Home / Pernikahan / Istri Kedua Om Bara / 30. Kehadiran Vera

Share

30. Kehadiran Vera

Author: Merah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bara terperanjat di ambang pintu, matanya melebar melihat sosok istrinya yang berdiri dengan wajah merah padam. Vera, dengan rambut berantakan dan napas tersengal, menatapnya penuh amarah.

"Bagus! Pamitnya keluar kota untuk bekerja, tapi ternyata kamu malah ada disini!" seru Vera, suaranya bergetar menahan emosi. "Urusan bisnis macam apa yang sampai jauh-jauh membawamu ke pulau begini, Mas?! Memang ada tanah apa di pulau yang lebih cocok untuk tempat berlibur seperti ini?!"

Hidung Vera tampak kembang kempis dan nafasnya pun memburu begitu hebat ketika melihat orang yang membukakan pintu adalah suaminya sendiri. Matanya menyipit penuh kecurigaan, mengamati setiap detail penampilan Bara yang tampak santai dalam balutan kaus dan celana pendek.

Bara terkejut bukan main melihat kehadiran istrinya yang tiba-tiba. Ia berusaha menguasai diri, meski jantungnya berdegup kencang. Otaknya berusaha keras mencerna situasi yang tiba-tiba ini.

suaranya terasa hampir tercekat, tetapi ia tetap berusah
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Kedua Om Bara   31. Haruskah Jujur?

    Setelah menarik napas dalam-dalam, Keira akhirnya berhasil menemukan suaranya, meski hanya berupa bisikan lirih dan terbata. "Ta–tante Vera..."Suasana ruangan seketika makin mencekam. Udara terasa kian berat, seolah-olah gravitasi bertambah kuat dan menekan dada mereka. Bara berdiri kaku di belakang Vera, matanya memancarkan rasa bersalah yang mendalam saat menatap Keira. Ia tahu, cepat atau lambat hal ini pasti akan terjadi. Namun ia tak menyangka akan secepat ini, dan dengan cara yang begitu dramatis."Vera, ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku bisa menjelaskan semuanya, tapi tidak di sini. Tolong, kita bicara di tempat lain," Bara mencoba meredakan situasi, suaranya terdengar tenang meski jantungnya berdegup kencang.Namun, Vera tidak mau mendengar. Matanya berkilat penuh amarah, suaranya bergetar menahan emosi. "Tidak! Aku ingin mendengar semuanya sekarang juga! Kamu pikir aku akan diam setelah mendapatkan dan melihat foto-foto ini?"Dengan gerakan cepat dan kasar, Vera mero

  • Istri Kedua Om Bara   32. Tawaran Tante Vera

    Keheningan mencekam yang melingkupi ruangan itu terasa semakin berat, seolah-olah udara di sekitar mereka bertiga menjadi lebih pekat. Bara, yang kini berdiri di antara Vera dan Keira, merasakan beban tanggung jawab yang semakin menghimpit dadanya. Bara merasakan detak jantungnya yang semakin cepat. Ia tahu ini saatnya untuk bicara, untuk mengakhiri semua kebohongan yang telah ia bangun. Matanya melirik Keira yang berdiri dengan wajah pucat, lalu beralih pada Vera yang masih menatapnya penuh tuntutan.Ia tahu, apapun yang akan ia katakan, akan mengubah segalanya. Namun, ia tak bisa membiarkan situasi ini berlarut-larut. Bagaimanapun Bara menyadari bahwa situasi rumit ini terjadi karena rencana penuh kebohongan yang ia susun, semata-mata agar bisa merawat Keira tanpa gangguan kecemburuan Vera.Setelah menarik napas dalam-dalam beberapa kali, Bara akhirnya merasa siap untuk mengungkapkan kebenaran pada istrinya. Bagaimanapun, ia tak ingin Keira yang harus menanggung kemarahan Vera."Ve

  • Istri Kedua Om Bara   33. Saling Rindu

    Sesampainya di kediaman keluarga kecil Om Bara, Keira langsung diboyong oleh Tante Vera ke kamar yang akan menjadi tempat istirahatnya selama berada di rumah ini. Langkah Vera cepat dan tegas, sementara Keira mengikuti dengan canggung, sesekali menoleh ke belakang, mencari sosok Bara yang tertinggal di belakang mereka.Bara, yang khawatir membiarkan Keira hanya berdua saja dengan Vera, ingin sekali ikut mengantarkan gadis itu. Namun, dengan tegas Vera menyuruhnya untuk pergi ke kamar mereka saja.Ada ketegasan dalam suara Vera yang membuat Bara urung membantah. Seolah Vera memang benar-benar ingin memulai misinya untuk meminimalisir interaksi atau kedekatan antara suaminya dan Keira."Tapi Ve, aku ingin memastikan Keira nyaman dulu di kamarnya," Bara mencoba berargumen, meski ia tahu usahanya sia-sia.

  • Istri Kedua Om Bara   34. Sesuatu Yang Tidak Beres

    "Kenapa kamu terlihat tidak bisa tidur dan gelisah sekali setelah tak sengaja bertemu dengan Keira tadi, Mas?" Vera bertanya, suaranya campuran antara kekhawatiran dan kecurigaan. "Benar tidak ada yang pernah terjadi antara kamu dan Keira selama sebulan lebih kamu tinggal berdua dengannya, 'kan?"Bara menelan ludah dan merasakan jantungnya berdegup kencang saat mendengar pertanyaan Vera. Ia berbalik perlahan, berusaha menenangkan diri sebelum menatap mata istrinya. Dalam keremangan kamar, ia bisa melihat sorot curiga di mata Vera.Namun, ia berusaha menjaga ekspresi wajahnya tetap tenang meski jantungnya berdegup kencang. "Tidak ada apapun yang terjadi pada kami, Ve," jawabnya, suaranya terdengar lebih mantap dari yang ia rasakan. "Selama kami tinggal berdua, aku hanya membantu merawat Keira agar cepat pulih dari penyakit yang mengintainya."

  • Istri Kedua Om Bara   35. Pertanyaan-Pertanyaan Mendebarkan

    Hari-hari berlalu bagaikan film yang diputar lambat di kediaman keluarga Bara. Matahari terbit dan tenggelam, tetapi suasana di rumah itu tetap saja terasa berat dan mencekam, seolah membeku dalam ketegangan yang tak kunjung berakhir.Setiap jam sarapan dan makan malam, mereka selalu berkumpul di meja makan, tetapi keheningan yang canggung seakan menjadi tamu tak diundang yang enggan pergi dan terus menerus hadir.Pagi itu, seperti biasa mereka duduk mengelilingi meja makan. Aroma roti panggang dan minuman hangat yang biasanya mengundang selera, kini terasa hambar di lidah mereka.Akhir-akhir ini, Vera tampak lebih pendiam dari biasanya. Matanya yang tajam sesekali melirik ke arah Bara dan Keira

  • Istri Kedua Om Bara   36. Akan Menghadapi Berdua

    Senja mulai merambat di langit kota ketika Bara melangkahkan kakinya memasuki rumah. Kekhawatiran yang sejak pagi menggerogoti hatinya kini semakin menjadi-jadi, seperti monster yang siap melahapnya bulat-bulat. Bayangan wajah pucat Keira yangterus membayangi benaknya dan juga pikirannnya yang tak bisa lepas dari hasil pemeriksaan dokter terhadap Keira, membuat Bara tak bisa berkonsentrasi sepanjang hari di kantor.Dengan langkah berat, Bara memasuki ruang keluarga. Di sana, ia menemukan Vera sedang duduk di sofa, matanya menatap kosong ke arah televisi yang menyala tanpa suara. Atmosfer di ruangan itu terasa berat, seolah ada kabut tak kasat mata yang menyelimuti mereka."Ve," panggil Bara lembut, berusaha menelan kegugupannya. "Bagaimana hasil pemeriksaan Keira tadi?"Vera menoleh perlahan, matanya menatap tajam suaminya. Ada kilatan curiga yang tak bisa disembunyikan di balik sorot matanya yang lelah. "Dokter bilang dia hanya kelelahan," jawabnya singkat, nada suaranya dingin dan

  • Istri Kedua Om Bara   37. Mencari Lelaki Lain

    Malam semakin larut ketika Bara akhirnya keluar dari kamar Keira. Ia melangkah pelan menuju ruang keluarga, dimana Vera menunggunya dengan wajah tegang. Suasana terasa berat, seolah ada kabut tak kasat mata yang menyelimuti ruangan itu."Lama sekali kamu di kamar Keira, Mas?!" Vera membuka percakapan, suaranya campuran antara kecemburuan, kekesalan, dan kecurigaan. "Apa memastikan kondisi gadis itu perlu menghabiskan waktu selama ini?"Bara menghela napas, berusaha menenangkan diri sebelum menjawab. "Alasanku lama di sana karena menunggu Keira sampai selesai makan. Aku hanya ingin memastikan Keira menghabiskan makan malamnya, Ve."Vera menatap suaminya lekat-lekat, matanya menyipit penuh selidik. "Yakin hanya itu saja?!""Jangan mulai bersikap begini lagi, Ve!" Bara akhirnya tak bisa menahan emosinya. Suaranya meninggi, namun ada nada putus asa di dalamnya. "Asal tahu saja, sikapmu yang begini menjadi salah satu penyebab Keira menjadi banyak pikir

  • Istri Kedua Om Bara   38. Semakin Sulit

    "Tante," Keira akhirnya bersuara, suaranya sedikit bergetar karena tangisannya masih berlansung. "Saya menghargai benget perhatian Tante dan tahu maksud Tante baik. Tapi... maaf, saya rasa saya belum siap untuk hal itu."Keira berani bersuara karena setelah memdangi wajah Vera beberapa saat, sepertinya ia bisa membaca kalau Tante Vera agaknya belum mengetahui kalau dirinya hamil anak Om Bara. Kalau pun tahu, ia yakin reaksi Tante Vera tak mungkin masih menunjukan rasa perhatian padanya.Sementara itu, Vera menghela napas panjang, matanya menatap Keira dengan campuran antara simpati dan determinasi. "Keira sayang, Tante mengerti ini bukan hal yang mudah. Tapi coba pikirkan masa depan anak-anakmu. Mereka butuh sosok ayah."Keira menggigit bibirnya. "Saya tahu, Tante. Tapi... saya mohon, beri saya waktu. Saya belum siap untuk membuka hati saya untuk orang lain."Vera menggenggam tangan Keira lembut, namun ada ketegasan dalam suaranya saat ia berkata, "Keira, Tante tidak memintamu untuk j

Latest chapter

  • Istri Kedua Om Bara   Ekstra Part The Last

    Dua bulan berlalu sejak Keira diperbolehkan keluar dari rumah sakit dan pulang ke rumah. Keira memutuskan untuk berhenti sejenak dari pekerjaannya di perusahaan peninggalan Papanya. Toh ternyata suaminya mampu memimpin dan menangani urusan kantor mengantikan dirinya dengan sangat baik. Keputusan ini juga dipengaruhi oleh keinginannya untuk benar-benar mencurahkan waktu pada Raka, anak bungsunya. Karena saat Aurora dan Sabiru masih bayi, Keira hanya punya waktu sebentar untuk merawat mereka."Wajahnya mirip sekali denganmu, Mas. Hanya bibirnya saja yang mirip dengan Keira," ujar Vera dengan nada lembut sambil menggendong bayi mungil itu.Bara menatap Vera sambil tersenyum hangat. "Penilaianmu memang benar, Ve."Vera mengangguk pelan, tersenyum pada suaminya, dan dengan hati-hati meletakkan Raka yang sudah tertidur kembali ke dalam boksnya. "Sepertinya sudah waktunya aku untuk minum obat dan vitamin, Mas. Aku mau kembali ke kamar."Bara meraih tangan Vera sejenak, menatapnya dengan p

  • Istri Kedua Om Bara   Ekstra Part 3

    "Tante buatkan susu untukmu, Kei," ujar Vera, meletakkan segelas susu hangat di hadapan Keira yang tengah duduk membaca buku. Tatapan Vera lembut, penuh perhatian, meski wajahnya masih tampak lelah karena baru pulih dari cedera kecelakaan yang membuatnya sulit berjalan selama hampir setahun ini.Keira mendongak, menatap Vera dengan khawatir. "Aduh, Tante kan baru bisa jalan lagi. Aku cuma enggak mau Tante sampai kelelahan dan kenapa-kenapa kalau terlalu banyak bergerak hanya untuk membuatkan aku susu atau melakukan hal lain."Vera tersenyum kecil, menepuk tangan Keira dengan lembut. "Sudahlah, Kei. Justru Tante harus banyak gerak supaya otot kaki Tante tidak lemas dan bisa berjalan lebih lancar lagi. Anggap saja Tante memperlakukanmu dengan baik untuk menebus semua sikap buruk Tante padamu dulu. Sekarang minumlah susunya, sebelum menjadi dingin."Keira mengangguk pelan, merasa tersentuh oleh kebaikan Vera. "Baiklah, Tante. Makasih," ujarnya denga

  • Istri Kedua Om Bara   Ekstra Part 2

    "Huek!" Keira tiba-tiba merasa mual sesaat setelah ia menaruh sendok makan siangnya. Wajahnya langsung pucat. Ia menutup mulut dan berlari ke arah toilet pribadi di ruangan kerja Bara. Melihat itu, Bara dengan sigap mengikuti langkah Keira, khawatir istrinya sakit. Sesampainya di toilet, Bara langsung meraih rambut Keira dengan tangan kirinya, memegangnya agar tidak mengganggu. Sementara tangan kanannya dengan lembut memijat tengkuknya. "Kamu sakit?" tanyanya dengan raut wajah yang menyiratkan perhatian sekaligus kecemasan. Keira mengambil napas sejenak setelah muntah. "Aku enggak merasa sakit, Mas. Sebelumnya juga baik-baik saja," ucapnya sambil mengatur napas. "Cuma, enggak tahu kenapa akhir-akhir ini setiap habis makan aku mual banget. Apa mungkin aku salah makan atau…jangan-jangan…" Matanya tiba-tiba membulat, seolah baru menyadari sesuatu. Keira baru menyadari sesuatu yang akhir-akhir ini sering ia rasakan di tubuhny

  • Istri Kedua Om Bara   Ekstra Part 1

    "Aku masih enggak percaya kita bisa sampai di titik ini, Mas" ujar Keira lembut. Mereka tengah menikmati malam terakhir dari bulan madu singkat mereka di pulau pribadi Bara.Bara menggenggam tangan Keira, menatap mata istrinya penuh kasih. "Aku juga masih tidak percaya bisa mendapatkan kesempatan kedua darimu, Kei. Terima kasih sudah mau kembali bersamaku lagi. Aku janji akan selalu menjaga kepercayaan yang kamu berikan."Keira tersenyum hangat, rona bahagia terlihat jelas di wajahnya. "Aku percaya dan kasih kesempatan buat Mas karena aku senang telah melihat perubahan Mas. Terutama cara Mas mengendalikan emosi dan kecemburuan. Itu membuat aku yakin kalau kita bisa memulai lembaran baru bersama kamu, Mas."Mereka duduk di sofa yang menghadap ke pemandangan malam pantai di pulau itu. Hamparan pasir putih berkilau diterpa sinar bulan, menyuguhkan pemandangan tenang yang hanya mereka nikmati berdua. Pantai itu ternyata masih seindah dulu saat terkahir kali m

  • Istri Kedua Om Bara   110. Malam Pengantin

    "Aurora, Sabiru, ayo main sama Bella di kamar sebelah?" bujuk Tasya dengan lembut setelah resepsi Bara dan Keira selesai. "Kita bisa pesan pizza dan nonton film kartun kesukaan kalian!""Tapi aku mau tidur sama Mama dan Papa..." rengek Aurora, menggenggam tangan Keira.Kevin mengeluarkan sesuatu dari sakunya. "Lihat nih, Kak Kevin punya voucher buat beli mainan besok. Kalian bisa pilih mainan apa aja yang kalian suka."Mata Sabiru langsung berbinar. "Beneran Kak? Aku mau robot transformer!""Aku mau rumah-rumahan yang besar," timpal Bella bersemangat."Kalau gitu aku juga mau boneka barbie yang baru!" Aurora ikut tertarik.Keira tersenyum melihat antusiasme anak-anak. "Mama janji

  • Istri Kedua Om Bara   109. Tanpa Dendam Kebencian

    Sebulan berlalu dengan cepatnya. Bara dan Keira pun akhirnya sepakat untuk kembali mengarungi biduk rumah tangga setelah Bara melamar Keira dengan begitu menyentuh hati Keira dan membuat Keira tak bisa menolaknya.Lagi pula selama sebulan ini, Keira melihat sendiri betapa Om Bara berusaha memenuhi janjinya. Lelaki itu tak lagi menunjukan cara cemburu yang berlebihan dan kasar seperti dulu, saat Keira terlibat interaksi dengan Arka atau lelaki lain yang kebanyakan merupakan kolega kerjanya. Oleh karena itu, tak ada lagi keraguan dalam hati Keira untuk menerima lamaran Bara.Hari ini, sebelum acara ijab kabul dilaksanakan, Keira berdiri di hadapan cermin, jemarinya gemetar merapikan setelan kebaya pengantinnya yang sederhana tetapi elegan.Berbeda dengan pernikahan pertamanya yang penuh keterpaksaan, kali ini ia

  • Istri Kedua Om Bara   108

    “Sebaiknya kita tidak usah kembali ke kantor lagi karena Om mau mengajakmu menjemput Aurora dan Sabiru di sekolah mereka sore ini. Apa kamu tidak keberatan?”Ia mengangguk lemah sambil menyeka hidungnya. Matanya yang sembab masih terlihat sedikit memerah. Suaranya terdengar serak ketika menjawab.“Aku enggak keberatan, tapi ini kan masih siang Om? Kalau enggak balik lagi ke kantor, kita mau melakukan apa untuk menunggu sampai jam kepulangan mereka?”Bara tersenyum tipis, mencoba mencairkan suasana. “Bagaimana kalau kita jalan-jalan sembari menunggu jam pulang sekolah anak-anak tiba?”Namun Keira tampak enggan. Tatapan matanya kosong dan pandangannya terasa hampa, seolah pikiran masih terjebak dalam lingkaran kesedihan yang baru saja dialaminya. “Entahlah, Om. Tapi aku lagi enggak ingin melakukan apa-apa, selain duduk di kursi kerjaku dan menyibukan diri dengan pekerjaan,” jawab Keira apa adanya.Perkataan positif Bara yang penuh dukungan untuknya, memang melegakan sebagai besar hati

  • Istri Kedua Om Bara   107. Menyingkap Tirai Masa Lalu

    Beberapa saat setelah Arka pergi, Keira pun keluar dari restoran tempat ia bertemu dengan Arka. Langkahnya tertatih, ekspresi wajahnya campur aduk antara sedih, lega, dan terluka. Hembusan angin seolah turut membawa beban emosi yang berat dari dalam dirinya. Di hapusnya sisa air mata di sudut matanya ketika memasuki mobil Om Bara.Udara di dalam mobil terasa berat, dipenuhi emosi yang beradu-padu menyiksa diri Keira. Keheningan yang mencekam perlahan mencair ketika suara Om Bara membelah kesunyian.“Jangan paksa dirimu untuk tidak menangis, Kei.” ujar Bara dengan lembut.” Om tahu pasti berat untuk kamu karena harus menyampaikan kalau kamu yang lebih memilih Om di bandingkan Arka. Jadi, menagis lah sampai kamu merasa lega.”Bara langsung menahan tangan Keira yang mengusap air mata yang jelas-jelas masih mengalir di wajah cantik wanita itu.“Tapi aku enggak ingin terlihat lemah di hadapan Om. Aku juga takut Om bisa salah paham karena melihatku menangis setelah bertemu dengan Arka. Nanti

  • Istri Kedua Om Bara   106. Lelaki Pilihan Keira

    Keesokan paginya, Keira bertemu dengan Om Bara di sebuah kafe kecil dekat kantornya, tempat yang cukup privat untuk pembicaraan sepenting ini."Om," Keira berkata pelan, jemarinya menggenggam cangkir kopi yang masih mengepul di hadapannya.Om Bara menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Ada apa, Keira?"Keira menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan detak jantungnya yang semakin cepat. Ia sudah memikirkan ini berulang kali, menghabiskan malam-malam tanpa tidur memikirkan keputusan yang akan ia sampaikan hari ini."Setelah berpikir panjang..." Keira menggigit bibirnya sejenak, "aku... aku memutuskan mau mencoba membuka hati lagi untuk Om."Mata Bara melebar, tampak tak percaya dengan apa yang baru saja di

DMCA.com Protection Status