samantha untuk cepat-cepat menyelesaikan urusan dengan Zayyan agar Samantha sekalian pulang dengannya. "Wow, Dude." Jabier bertepuk tangan, antusias mendengar perkataan Samantha. "Sekarang kau tahta tertinggi seorang Kina. Bagaimana perasaanmu, Heh?" Jabier menaikkan sebelah alis, menyunggingkan evil smirk ke arah Zayyan. Zayyan hanya menatap Jabier dengan dingin. Tak mengatakan apapun