"Mommy-nya Dio tadi bilang apa saja sama kamu?"
Cara dan Alvaro sekarang sedang berada di restoran ayam cepat saji karena Cara tiba-tiba saja ingin makan ayam goreng tepung. Padahal Cara sudah banyak membeli jajajan saat berda di taman.
"Kak Alexandra tadi nanyain kabar aku," jawab Cara seraya mengambil sepotong paha ayam goreng lalu mencelupkannya ke saos sebelum dimakan.
"Hanya itu?" Alvaro menatap Cara dengan lekat karena mustahil jika Alexandra hanya menanyakan kabar.
Cara menyedot Ice Latte Brulee-nya sebelum menjawab pertanyaan Alvaro. "Kak Alexandra memintaku untuk tinggal kembali di mansion keluarga Mahendra."
Alvaro terenyak, jantungnya seolah-olah berhenti berdetak selama beberapa saat mendengar jawaban yang keluar dari bibir mungil Cara. Dia benar-benar tidak menyangka kakak sepupu Jafier itu meminta Cara untuk kembali ke mansion keluarga Mahendra.
Apa gad
Ada yang bisa nebak kira-kira anak Caramell dan Alvaro laki-laki atau perempuan? 😆 Terima kasih sudah baca 💚 Salam hangat, ~ Aeris Park 🌻
Alvaro mengemudikan Mercedes Benz G65 miliknya sedikit kencang menuju rumah sakit. Sebelum pergi dia menyempatkan diri untuk menelepon dokter yang akan membantu proses persalinan Cara. "Kamu tenang ya, Sayang. Sebentar lagi kita sampai di rumah sakit," ucapnya sambil mengecup jemari Cara sekilas. Dia berusaha keras agar tetap terlihat tenang meskipun sekarang sedang dilanda panik luar biasa. Cara tanpa sadar meremas tangan Alvaro dengan erat karena perutnya semakin terasa sakit. Padahal waktu tempuh dari rumah ke rumah sakit hanya empat puluh lima menit. Namun, entah kenapa Cara merasa waktu perjalanan kali ini sangat lama karena bayi di dalam perutnya terus saja bergerak. Seolah-olah merangkak mencari jalan keluar. "Sshh ...." Cara merintih. Alvaro pun menambah laju kecepatan mobilnya agar cepat tiba di rumah sakit karena tidak tega melihat Cara merintih kesakitan. Lima be
Bayi cantik itu bernama Mellodia Embun Dinata. Alvaro sengaja memberi nama Mellodia agar anak perempuannya itu kelak tumbuh menjadi gadis yang cerdas, pemberani, percaya diri, dan juga setia. Dia menambahkan nama Embun di tengah karena Mello datang pada saat yang tepat. Bayi mungil itu seolah-olah memberi kesejukan dan kedamaian pada keluarga kecilnya seperti embun yang membasahi daun-daun dan rumput di pagi hari. "Kamu setuju kan, kalau anak kita diberi nama Mellodia Embun Dinata?" "Em ...." Cara terlihat berpikir. "Mellodia? Apa nama itu gabungan dari nama kita, Roo?" Kening Alvaro berkerut dalam mendengar ucapan Cara barusan. "Gabungan gimana?" tanyanya tidak mengerti. "Mell, diambil dari Caramell. Sedangkan Odia diambil dari nama panjangmu, Alvaro Dinata. Lalu digabung menjadi Mellodia. Bukankah seperti itu?" Mulut Alvaro menganga lebar. Dia tidak berpikir sampai
"Siapa?" tanya Felix penasaran karena Alvaro memilih mengabaikan panggilan yang masuk di ponselnya. "Bukan siapa-siapa." Alvaro menjawab pertanyaan Felix seraya memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celana. Namun, tidak beberapa lama kemudian ponselnya kembali bergetar, akan tetapi Alvaro memilih mengabaikannya. Dia lebih memilih memandangai wajah sang buah hati yang sedang tertidur lelap dalam gendongan Felix. Mello terlihat sangat lucu dan menggemaskan, membuatnya tidak pernah merasa bosan memandangi wajah malaikat kecilnya itu. "Bagaimana rasanya menjadi seorang ayah, Al?" Entah kenapa Felix tiba-tiba ingin memiliki seorang bayi setelah melihat Alvaro memiliki seorang putri yang cantik seperti Mello. "Rasanya tidak bisa dijabarkan. Tapi yang jelas aku amat sangat bahagia," jawab Alvaro sambil mengecup pipi Mello dengan penuh sayang. Aroma minyak telon bercampur dengan parfum b
Felix sontak berhenti melangkah karena tanpa sengaja melihat Alvaro duduk termenung sendirian di taman rumah sakit. Tanpa berpikir panjang dia pun bergegas menghampiri sahabatnya itu. "Heh! Melamun terus!" "Akh ...!" Alvaro memekik karena Felix memukul bahunya lumayan keras. "Sakit, Bodoh!" sengitnya dengan mata melotot. Namun, Felix malah terkekeh tanpa dosa. "Melamun terus. Kesambet setan penunggu rumah sakit baru tahu rasa!" ucapnya sambil mendudukkan diri tepat di samping Alvaro. Alvaro malah menyeringai. "Aku nggak mungkin kesambet karena setannya takut sama aku." Felix menghela napas panjang. "Iya, betul. Kau memang lebih menyeramkan dari pada setan." "K-kau?" Alvaro sontak melotot. Rasanya dia ingin sekali memukul kepala Felik karena sudah membuatnya kesal. Namun, sahabatnya itu bisa menghindari pukulannya dan lagi-lagi malah tertawa tanpa dosa.
"Bunga ini ditaruh di mana, Nyonya?" tanya seorang pelayan yang bekerja di mansion keluarga Mahendra pada Shela."Tolong kamu tarus di sana." Shela menunjuk sebuah meja kecil yang berada tepat di samping piano yang sering Jafier mainkan sejak kecil.Pelayan wanita itu pun bergegas menaruh bunga tersebut di atas meja yang Shela tunjuk.Beberapa pelayan yang bekerja di mansion keluarga Mahendra terlihat sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing karena keluarga Mahendra akan mengadakan acara reuni kecil-kecilan. Ada yang menyiapkan hidangan, membersihkan rumah dan halaman depan, serta menghias ruangan agar terlihat lebih menarik dan membuat tamu yang datang tidak akan merasa bosan mengikuti acara yang selalu digelar tiap enam bulan sekali oleh kakek Jafier tersebut.Para pelayan mengerjakan pekerjaan rumah dengan cekatan karena sudah paham dengan tugas masing-masing.Shela beranjak ke dapur
Jafier mengemudikan Audy R8 miliknya dengan perasaan berbunga-bunga. Beban di kedua pundaknya seolah-olah terangkat setelah sang ibu memberi dukungan pada dirinya agar semangat mendekati Cara. Sekarang tidak akan ada lagi orang yang bisa menghalanginya untuk bersatu dengan gadis itu. Sekali pun itu kakeknya. Jafier merasa sangat menyesal kenapa dulu begitu tergesa-gesa pergi meninggalkan Cara. Seharusnya dia memastikan dulu kebenarannya sebelum memutuskan untuk pergi. Namun, percuma saja dia menyesali semuanya karena dia tidak akan bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaiki kesalahannya. Lebih baik sekarang dia berusaha mendekati Cara agar kembali jatuh ke dalam pelukannya. Lagi pula dia sangat yakin jika gadis itu masih memiliki perasaan yang sama pada dirinya. Jafier menurunkan kaca mobilnya lalu mengeluarkan s
Tubuh Cara menegang, jantungnya seolah-olah berhenti berdetak mendengar ucapan Jafier barusan. Lelaki itu pasti bebohong. Iya, pasti. "Aku berkata sungguh-sungguh, Caramell." Cara masih bertahan di posisinya. Sementara Alvaro tidak tahu harus berkata apa. Dia benar-benar terkejut mendengar ucapan Jafier barusan, sama seperti Cara. Apa benar jika Jafier dan Cara bukan saudara kandung? "Anda jangan main-main, Mr. Mahendra? Saya sudah cukup sabar menghadapi Anda. Jadi, stop! Jangan pernah mengganggu istri saya lagi." Alvaro ingin pergi meninggalkan Jafier, tapi langkahnya tertahan karena mantan kekasih Cara itu kembali bicara. "Aku tidak berbohong, Caramell," ucap Jafier mengabaikan ancaman Alvaro. "Selama ini Kakek telah berbohong padaku karena dia tidak suka aku menjalin hubungan denganmu. Aku merasa sangat bodoh karena percaya deng
Alvaro berdiri mematung dengan mata mengerjab-ngerjab dan jantung yang berdetak hebat karena terkejut dengan apa yang Cara lakukan barusan.Sedikit pun dia tidak pernah menyangka Cara tiba-tiba mengecup bibirnya. Rasanya sungguh gila dan membuat jantungnya berdebar-debar.Rasa panas sontak menjalari wajah Alvaro meninggalkan semburat merah di kedua pipinya, bahkan merambat hingga ke telinganya.Debaran jantungnya semakin tidak jelas karena Cara menatapnya begitu lekat. Gadis itu seolah-olah magnet yang berhasil menarik seluruh perhatiannya hingga membuatnya tidak mampu melihat ke arah lain.Ini benar-benar gila.Sepertinya Alvaro telah jatuh hati terlalu dalam pada gadis polos dan ceroboh seperti Cara."Aku mencintaimu, Roo," bisik Cara terdengar merdu di telinganya.Seharusnya Alvaro merasa bahagia. Namun, dia hanya diam, menatap Cara dengan pandangan yan