Share

Dia Belum Jauh

Penulis: dtyas
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-13 05:01:35

“Isna, kita makan dulu sayang,” ajak Malika pada Isna yang baru saja datang dan mencium pipi Bundanya.

“Maaf Bunda aku sudah makan dan hari ini benar-benar lelah,” ujar Isna lalu pamit ke kamar.

Rangga menatap Isna yang berjalan meninggalkan meja makan. Aska sedang makan di juga di dampingi pengasuhnya. Rangga sudah mulai percaya diri dengan berada di luar kamarnya, meskipun masih mengenakan kursi roda.

“Rangga, kenapa Isna akhir-akhir ini semakin sibuk. Bunda hanya khawatir, dengan kesehatannya,” ujar Malika.

“Biarkan saja Bun, kami berdua memang harus mempertahankan kewarasan kami agar bisa bertahan hidup,” gumam Rangga.

“Hei, tidak boleh bicara begitu.”

“Bunda habiskan itu,” tunjuk Rangga pada piring Malika.

“Oma, kapan Aska liburan. Papa nggak jelas, nanti-nanti terus,” keluh Aska.

“Sabar sayang,” ujar Malika. “Papa masih harus memastikan kesehatannya, kamu doakan Papa kamu cepat sembuh ya.”

“Bunda Hayati juga pergi lama sekali, Aska sudah kangen.”

Malika menoleh ke arah Rangga. “
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Ancaman Renata

    Dengan langkah gontai Hayati berjalan menuju rumah kost tempatnya tinggal. Hari ini sabtu dan suasana cafe lebih ramai. Jadi Hayati pulang dua jam lebih lambat dari biasanya. Sejak beberapa hari ini Hayati sudah memikirkan dan memutuskan sesuatu demi masa depan dia dan calon bayinya.Hayati sudah sangat yakin akan menemui Rangga. Termasuk siap jika sudah tidak bisa bersama Rangga lagi. Kebetulan sekali, dia melihat mobil Rama terparkir tidak jauh dari cafe dan benar saja pria itu keluar dari mobil menyambut Hayati.“Apa kabar, Hayati?” tanya Rama.“Baik, Mas.” Hayati tersenyum, tidak mungkin dia memasang wajah tidak suka dengan kehadiran Rama.“Ayo, masuk. Aku antar kamu pulang,” ajak Rama.“Hm.”Hayati dan Rama sudah berada di dalam mobil, tapi mobil tidak melaju menuju rumah kost dimana Hayati tinggal.“Mas, ini kita mau kemana?”“Aku akan ajak kamu ke suatu tempat,” ujar Rama tanpa rasa bersalah.“Mas, tolong kembali. Aku lelah dan tidak ingin pergi kemanapun. Lagi pula aku akan m

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-14
  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Pelayan Itu, Hayati

    “Renata, Aska adalh putramu. Anak kita,” ujar Rangga. “Dengan kondisiku yang begini, aku memang tidak bisa mengawasi dan mengurusnya langsung tapi apa kamu lihat dia kekurangan satu apapun atau bahkan dia terlantar?”Renata bergeming, karena apa yang dikatakan Rangga ada benarnya. Aska terlihat tetap sehat bahkan tetap ceria.“Karena masih ada yang peduli dengan Aska, yaitu Isna dan juga Bundaku. Kalaupun Aska kamu ambil alih aku tidak masalah, asalkan dia tidak akan mengeluh atau bahkan terlantar. Bagaimana bisa kamu mengurus Aska sedangkan pekerjaanmu masih sama seperti dulu. Sibuk,” tutur Rangga yang berhasil membuat Renata bungkam.“Singkirkan egomu, untuk membuktikan masalah pengasuhan anak. Aska masih putra kita dan harus kita pastikan kebaikan dan masa depannya. Bukan masalah dia harus bersama siapa. Tanpa bermaksud menghinamu, dia tidak pernah menanyakan atau merindukanmu sebagai Mamanya. Luangkanlah waktu lebih banyak bersama Aska, agar dia kembali merindukan ibu kandungnya,”

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-15
  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Apa Karena Rama?

    Mendengar namanya dipanggil, Hayati menoleh. tidak menduga kalau pria di sampingnya adalah Rangga.“Hayati,” panggil Rangga lagi.Hayati yang benar-benar terkejut perlahan mundur satu langkah. Apalagi saat Rangga kembali memanggilnya dia benar-benar bingung dan takut. Bahkan teringat foto yang dia lihat di ponselnya dimana Rangga dan Renata berpelukan. Dia takut jika Rangga akan mengatakan pada Hayati akan mengakhiri hubungan mereka, sepertinya Hayati belum siap untuk itu.Hayati berbalik dan berjalan agar cepat sambil memegang perutnya meninggalkan meja dimana Rangga berada.“Bunda Hayati,” panggil Aska.“Kamu jaga Aska,” titah Rangga pada supirnya kemudian dia sendiri berusaha mengejar Rangga dengan menggerakan otomatis kursi rodanya.“Hayati,” panggil Rangga. Hayati belum jauh, dia masih berada di area parkiran. Dengan kondisi perut hamilnya tentu saja tidak mudah bagi Hayati melangkah cepat apalagi berlari.“Hayati, tunggu!” karena tidak memperhatikan jalannya, ada batu yang menah

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-16
  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Kalian Akan Bahagia

    Hayati ingin menanyakan bagaimana Rangga bisa tahu kalau Rama yang merekomendasikan pindah tempat tinggal, bahkan mendukung Hayati untuk tidak bertemu lebih cepat dengan Rangga.“Apa benar dugaanku, kalau Rama yang mengusulkan kamu untuk pindah?”“Iya, tapi aku tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan Mas Rama.”Rangga menghela pelan, benar-benar emosi memikirkan ulah Rama. Jelas-jelas pria itu mengetahui keberadaan Hayati dan ada saat Rangga kecelakaan, artinya tahu kondisi Rangga tapi malah dengan sengaja menjauhkan Hayati darinya. Bahkan sekarang pun Rangga tahu kalau Rama masih sering menemui Hayati.“Hayati,” panggil Rangga.“Aku sempat putus asa karena jejakmu benar-benar tidak ditemukan, sampai aku bertemu Rama dan bertanya apakah dia pernah bertemu denganmu. Bukan menjawab, Rama malah mengalihkan pembicaraan lain dari situ aku curiga dan mengawasi Rama. Ternyata benar dia tahu keberadaanmu dan saat kecelakaan aku tahu Rama menyaksikannya karena dia membuntuti mobilku saat akan m

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-17
  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Kecewa Denganmu

    Hayati merasa nyaman dengan usapan tangan Rangga di perutnya, bahkan dia terpejam duluan dibandingkan Rangga. Tidurnya kali ni benar-benar lelap, selain karena nyaman dengan tempat tidurnya juga karena hati Hayati sudah lebih aman untuk saat ini.Rangga berusaha beranjak duduk tanpa membangunkan Hayati. Memandang wajah lelah istrinya juga perut yang sudah membola. Dia sudah melewatkan masa Hayati mengandung dan akan memastikan keduanya akan selalu sehat.Esok pagi. Hayati mengerjapkan matanya menatap langit-langit kamar dan menyadari dia saat ini bukan berada di kamar kost. Saat menoleh ke samping, Rangga sudah tidak ada di sana.“Pak Rangga,” ujar Hayati.“Kenapa? Bagaimana tidurmu?” tanya Rangga lagi.Hayati memastikan pandangangan tidak salah, karena Rangga sudah duduk di kursi roda dengan tablet di pangkuannya.“Kapan Pak Rangga bangun dan pindah ke situ?”Rangga terkekeh. “Tidak semua harus dibantu, saat ini sudah banyak yang bisa aku lakukan sendiri,” terang Rangga membuat Hayat

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-17
  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Matikan Ponselmu

    Rangga sudah menerima balasan pesan dari Ayahnya. Ditemani sopir, dia menuju apartemen Ayahnya. Sudah mempersiapkan apa yang akan disampaikan kepada Ayah dan Ibu dari Hayati. Sudah pasti tidak akan mudah, kemungkinan besar mereka akan menolak hubungan Rangga dan Hayati.“Saya tunggu atau tinggal, Pak?” tanya supir Rangga.“Tunggu di lobby, aku akan hubungi ketika sudah selesai.”“Baik, Pak.”Rangga menunggu pintu apartemen itu terbuka dan benar saja, akhirnya pintu dibuka oleh Layla Ibu dari Hayati.“Masuklah, Ayahmu sudah menunggu.”Setelah pintu dibuka lebih lebar, Rangga menggerakan kursi rodanya memasuki apartemen dimana sang Ayah dan wanita pilihannya tinggal. Terkadang Rangga tidak habis pikir, apa yang Harsa lakukan sampai harus meninggalkan Bundanya demi wanita itu.“Ayah perhatikan kamu sudah semakin lebih baik,” ujar Harsa saat melihat kedatangan Rangga.Layla duduk di samping Harsa, seakan membuktikan kalau dia pemilik pria paruh baya itu. Rangga kembali menggerakan kursi r

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-18
  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Melaksanakan Kewajiban

    Hayati keluar dari kamar karena mendengar sensor pintu, ternyata Rangga sudah datang ditemani supirnya.“Untuk hari ini, aku tidak akan keluar lagi. Kamu boleh pulang,” titah Rangga. Supirnya pun mengangguk dan meninggalkan apartemen. Hayati mengambil alih pegangan kursi roda lalu mendorongnya menuju kamar.“Pak Rangga sudah makan? Aku tidak melihat ada stok bahan makanan jadi tidak masak.”“Tidak masalah, nanti kita pesan saja. Sekarang aku ingin mandi,” ujar Rangga.Hayati sudah melihat apa yang dilakukan perawat untuk mengurus Rangga. Setelah menyiapkan pakaian dan handuk, Hayati akan mendorong kursi roda ke dalam toilet tapi di tahan oleh Rangga.“Ambilkan tongkatku.”“Tapi ….”“Hayati, kalau tidak dicoba aku akan begini terus. Yang bermasalah adalah ujung pangkal kaki kananku, seharusnya yang kiri bisa menopang dan membuatnya lebih seimbang.”Hayati pun menurut dengan apa yang diperintahkan Rangga, mengambilkan tongkat yang sebelumnya digunakan Rangga untuk belajar berjalan. Rang

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-19
  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Ini Lebih Penting

    “Loh, Papa mana?” tanya Aska saat makan malam tidak melihat ada Rangga di meja makan. Hanya melihat Oma dan Isna saja.“Papa kamu pulang ke apartemen, sudahlah kamu di sini saja dengan Oma.”“Hm, tapi aku masih kangen Bunda. Tadinya aku ingin ikut Papa dan tidur di sana.”“Bunda?” tanya Isna sambil menatap wajah Aska menunggu penjelasan bocah itu.Obrolan mereka terhenti karena Malika memulai makan malamnya dan meminta Isna juga Aska untuk fokus pada makanan mereka. Setelah menikmati hidangan makan malam dan memastikan Malika minum obat yang harus dikonsumsi rutin, Isna meninggalkan kamar bundanya untuk menemui Aska. Ada hal yang harus dipastikan.“Aska,” panggil Isna saat membuka pintu kamar keponakannya. “Boleh tante masuk?”“Hm, tapi bacakan aku buku cerita sampai aku tidur ya.”Isna berjalan mendekati ranjang dan duduk bersandar pada headboard, menerima buku cerita yang diberikan Aska. Serta membuka halaman yang harus dibacakan.“Sebelum tante bacakan cerita ini, jawab dulu pertan

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-19

Bab terbaru

  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Akhir Bahagia (END)

    Rama tersenyum mendengar keinginan Maylan setelah menikah.“Mas Rama tidak keberatan?” tanya Maylan.Sambil fokus pada kemudi wajah Rama tidak menghilangkan senyum di wajahnya.“Mas, jawab dong.”“Sebentar, sayang.” Rama pun menepikan mobilnya, melepas seatbelt dan menggeser duduknya menghadap Maylan.“May, kegagalan pernikahanku sebelumnya karena kami sama-sama sibuk. Sibuk dengan pekerjaan lalu merusak komunikasi diantara kita dan aku tidak ingin hal itu terjadi lagi. Kalau kamu menyampaikan tidak ingin bekerja setelah menikah, cocok dengan visi dan misi hidupku,” seru Rama.“Ah jadi tidak sabar. Apa hari ini aja ya kita bertemu dengan orangtua kamu,” ajak Rama.“Eh, nggak ada ya. Tetap minggu depan, ‘kan aku harus jelaskan dulu siapa Mas Rama. Terburu-buru nanti aku dipikir hamil duluan, tapi Mas … ini serius Mas Rama tidak masalah nanti aku hanya jadi ibu rumah tangga?”“Hm tentu saja aku serius.”“Nggak masalah aku hanya minta uang terus?” tanya Maylan lagi.“Sudah tanggung jawab

  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Season 2 - Ternyata

    Rangga sesekali menoleh ke arah dimana Hayati yang terlihat sibuk. Agak khawatir dengan kondisi istrinya yang sedang hamil. Walaupun sudah disampaikan agar jangan memaksakan diri sibuk dengan persiapan pernikahan Isna.Harsa Adam sudah sejak semalam berada di kediamannya. Dia yang akan menikahkan Isna dengan Ansel. Rangga sudah memastikan kehadiran penghulu dan Ansel sudah dalam perjalanan. Alka bersama pengasuhnya, sedangkan Aska sudah tidak bisa dicegah ke sana ke mari karena banyak yang datang.Walaupun hanya akad nikah saja, tapi kerabat dan sahabat dekat menghadiri pernikahan Ansel dan Isna. Ansel dan keluarganya sudah tiba, setelah berbasa-basi Ansel Pun menempati meja kursi yang disiapkan untuk mengucapkan ijab qobul.“Sayang, kamu tenang saja. Jangan gugup,” tutur Ibu Ansel.Ansel tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Harsa duduk berhadapan dengan Ansel membuat pria itu semakin gugup. Kedua orangtua Ansel berada di belakang putranya. Rama datang disambut oleh Rangga, saling m

  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Season 2 - Maylan

    Rangga duduk di tepi ranjang menatap wajah pucat Hayati yang masih terlelap. Sebelumnya Rangga sudah menemui Alka yang sedang disuapi oleh pengasuhnya. Jika benar Hayati sedang mengandung kembali, tentu saja Rangga akan senang. Namun, dia khawatir dengan kondisi Hayati dengan wajah pucatnya. Apalagi pernikahan Isna sudah dekat, tinggal dua hari lagi.Terlihat pergerakan, Hayati menggeliat pelan lalu mengerjapkan matanya.“Mas Rangga, kok nggak bangunkan aku?”“Jangan bangun, tetaplah berbaring.”“Aska harus berangkat ….”“Sudah aman, dia sudah berangkat,” sahut Rangga. “Kamu sudah lebih baik?” tanya Rangga.Hayati tidak menjawab, malah berbaring miring mengeratkan selimutnya menatap Rangga.“Mas Rangga.”“Kita ke dokter ya,” ajak Rangga.Hayati menggelengkan kepalanya, masih menatap Rangga. “Mas, kalau … ternyata aku hamil. Gimana?”“Maksudnya?” tanya Rangga. Sepertinya Hayati sudah tahu kalau dirinya kemungkinan sedang hamil.“Ya kalau ternyata aku hamil, Alka dan Aska akan punya adi

  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Season 2 - Tanda-tanda

    Ini bukan pernikahan pertama bagi Isna, tapi rasanya lebih gugup dari pernikahannya bersama Rama. Dia sudah tidak pergi ke kantor sejak beberapa hari yang lalu, kebaya yang akan dikenakan oleh Isna adalah rancangannya sendiri, modelnya gaun kebaya. Menyesuaikan dengan bentuk tubuh Isna.Hayati pun antusias membantu persiapan pernikahan Isna. Pernikahannya dulu dengan Rangga tanpa persiapan, bahkan hanya dilaksanakan di kamar hotel dengan disaksikan oleh sahabat Rangga. Jadi, kali ini Hayati menikmati perannya menyiapkan pernikahan Isna.“Untuk cateringnya sudah oke, yang ini sudah pas. Recomended banget dari temanku yang seorang chef,” ujar Hayati.“Hm, okelah terima kasih,” jawab Isna.Saat ini Isna sedang bersama pengasuh Alka dan Aska. Berada di ruang keluarga, mengawasi Aska yang bermain lego sedangkan Alka berada diatas bouncer.“Pindah yuk, kayaknya kamu pegal.” Isna memindahkan baby Alka ke atas karpet dan membiarkan bocah itu berpindah posisi menjadi tengkurap kemudian tergela

  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Season 2 - Berdamai

    “Om, jadi kapan kita lihat air terjun?” tanya Aska pada Ansel.Ansel tidak langsung menjawab, dia menatap Rangga dan Isna bergantian.“Aska, tidak boleh begitu. Om Ansel sibuk,” ujar Hayati.Saat ini Ansel sedang menikmati makan malam bersama keluarga Rangga, sekaligus ada pembicaraan mengenai persiapan pernikahannya dengan Isna.“Boleh saja, kalau nanti kamu libur kita kesana,” usul Ansel.“Eh, nggak ada. Kamu ajak Aska ke Bali, terus aku gimana. Dokter mana kasih aku izin naik pesawat,” ujar Isna.“Tidak masalah Tante, aku pergi dengan Om Ansel saja. Tante Isna tidak usah ikut,” ujar Aska.“Aska, habiskan makananmu. Kita akan rencanakan liburan setelah pernikahan tante Isna,” ungkap Rangga.“Benar Pah?”“Hm. Kita akan cari tempat yang aman untuk tante Isna dan Baby Alka,” ujar Rangga lagi.“Aku setuju,” jawab Isna.Ansel tersenyum, dia bahagia bisa menjadi bagian dari keluarga Isna. Pernah menjadi pria lain diantara hubungan Isna dan Rama, akhirnya bisa memiliki hubungan resmi dan l

  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Season 2 - Tinggal Di Mana

    Ansel berdiri bersandar pada mobilnya, dengan tangan berada di saku celana. Menatap ke arah Isna yang berjalan mendekat.“Hai sayang,” sapa Ansel memeluk Isna dan mencium kening wanita yang akan segera dinikahi. Walaupun Isna sudah berjarak agar Ansel tidak memeluknya, apalagi saat ini mereka berada di tempat umum.“Hm.”“Kenapa sih? Kayak yang tidak semangat,” ujar Ansel sambil membuka pintu mobil dan memastikan Isna duduk nyaman.“Aku takut,” jawab Isna ketika Ansel sudah duduk di depan kemudi bahkan sudah mulai melaju meninggalkan area perusahaan Rangga dan Isna.“Takut?”“Hm.”Saat ini Ansel dan Isna sedang menuju kediaman Dharmendra, Isna merasa gugup dan takut karena khawatir tidak akan diterima oleh keluarga Ansel. Sedangkan Ansel terlihat biasa saja.“Tenang saja sayang, jangan gugup gitu dong. Semua akan baik-baik saja, percayalah,” ujar Ansel meyakinkan Isna.Mobil yang membawa Isna dan Ansel melaju di tengah keramaian, tidak lama mereka pun tiba di kediaman Dharmendra.“Ayo

  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Season 2 - Permintaan Maaf

    Asisten Isna pun meninggalkan ruang kerja atasannya. Membiarkan pria yang sempat ditolak untuk bertemu tapi saat ini Isna tidak menolak kehadirannya. Setelah memastikan Nia keluar dari ruangan tersebut, Ansel menghampiri Isna. Berdiri di belakang tubuh wanita itu, memeluk dan mencium kepalanya.“Tidak boleh begini,” ujar Isna.“Aku kangen, padahal kemarin baru habis bertemu. Bagaimana anak-anakku, apa mereka menyusahkanmu?” tanya Ansel sambil mengusap perut Isna.Isna hanya tersenyum, kemudian meminta Ansel untuk duduk karena dia sedang ingin fokus membentuk pola.“Aku sudah menyampaikan hubungan kita pada Ayah dan Ibu,” ujar Ansel.Tentu saja hal yang disampaikan Ansel menjadi perhatian Isna. wanita itu menghentikan aktivitasnya lalu duduk di samping Ansel.“Benarkah, lalu?”“Mereka ingin menemuimu, bagaimana?” tanya Ansel tentang kesediaan Isna.“Tapi aku takut, bagaimana jika mereka ….”“Hei, dengarlah. Kita akan temui mereka, apapun keputusan mereka kita tetap bersama. Selama ini

  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Season 2 - Rencana

    Isna menatap sekeliling apartemen Ansel, terlihat nyaman dan desainnya mencerminkan kalau yang tinggal di tempat itu adalah laki-laki. Duduk di sofa panjang dan terasa nyaman, Ansel sendiri sudah memasuki salah satu ruangan dalam unit tersebut, yang Isna duga adalah kamar.Isna menguap, kantuknya benar-benar datang. Menyandarkan tubuhnya di sofa, merasakan kembali kantuknya lalu … merubah posisinya menjadi berbaring miring dengan bantal sofa sebagai alas kepalanya.“Isna, kamu ….”Ansel menghentikan ucapannya melihat Isna yang sudah terbuai mimpi. Duduk dihadapan wanita itu, melepaskan pelan alas kaki yang dikenakan Isna lalu menatap wajah yang terlihat damai. Pandangan Ansel berpindah pada perut Isna, bayi kembar mereka mulai tumbuh. Dalam perut wanita itu sedang tumbuh keturunannya.Terduduk di lantai sambil mengusap wajahnya membayangkan Isna melewati semuanya sendiri. Pasti sangat berat apa yang Isna alami. Ansel pun berjanji tidak akan meninggalkan Isna dan akan selalu ada bersam

  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Season 2 - Bersama Ansel

    Isna menikmati sambil sesekali menoleh pada Ansel yang menatapnya sambil tersenyum. Asisten rumah tangga datang membawakan minuman.“Bik, ini bawa masuk,” ujar Isna sambil menyerahkan goody bag. “Simpan di kulkas ya Bik.”“Kamu suka? Aku bisa ajak kamu ke toko dessert, mau?”“Mau nyogok aku? Tidak akan mempan,” ujar Isna. “Mau bicara apa, buruan.”Ansel menghela nafasnya, wanita dihadapannya ini benar-benar berbeda dengan Isna sebelumnya. Apa karena kondisi kehamilannya jadi Isna bersikap begitu.“Isna, aku minta maaf atas sikapku sebelumnya.”“Sikap yang mana?” tanya Isna tanpa menatap Ansel“Tidak perlu aku jawab, kamu sudah tahu bagian mana yang membuat kamu sangat kesal dan membenciku.”“Lalu kalau aku maafkan, mau apa?” tanya Isna, tapi kali ini dia menatap Ansel.“Jawab dulu dong, maafin atau nggak?”Isna terdiam, dia sebenarnya masih kecewa dengan sikap Ansel. Bagaimana tidak Ansel mengatakan hal yang begitu merendahkan dirinya.“Kita bicara di luar, mau? kamu yang cari tempat,

DMCA.com Protection Status