Beberapa hari sudah berlalu, Alexa mulai biasa menjalani hidup bahagianya bersama Axel. Naluri keibuannya semakin terasah dengan mengurus Axel seperti anak kandungnya sendiri. Tidak hanya Alexa, Aaron juga merasakan kebahagiaan seperti itu. Melihat anaknya tumbuh dan selalu tersenyum bahagia bersama Alexa, membuat Aaron tidak ingin sedikitpun ada yang mengganggu keluarga kecilnya lagi.Austin yang dalam diam mengamati tingkah Alexa di rumah, juga mulai menerima kalau wanita istimewa itu adalah kakak iparnya. Sama seperti pemikiran kakaknya, jika memang benar Alexa adalah ibu kandung Axel, maka tidak ada yang terbantahkan. Tapi jika Alexa bukan ibu dari keponakannya, mengingat Axel begitu menyayangi Alexa, Austin juga tidak bisa berbuat banyak. Yang ia bisa lakukan hanya menerima Alexa dengan hidup gelapnya dan terus mewaspadai efek dari pernikahan Alexa dengan kakaknya.lalu seperti pagi-pagi sebelumnya, Aaron, Austin, dan Axel duduk di meja makan, sedangkan Alexa terlihat menghidan
“Mama? Axel memanggilmu mama? Ini keterlaluan.” Wanita itu marah dan langsung mendekati keduanya, “Kenapa kau sungguh berani mengajari anak majikan memanggilmu dengan sebutan yang tidak pantas untukmu? Aku, Rachel Hobbs tidak akan membiarkan penghinaan ini, kau tahu!” bentaknya pada Alexa.“Pelayan! Di mana kalian semua, ha?!” sambungnya berteriak memanggil pelayan rumah itu hingga para wanita yang merupakan asisten rumah tangga di rumah itu berlari terbirit-birit ke ruangan depan.Semuanya terlihat syok melihat kedatangan Nyonya Besar Hobbs dan juga terlihat marah pada Alexa. Sementara Alexa berusaha menenangkan Axel yang mulai menangis mendengarkan bentakan sang nenek.“Maafkan kalau aku menyela. Tapi bisakah kita bicara baik-baik dan tanpa membuat Axel takut? Ini tidak baik, Nyonya.” Alexa dengan berani menyela neneknya Axel.“Wanita murahan! Berani sekali kau menyela ucapan nyonya di rumah ini. Kau hanya pengasuh, bukan ibunya Axel! Cepat turunkan Axel dan berikan padaku!” Karina
“Mama, Axel ingin bersama Mama. Axel tidak mau Nenek!” Axel berteriak meminta tolong, “Paman Vin, Paman Kay, aku ingin dengan Mama!” sambungnya meminta bantuan dari dua paman baru yang sudah akrab dengannya.Namun saat Kay ingin maju, Karina maju dan mencegah, “Siapa kalian? Kenapa seenaknya saja masuk ke rumah orang lain?” hardik Karina pada Kay dan Vin.Alexa melirik dua anak buahnya dan memberikan tanda agar tetap diam.“Dan kau. Aku sudah memperingatkanmu untuk pergi dengan baik-baik. Aku tidak tahu siapa kau dan bualanmu barusan tidak pantas didengar, jadi pergilah sekarang juga!” sambungnya memarahi Alexa seolah dialah pemilik rumah itu.Vin dan Kay membelalakkan mata saat wanita asing memarahi dan mengusir bos mereka. Alexa mengeratkan rahangnya, berusaha menahan amarah. Matanya tertutup dan tangannya terangkat untuk menahan dua anak buahnya agar tetap diam.“Aku akan pergi dari sini tapi biarkan aku bicara dengan Axel sebentar. Aku tidak mau kalian menyakiti perasaannya denga
“Aku akui keberanianmu mengalahkan usiamu, Tuan. Tapi sayang sekali karena aku tidak bisa melakukan apapun. Seperti yang kau tahu, aku sudah menikah dan punya anak. Dari mana jalannya aku bisa mengabulkan keinginanmu?” Alexa menjawab santai.“Jika tidak ada lagi yang ingin dibahas selain omong kosong yang kau katakan, mari kita akhiri dan pintu keluar ada di sebelah sana, Tuan Darwin. Atau aku yang akan keluar lebih dulu? Aku mau pulang, masih banyak pekerjaan rumah yang belum kuselesaikan hanya karena aku ingin menghormatimu yang datang ke kantorku.” Sambung Alexa mengusir Darwin secara halus."Tidak, Alexa. Kau tidak bisa pulang! Kalaupun ada tempat untukmu pulang, maka itu adalah rumahku. Aku tidak akan membiarkanmu kembali ke sisi pria sombong seperti Aaron Hobbs itu!" Darwin mulai menunjukkan warna asli dan keegoisannya."Kenapa membawa Aaron dalam percakapan kita? Kau tersinggung karena dibohongi orang-orang dari Keluarga Abbott, tapi kenapa malah membawa suamiku dalam kemarahan
Aaron baru saja tiba di rumah setelah Austin menyuruhnya pulang. Ia kaget karena tidak menyangka ada dokter mereka duduk di ruang tamu dan belum tahu siapa yang sakit.“Kau sedang apa, Dokter? Apa Austin sakit?” tanyanya sedikit cemas karena adiknya itu jarang sekali sakit. Ia juga menoleh pada Karina yang ikut duduk di sana, tapi ia masih enggan menyapa.“Bukan aku, tapi Axel. Dia pingsan setelah nyaris tertabrak mobilku di depan pintu utama.” Austin menjawab ketika baru bergabung di ruang tamu.Aaron membelalakkan mata, “Apa kau gila? Kenapa bisa sampai seperti itu?!” ia jelas marah.“Jangan marah padaku. Tanya saja pada Mama. Mama di dalam bersama Nanny-nya Axel.” Austin menjawab, “Dokter, mari kuantar ke depan. Terima kasih karena sudah repot datang ke sini.” sambungnya berucap pada dokter pribadi mereka dan berlalu meninggalkan Aaron yang mulai geram.Setelah Austin kembali ke ruang tamu, ia pun langsung bertanya lagi,”Di mana Alexa? Bukankah dia akan pergi bersama Axel ke sekola
“Semuanya sudah berkumpul tapi aku tahu kalian tidak akan bicara karena di sini juga ada ibuku.” Aaron berucap dingin sebelum menoleh pada pengawal Axel, “Aku tahu kau pasti tidak akan diam jika aku bertanya tentang bosmu, kan?” “Jawab aku, ke mana bosmu pergi dan apa yang terjadi di rumah ini setelah aku dan Austin berangkat?” Aaron langsung bertanya. “Yang terjadi adalah bos kami pergi setelah dua orang wanita yang ada di hadapan kita datang. Aku juga mendengar perdebatan sebelum bos keluar. Sepertinya saat itu Nyonya itu mengusir bos, dan Axel mengejarnya. Itu saja yang aku tahu, Tuan Aaron.” Anak buah Alexa mengatakan pokok masalah dengan tenang, sambil merujuk ke arag Nyonya Rachel. Aaron langsung menoleh ke Nyonya Rachel, “Benarkah Mama mengusirnya?” “Tentu saja. Aku tidak ingin melihat wanita itu di sini. Bagaimana mungkin dia mengakui dirinya adalah istrimu dengan sikap sombongnya itu padaku?!” Nyonya Rachel tidak repot menutupi kebenciannya, terlebih ketika Alexa tiba-tib
Di dalam kamar Axel, Alexa terduduk di lantai di pinggiran ranjang si kecil. Ia merasa sangat bersalah karena meninggalkan Axel sampai sesedih itu hingga nyaris tertabrak. Kemarahan dan kekesalannya pada perdebatan yang dibuat Nyonya Rachel padanya pun ia hilangkan. Hanya ada rasa bersalah pada si kecil saat ini.“Maafkan aku, Axel. Kalau saja aku tidak meninggalkanmu tadi, pasti kau tidak akan sesakit ini, kan, Nak?” Alexa bergumam pada Axel yang masih terus tertidur. Ia terus membelai wajah Axel yang sejak pertemuan pertama mereka membuat kesan mendalam bagi Alexa.Pintu kamar terbuka dan Aaron masuk dari sana, “Axel belum bangun?” tanyanya.“Hmm, sepertinya dia baru tertidur. Biarkan saja, aku tidak ingin mengganggunya.” Alexa menjawab lemah, “Urusan dengan ibumu sudah selesai? Maafkan aku kalau ucapanku padanya keterlaluan menurutmu.”“Tidak, kau sudah benar. Aku juga sudah mengatakan padamu tentang mamaku, kan? Dia memang keras dan butuh lawan yang seimbang. Kalau aku tega, mungk
Sepanjang malam bercinta membuat tubuhnya lelah. Robert bahkan enggan bangun hingga hari mulai redup lagi. Dan saat membuka mata, bukannya waktu yang ia lihat, melainkan mencari keberadaan sosok tercinta.“Alexa?” gumamnya langsung.Satu hal yang paling penting baginya saat ini hanyalah Alexa. Memikirkan Alexa membuatnya kembali mengingat momentum nikmatnya bersama wanita yang dianggapnya sebagai Alexa semalaman suntuk.Ia begitu bahagia membayangkan kalau wanita yang dulu pernah dicintai, lalu ia buang karena Megan, kini malah bersedia kembali lagi kepadanya.Bahkan penyatuan tubuh yang dulu tidak pernah ia bayangkan saat remaja bersama Alexa, kini menjadi kenyataan. Mengingat itu bahkan membuat adik kecilnya kembali tegak gagah.Robert begitu bersemangat hingga ia pun segera bangkit dari ranjang. Akan tetapi ia tidak menemukan keberadaan Alexa saat matanya terbuka sempurna.“Lexa. Kau di mana, Sayang?” panggilnya dan sangta berharap Alexa menjawab. Tapi sepertinya keadaan tetap heni