Home / Romansa / Istri Kedua CEO Ternyata Cantik Jelita / Tragedi Lama yang Menyakitkan

Share

Tragedi Lama yang Menyakitkan

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2024-10-17 07:07:37

Tuan Marco menarik napas dalam, tidak segera menjawab pertanyaan putrinya. Almeera pun mencoba mencairkan suasana dengan senyum, meski ada keraguan dalam hatinya. 

“Aku akan merawat dan menemani Papa sampai Papa sembuh total. Kalau ada yang Papa inginkan, katakan saja, aku pasti berusaha memenuhinya.”

Tuan Marco masih bungkam, pikirannya berputar. Akhirnya, ia menatap Almeera dalam-dalam dan berkata dengan suara bergetar, “Meera, bagaimana kalau yang aku inginkan adalah … kamu berpisah dari Kaisar?”  

Almeera terkejut, seolah seluruh dunianya terbalik. Ia menatap ayahnya dengan mata melebar, tidak percaya pada apa yang baru saja ia dengar. Kata-kata sang ayah mengguncang seluruh perasaannya. 

“Papa, apa maksudnya? Kenapa aku harus berpisah dari Kaisar?” tanyanya lirih, hampir tak sanggup memproses kata-kata itu. 

Tuan Marco menatap Almeera dengan sorot mata yang sulit diartikan—ad

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri Kedua CEO Ternyata Cantik Jelita   Antara Cinta dan Keluarga

    Almeera merasa tubuhnya lemas. Ia hampir tak sanggup bernapas. Kisah tragis yang ia dengar membuatnya terpukul. Masih sulit baginya untuk percaya bahwa Tuan Barata bisa berbuat sekejam itu. “Itu sebabnya, Meera ...” Tuan Marco menatapnya dengan penuh harap. “Aku tidak bisa menerima pernikahanmu dengan Kaisar. Dia adalah keturunan keluarga yang telah menghancurkan hidup Clarisa dan membuat keluarga kita menderita. Aku tidak bisa membiarkanmu terjebak di lingkaran gelap itu.” Almeera terdiam lama. Jiwanya seperti tercabik-cabik. Di satu sisi, ia mencintai Kaisar dengan segenap hatinya dan merasa aman di sisinya. Namun di sisi lain, peristiwa kelam yang baru saja ia dengar dari ayahnya, membuatnya meragukan semua yang selama ini ia yakini. “Papa...” Almeera berbisik lirih, matanya penuh dengan air mata. “Aku... aku tidak tahu harus bagaimana...” Tuan Marco menggenggam tangan Almeera, meski tenaganya masih lemas. “Tolong...tinggalkan Kaisar. Papa tidak akan membiarkanmu hidup dalam

    Last Updated : 2024-10-17
  • Istri Kedua CEO Ternyata Cantik Jelita   Bersiap Melindungi Calon Pewaris

    Ruangan langsung bergemuruh. Beberapa orang berdiri dari kursinya, sementara yang lain tampak tercengang dan mulai berbisik-bisik. Kaisar seketika membeku di tempat, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Ia langsung turun dari panggung, menghampiri Reval yang juga berdiri dari kursinya. Reval ikut terperangah, wajahnya tak kalah kaget. "Opa sudah pulang, Kak?" bisik Reval pelan, seperti tidak yakin dengan penglihatannya. Lalu, sosok itu muncul di ambang pintu. Tuan Barata, kakek mereka, berjalan perlahan dengan bantuan tongkat. Hamdan - sang asisten sekaligus pelayan setianya - mendampingi Tuan Barata dengan penuh hormat. Seluruh ruangan menyambut kedatangan sang pendiri perusahaan dengan tepuk tangan meriah. Meski jalannya pelan, setiap langkah pria tua itu memancarkan kewibawaan dan keteguhan yang sulit tergoyahkan. Rambutnya yang putih bersih membuatnya terlihat seperti sosok legenda yang kembali dari pengasingan. Kaisar dan Reval segera bergerak menghampiri s

    Last Updated : 2024-10-18
  • Istri Kedua CEO Ternyata Cantik Jelita   Suami atau Ayah

    Almeera duduk gelisah di samping Nyonya Diana. Di hadapan mereka, pintu kamar rawat tertutup rapat, seakan menjadi penghalang bagi rasa khawatir yang membuncah di dada. Almeera menggenggam erat jari-jarinya sendiri, berusaha menahan pikiran buruk yang menghantui. Ia mengintip ke arah Nyonya Diana, yang duduk kaku di kursi. Ekspresi perempuan paruh baya itu nampak tegang.Langit-langit rumah sakit terasa semakin rendah, menyekap mereka dalam ketidakpastian. Setiap detik berjalan lambat, saat seseorang yang mereka cintai sedang berjuang di dalam. Beberapa menit kemudian, dokter keluar dengan langkah cepat. Wajahnya terlihat serius, seperti hendak mengatakan sesuatu yang genting.“Bagaimana, Dok?” tanya Nyonya Diana dengan suara yang bergetar . Dokter menghela napas, “Kondisi Tuan Marco sudah stabil, tapi—sepertinya Beliau mengalami tekanan mental yang berat. Ini memperburuk kondisi kesehatannya.” Almee

    Last Updated : 2024-10-19
  • Istri Kedua CEO Ternyata Cantik Jelita   Penolakan Almeera

    Sesudah terlibat pembicaraan serius di kafe, Almeera dan Nyonya Diana kembali ke kamar rawat dengan langkah pelan. Suasana ruangan hening, hanya terdengar bunyi lembut monitor detak jantung dan napas Tuan Marco yang teratur. Almeera duduk di kursi samping brankar, mengusap lembut jemari Tuan Marco, berharap sentuhan itu dapat memberi sang ayah kekuatan untuk bertahan. Mata Almeera menatap sayu wajah ayahnya. Di sana, ada luka-luka masa lalu dan rasa sakit yang baru saja terkuak. Hatinya tersayat, seolah setiap helaan napas Tuan Marco yang lemah menjadi pengingat akan pengorbanan yang telah ia lakukan untuknya. Sebuah pengorbanan yang membuat Almeera semakin tenggelam dalam dilema. “Sebaiknya Tante pulang dan istirahat dulu. Tante kelihatan lelah sekali,” kata Almeera tanpa menoleh, masih sibuk membelai tangan ayahnya. “Biar aku yang menjaga Papa sampai sore.” Nyonya Diana menggeleng tegas. “Aku akan tetap di sin

    Last Updated : 2024-10-20
  • Istri Kedua CEO Ternyata Cantik Jelita   Perang Segera Dimulai

    Karenina langsung melepas masker dan kacamata saat mobil yang membawanya melintasi gerbang mansion. Begitu roda kursi di dorong keluar oleh sopir, Karenina menghirup napas dalam-dalam. Wajahnya tampak tenang, tetapi pikirannya masih berkecamuk. Pertemuannya dengan Jerico di penjara tadi meninggalkan rasa geram yang menggantung di hati.Setelah memastikan kursi rodanya kokoh di atas lantai granit yang mengkilap, Karenina mengatur napas dan meluruskan posisi tubuhnya. Berusaha tampak lemah, seperti perempuan rapuh yang memerlukan perlindungan. Ia harus tetap memegang kendali, dan kursi roda ini adalah tameng sempurna.Namun, baru saja ia menarik napas lega, kursi rodanya berhenti mendadak di ruang tengah. Di sofa besar berlapis beludru biru, duduklah Hana. Karenina terpaku sejenak. Ia tidak menyangka tantenya sudah kembali ke mansion secepat itu.“Kamu dari mana?” tanya Hana lembut tetapi penuh selidik. “Kenapa tidak mengajak perawatm

    Last Updated : 2024-10-21
  • Istri Kedua CEO Ternyata Cantik Jelita   Lepaskan, Kaisar!

    Hana dan Karenina keluar dari pintu utama, tepat saat mobil hitam mewah berhenti di depan mansion. Pintu mobil terbuka, dan seorang pria tua keluar dengan bantuan tongkat. Tuan Barata, dengan postur yang masih terlihat bugar di usianya, berjalan perlahan dengan dikawal oleh Hamdan yang tampak siaga.Sinar mata Tuan Barata menyorot tajam, berkelana ke seluruh penjuru mansion. Ia menelusuri setiap sudut dengan kecermatan yang tak pernah lengah. Nampaknya, lelaki tua itu ingin memastikan bahwa istana yang telah dia bangun dengan jerih lelah tetap berdiri kokoh selama dia tinggalkan.“Selamat datang, Pa.” Hana menyambut dengan nada dingin begitu pria tua itu melangkah ke dalam rumah. “Kenapa Papa pulang tiba-tiba begini? Kalau Papa memberitahu sebelumnya, aku akan mempersiapkan sambutan yang lebih layak.”Tuan Barata tersenyum tipis, tetapi tidak memberikan komentar. Hamdan tetap berdiri di belakangnya dengan patuh, seakan paham b

    Last Updated : 2024-10-22
  • Istri Kedua CEO Ternyata Cantik Jelita   Sifat Lamaku Bisa Kembali

    Karenina tersentak dan langsung membantah dengan suara lantang. “Itu hanya salah paham, Opa! Saya tidak pernah mengkhianati Kaisar, justru dia yang menyakiti hati saya dengan menikahi Almeera.”Tuan Barata hanya tersenyum tipis, sebuah senyuman yang lebih terasa seperti ancaman daripada rasa iba. Ia melirik Hamdan, memberi isyarat halus. Tanpa berkata-kata, Hamdan segera membuka tas kerjanya dan mengeluarkan sebuah ponsel, lalu menyerahkannya kepada Tuan Barata.“Ini bukti bahwa apa yang kamu sebut salah paham adalah sebuah kenyataan,” kata Tuan Barata, suaranya tajam seperti pedang.Lelaki tua itu membuka galeri di ponselnya dan memperlihatkan rekaman video kepada Karenina. Di layar itu, terlihat Jerico sedang memeluk erat pinggang Karenina sembari berjalan masuk ke sebuah hotel mewah. Video berikutnya menampilkan adegan mereka yang menikmati makan malam romantis, hanya berdua dengan lilin menyala di atas meja. Senyum di wajah Karenina dan Jerico pada video itu terlihat sangat mesra.

    Last Updated : 2024-10-22
  • Istri Kedua CEO Ternyata Cantik Jelita   Sebuah Pelarian

    Tuan Barata menuju ke kamar tidurnya didampingi oleh Hamdan, meninggalkan Karenina sendirian dalam kesunyian. Perasaan campur aduk—antara marah, takut, dan frustrasi. Pandangannya tajam, penuh dendam. Perlahan, ia menggerakkan kursi rodanya, menggulir dengan tenaga yang tersisa, menuju sayap lain dari mansion itu. Hanya satu orang yang bisa menolongnya dalam keadaan seperti ini—tantenya, Hana.Bunyi kursi roda Karenina terdengar samar di sepanjang koridor, hingga ia tiba di kamar Hana. Tanpa mengetuk, ia segera membuka pintu dan masuk, matanya membara oleh kemarahan yang masih menyala-nyala. Hana yang sedang duduk di depan meja rias, langsung bangkit untuk menyongsong kedatangan keponakannya itu.“Tante, ternyata apa yang aku cemaskan benar-benar terjadi. Opa Barata sudah mengancamku,” keluh Karenina dengan suara serak, penuh emosi. “Dia memintaku keluar dari mansion ini paling lambat besok pagi. Kalau tidak, dia akan membongkar semuanya. Kakek tua itu menyimpan foto dan video yang m

    Last Updated : 2024-10-23

Latest chapter

  • Istri Kedua CEO Ternyata Cantik Jelita   Cinta yang Sempurna (END)

    Begitu Kaisar tiba di lobi, sopir sudah menunggu di depan, membuka pintu mobil secepatnya agar Kaisar bisa langsung masuk.Ketika mobil melaju kencang, Kaisar mengeluarkan ponsel dan menelepon kakeknya, Tuan Barata. “Bagaimana keadaan Meera, Opa?” tanya Kaisar cemas.Di ujung sana, Tuan Barata segera menjawab, “Kami sudah dalam perjalanan ke rumah sakit. Perut Almeera masih mengalami kontraksi.”Kaisar menoleh ke sopirnya. “Lebih cepat, Pak. Cari jalan pintas kalau perlu. Kalau masih macet, saya akan naik ojek saja,” desaknya tak sabar.Sementara itu, di rumah sakit, Almeera baru saja tiba dan langsung dibawa oleh tim perawat ke ruang bersalin. Nenek Gayatri dan Bi Yuli mendampingi, wajah mereka penuh kekhawatiran sekaligus antusiasme. Saat perawat memeriksa Almeera, ternyata pembukaan jalan lahir hampir lengkap. Perawat bergegas menghubungi dokter kandungan yang menangani Almeera.Almeera meringis, menahan nyeri yang semakin kuat dan bergelombang, datang seperti badai yang tak dapat

  • Istri Kedua CEO Ternyata Cantik Jelita   Sembilan Bulan

    Dengan mata yang masih berat, Almeera mengerjap sambil menyibakkan selimut, menyingkapkan perutnya yang sudah besar dan bulat—memasuki bulan kesembilan. Saat ini, ia tidak leluasa lagi bergerak seperti dulu. Ia harus berjalan lebih pelan serta membatasi kegiatan sehari-hari, karena pinggang dan kakinya mudah pegal. Meski begitu, Almeera menikmati semua perubahan ini sebagai bagian dari perjuangannya menjadi seorang ibu.Kaisar sudah terbangun lebih dulu, lalu duduk di tepi ranjang. Ia memandangi sang istri dengan penuh kasih.Kaisar tersenyum lembut sambil meraih kaki Almeera dan mulai memijat perlahan, membebaskan beban dari telapak kaki yang menahan berat tubuh istrinya.“Enak, Sayang?” bisik Kaisar sambil melanjutkan pijatannya.Almeera mengangguk kecil, matanya masih setengah terpejam. “Enak sekali. Kamu tidak perlu memijatku setiap hari, Hubby.”“Justru aku senang melakukannya. Ini mungkin satu-satunya cara supaya aku merasa berguna untukmu,” kata Kaisar dengan sorot mata berbina

  • Istri Kedua CEO Ternyata Cantik Jelita   Kehangatan Keluarga

    Percakapan di meja makan berlanjut dengan penuh tawa. Tuan Barata sesekali membuat lelucon yang membuat Nenek Gayatri tertawa malu-malu, hingga suasana di mansion menjadi begitu akrab. Tak ada lagi jejak perselisihan maupun kesedihan yang tersisa. Selepas makan siang, Tuan Barata menawarkan Nenek Gayatri untuk beristirahat di kamar yang telah disiapkan. “Bi Yuli akan mengantarkan Anda ke kamar, Bu Gayatri. Istirahatlah dulu, setelah perjalanan panjang pasti Anda lelah.”Nenek Gayatri mengangguk, mengucapkan terima kasih kepada Tuan Barata dan mengikuti Bi Yuli. Langkah perempuan tua itu diiringi oleh Rifki yang melompat-lompat kegirangan karena bisa kembali ke mansion besar itu.Sementara itu, Kaisar melingkarkan tangannya di pinggang Almeera. Mengajak sang istri untuk meninggalkan ruang makan.“Kita juga istirahat, ya? Nanti malam, kita akan membawa Nenek Gayatri serta Rifki ke rumah Tuan Marco.”Almeera mengangguk setuju. Perjalanan mereka cukup panjang dan menguras tenaga, dan ia

  • Istri Kedua CEO Ternyata Cantik Jelita   Cinta Tak Berbatas Usia

    Almeera mengangguk pelan, tahu betapa pentingnya kehadiran Mirza bagi sang nenek. Walaupun ia merasa tak enak hati sesudah pertemuan terakhir mereka di Jakarta, tetapi ia memang perlu berterima kasih kepada Mirza. Terlebih, Mirza adalah teman masa kecil sekaligus sosok yang pernah dekat dengan hidupnya. Ketika Nenek Gayatri menyampaikan niatnya pada Kaisar, Almeera melihat kekhawatiran di mata suaminya. Kaisar berdiri di samping mereka dengan rahang mengeras, seperti mencoba menyembunyikan perasaan cemburu yang samar. “Hubby, temani aku ke rumah Kak Mirza, ya,” pinta Almeera lembut, ingin memastikan Kaisar tidak salah paham. Setelah beberapa detik terdiam, Kaisar akhirnya mengangguk. Mereka pun berjalan bersama menuju rumah Mirza, yang tak terlalu jauh dari tempat tinggal Nenek Gayatri. Setibanya di sana, Mirza membuka pintu dan tampak terkejut melihat kedatangan Almeera. Lebih terkejut lagi ketika melihat bahwa Almeera datang bersama Kaisar, seorang pria asing yang belum pernah i

  • Istri Kedua CEO Ternyata Cantik Jelita   Meninggalkan Kenangan

    “Hubby, kita menginap satu malam di sini, ya? Aku ingin istirahat, sekalian membantu Nenek berkemas,” pinta Almeera sambil memandang Kaisar dengan harap-harap cemas. Kaisar memandangi sekeliling kamar yang sederhana, hanya ada dipan kayu tua dan lemari usang. Namun, tanpa ragu, ia tersenyum hangat dan mengangguk. “Asalkan bersama kamu, aku rela tidur di mana saja, Sayang. Lagi pula, aku juga lelah. Aku akan memberitahu Pak Wahyu dulu supaya dia mencari penginapan di sekitar sini,” ucap Kaisar sambil mengusap lembut punggung tangan Almeera.Mendengar itu, hati Almeera menghangat. Kemudian ia menggandeng neneknya menuju kamar, siap membantu Nenek Gayatri mengemasi barang-barangnya. Sambil memasukkan baju-baju ke dalam tas kecil, Nenek Gayatri memandang Almeera dengan mata berkaca-kaca.“Akhirnya kamu bisa bertemu ayah kandungmu, Meera. Dan sekarang kamu punya suami yang bisa menjagamu,” ujar Nenek Gayatri dengan suara bergetar, penuh keharuan.Almeera tersenyum dan menepuk tangan nene

  • Istri Kedua CEO Ternyata Cantik Jelita   Waktunya Berkumpul Kembali

    Nenek Gayatri menoleh cepat, dan sapu di tangannya langsung terjatuh begitu melihat Rifki. Matanya yang sedikit kabur seolah berbinar dengan kegembiraan, saat melihat cucu kesayangannya kembali ke rumah. Namun, bukan hanya Rifki yang membuatnya terkejut. Di belakang Rifki, terlihat Almeera yang berjalan pelan, digandeng oleh seorang pria tampan dengan sosok tinggi dan gagah.“Nenek, aku pulang!” Rifki memeluk neneknya erat-erat, hampir membuat Nenek Gayatri terhuyung ke belakang. Ia tertawa kecil, menepuk-nepuk punggung Rifki dengan penuh sayang.“Rifki... sudah lama sekali Nenek tidak melihatmu, Nak,” kata Nenek Gayatri penuh haru. Lalu pandangannya beralih ke Almeera dan Kaisar, terutama ke Kaisar yang berdiri di samping Almeera dengan senyum ramah.Almeera pun mendekati sang nenek dengan langkah pelan. Seakan tak mampu membendung rasa rindu, Nenek Gayatri menarik Almeera ke dalam pelukannya, erat dan penuh kelegaan. Tubuh rapuhnya bergetar, dan air mata mengalir di pipinya.“Alham

  • Istri Kedua CEO Ternyata Cantik Jelita   Pulang Kampung

    Almeera merasa senang melihat Kaisar kini tampak akrab dengan Rifki. Hubungan antara suaminya dan adiknya yang selama ini kaku mulai mencair. Kaisar bahkan melontarkan beberapa lelucon yang membuat Rifki tertawa. Almeera tahu betapa pentingnya momen ini bagi Rifki, yang dulu sering merasa takut terhadap Kaisar. Setelah barang-barang selesai dimuat ke dalam mobil, mereka bertiga berpamitan kepada kepala asrama dan kepala sekolah Rifki. Kepala sekolah Rifki, seorang wanita berumur dengan rambut yang sudah memutih, sempat berbincang singkat dengan Kaisar, yang dengan ramah menjawab pertanyaan dan memberi penghormatan. Almeera melihat Kaisar tidak hanya bersikap sopan, tetapi juga menunjukkan ketulusan. Seolah Kaisar ingin memperlihatkan bahwa ia tidak hanya peduli pada Almeera, tapi juga pada Rifki, yang telah dianggapnya sebagai keluarga sendiri.Usai berpamitan, mereka bertiga pun naik ke mobil, siap melanjutkan perjalanan menuju kampung halaman Almeera. Sepanjang perjalanan, Rifki t

  • Istri Kedua CEO Ternyata Cantik Jelita   Babak Baru

    Ponsel nyaris terjatuh dari genggaman Almeera. Tubuhnya menegang, dan ia menahan napas, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “A-apa maksudmu, Hubby?” bisiknya, berusaha mengatasi keterkejutannya.“Nina meninggal, Sayang. Dia pergi begitu mendadak,” suara Kaisar terdengar parau dan penuh kesedihan. Almeera menelan ludah, perasaannya berkecamuk, antara terkejut, tak percaya, dan juga rasa iba yang mendalam untuk Kaisar. Karenina, meskipun telah banyak menyakiti dan penuh tipu daya, tetaplah seseorang yang pernah menjadi pasangan hidup Kaisar. Almeera mencoba menenangkan diri, tetapi air mata mulai menggenang di sudut matanya.“Sabar ya, Hubby. Aku akan segera menyusulmu ke Bogor,” jawabnya pelan, suaranya bergetar menahan emosi.“Tidak perlu, Meera. Kami akan membawa Nina pulang ke Jakarta untuk dimakamkan. Kamu tunggu saja di mansion bersama Opa Barata.”Setelah menutup telepon, Almeera berdiri di sana, menatap kosong ke lantai kamar rumah sakit. Hatinya terasa berat,

  • Istri Kedua CEO Ternyata Cantik Jelita   Duka dan Luka

    Raut wajah Kaisar berubah kaku, rahangnya mengeras mendengar pengakuan dari Karenina. Hana yang berada di dekatnya pun menutup mulutnya dengan tangan, matanya terbuka lebar tak percaya. Mereka terdiam, tersentak oleh kenyataan mengejutkan yang terungkap pada detik-detik terakhir ini.Dengan suara bergetar dan pandangan yang samar, Karenina berbisik, "Maafkan aku, Kaisar… Maafkan aku… Aku hanya ingin… meninggal dalam status sebagai istrimu."Kaisar terdiam, matanya memancarkan kegetiran yang dalam. Karenina memandangnya untuk terakhir kali dengan tatapan sendu, lalu menutup matanya perlahan.Kepala Karenina terkulai, dan tangan yang semula menggenggam tangan Kaisar pun perlahan terlepas. Semua terasa berhenti, seakan waktu tak lagi bergerak untuk sesaat.Dokter yang sudah berada di samping tempat tidur Karenina, segera memeriksa detak jantungnya. Dengan cepat, ia memerintahkan Kaisar, Hana, dan Akbar keluar dari kamar rawat untuk membe

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status