Seperti pagi-pagi sebelumnya, Aaron bangun lebih awal dibandingkan dengan Alexa. Tapi beberapa hari belakangan ini ia terlihat menghindari Alexa dengan tidak duduk untuk sarapan bersama.Ketika Alexa bangun dan mendapati hal yang sama dari Aaron pagi ini, ia pun mulai bosan. Ia harus melakukan sesuatu dan itu semua dimulai ketika ia harus rela melepaskan guling dan selimutnya yang nyaman.Alexa sudah mandi ketika mendapati ada Kay di ruang tamu sedang bermain bersama Axel.“Selamat pagi, Bos.” Sapa Kay padanya.“Hmm, pagi. Kenapa tidak memberitahuku kalau mau datang sepagi ini? Kau hanya sendirian? Di mana Vin?” Alexa langsung bertanya ketika ikut duduk dan kecupan selamat pagi dari Axel langsung ia dapatkan.“Memangnya kapan aku dan Vin berani membangunkanmu yang sedang tidur? Lagipula aku sedang bosan di kantor dan sepertinya aku ingin bermain saja dengan Axel.” Jawab Kay santai dan mulai mengganggu Axel yang sudah duduk di samping ibunya.“Hei, Axel harus sekolah. Kau ini,” gerutu
“Ada apa ini? Kenapa kau di sini dan memarahi resepsionis, Ken?” suara Aaron yang tiba-tiba muncul di sana mengagetkan semuanya.Alexa yang awalnya duduk, kini berdiri menyambut suaminya. Tapi alih-alih mendapatkan sapaan diiringi senyuman, Aaron hanya menoleh padanya sedetik dan membuang pandangannya lagi. Dan rasa sakit seketika dirasakan Alexa saat itu juga.“Maafkan aku, Wakil presdir. Aku hanya menjalankan tugas dan memberitahukan pada resepsionis untuk lebih berhati-hati menerima tamu.” Kennan menjawab.Aaron tidak menjawab tapi menoleh pada Karina di belakang Kennan.“kau kembali ke tempatmu.” Ucap aron pada pegawai wanita yang dimarahi Kennan. Setelah itu dia menoleh lagi pada Kennan, “Siapa yang datang lebih dulu?”“Nona Karina yang datang lebih dulu, tapi tidak lama ada Nyonya Alexa yang juga datang.” Jawab Kennan ragu.“Kalau begitu antarkan Karina masuk ke ruanganku. Bawakan dia makanan dan minuman untuk menunggu, sementara aku harus bicara dengan Alexa dulu.” Aaron beruca
Sementara itu Alexa yang kesal karena sikap Aaron begitu aneh dan tak acuh padanya, membuatnya tidak bisa memikirkan hal lainnya selain ingin minum. Ia menghentikan mobilnya di sebuah bar yang buka dua puluh empat jam.Dalam ruangan yang berpencahayaan remang sekalipun masih siang dan juga ditemani music semi disco yang tidak terlalu nyaring, Alexa duduk di depan meja bar tender dengan menyesap tequila di tangannya sampai habis.“Satu lagi.” Ucapnya pada bar tender untuk mengisi ulang gelasnya yang kosong.“Tapi ini masih terlalu siang untuk mabuk, Nona. Apa kau yakin ingin tambah lagi?” pria berseragam pelayan minuman itu memberi Alexa pandangan.“Tidak bisakah kau melakukan pekerjaanmu saja tanpa peduli padaku?” Alexa memprotes sambil melirik tajam pada Bartender tersebut, “Suamiku saja bahkan tidak peduli padaku.” Sambungnya bergumam kesal dan menyebut nama Aaron yang membuatnya jengkel.“Berikan saja yang wanita ini mau. Kalau dia mabuk, aku yang akan membawanya pulang.” Seorang p
“Orang akan disebut patah hati jika mencintai, sedangkan aku dengannya tidak mungkin.” Alexa menjawab tak acuh, tapi ekspresinya itu tidak bisa membohongi Reed yang jeli.“Tapi aku tahu kau berbohong. Kau tidak mungkin setuju menikahinya hanya karena anak itu. Pasti ada rasa yang tidak kau akui pada ayah anak itu, dan itu yang membuatmu sakit hati saat ini. Itu dinamakan cinta, Rain.” Reed memberi pandangan lagi.“Apa kesal karena diabaikan juga termasuk bagian dari cinta? Tidak mungkin, kan?” Alexa tersenyum miris mengatakan itu, terlebih setelah Reed menjawabnya.“Hmm, itu bagian dari cinta. Kau ingin diperhatikan dari orang yang kau harapkan, tapi sayangnya kau diabaikan. Rain yang kukenal tidak pernah seperti ini sebelumnya.” Reed menjawab singkat dan kemudian keduanya terdiam menikmati pikiran masing-masing.***Malam hari ketika Aaron baru kembali ke rumah, ia heran kenapa tidak ada sosok wanita tersayang yang menyambutnya. Tidak di kamar atau di manapun. Yang terlihat hanya Kay
Kalian mengobrol saja. Aku mau mencari angin.” Ucap Alexa setelah Aaron baru saja duduk di sofa.“Kau mau ke mana?” Aaron bertanya seketika.“Di mana aku bisa duduk dan bernapas lega. Di sini terasa sesak. Kau bicara saja dengan kakakku.” Jawabnya langsung dan masuk ke dalam kamarnya lagi.Tidak menunggu lama, Alexa keluar dengan dandanan dan pakaian simple. Hanya mengenakan kaos putih oversize dengan Jeans biru dongker. Ia juga terlihat menyampirkan jaket yang senada dengan warna celana yang ia kenakan, di bahunya.Alexa menghampiri Reed untuk berpamitan, “Aku keluar sebentar, Kak.” ucapnya singkat dan langsung pergi tanpa menghiraukan Aaron di sana.“Sudah kau lihat? Sepertinya adikku marah padamu.” Reed berucap pada Aaron.“Itulah yang ingin kuketahui malam ini. Aku juga tidak tahu apa yang Alexa pikirkan.” Aaron menjawab.“Well, sebelum kita membahas adikku, sepertinya aku harus memperkenalkan diriku dulu. Aku Reed Parker dari Jepang. Aku kakak angkat Alexa sekaligus gurunya sela
Alexa yang awalnya terkesiap kaget mendapatkan serangan bibir Aaron, perlahan menerimanya. Ia tidak bisa menolak hatinya yang menginginkan hal itu juga. Aaron kini bahkan mengubah posisi tubuhnya hingga duduk di samping Alexa tanpa melepas tautan bibir mereka. 'Din...Din...' bunyi klakson mobil mengagetkan keduanya dan seketika membuyarkan adegan romantis di sana. Alexa mengerutkan dahinya ketika melihat mobil yang familiar baginya karena Lamborghini kuning ber-list hitam itu adalah mobilnya. Dan saat melihat penumpang yang membuka jendela samping, Alexa lebih terkesiap. "Lanjutkan kegiatan kalian di dalam atau kalian akan jadi tontonan security di sini. Aku akan pergi bersenang-senang juga!" Reed membunyikan klaksonnya lagi sebelum pergi dari sana. "Sepertinya aku sudah mendapatkan lampu hijau dari kakakmu. Aku juga sudah melewati batasku, jadi mulai detik ini aku tidak akan takut melanggar apapun karena aku mencintaimu..." Aaron bergumam dengan suara seraknya di telinga Alexa.
“Apa untuk mencintai rasanya sangat sakit? Bukankah itu terasa bahagia dan bahkan tidak terkatakan? Aku ingin tahu separah apa masa lalu melukaimu dan sehancur ini sampai kau tidak ingin bangkit mencintaiku.” Aaron mempertanyakan pendirian Alexa yang menolak bahagia.Aaron sudah tersentuh saat Alexa mengucap cinta untuk pertama kalinya tapi dengan semua kemirisan. Ia ikut perih melihat Alexa yang bahkan menangisi kebimbangannya.“Tapi sekalipun kau mengatakan tidak, aku tidak akan pergi ke manapun. Kau milikku, istriku, dan hidupku juga Axel.” Aaron menolak dan terus saja berucap kalimat cinta yang membuat Alexa bahagia sekaligus sakit.Dengan lembut Aaron mengecup bibir tipis Alexa lagi. Gerakannya yang melumat bibir beraroma peach itu membuat Alexa merasakan cinta yang begitu banyak hingga hatinya tidak bisa lagi menahan gejolak yang terus saling berlawanan.Tiap gerakan lembut bibir Aaron padanya seakan mendesaknya untuk memilih, ingin menerima cinta dan bahagia walau harus menanta
Melihat wajah polos Axel yang hendak menangis karena kaget, Aaron langsung memeluk Axel dengan sayang."Papa sudah pulang tadi malam, tapi anak papa sudah tidur. Lalu saat papa tahu Mama tidak pulang, papa langsung ke sini untuk menemani Mama agar tidak tidur sendirian." Aaron memberi alasan, tapi nyatanya alasannya itu malah membuat wajah Alexa memerah dan Axel semakin cemberut."Kenapa tidak membangunkan aku saja, Papa? Aku ingin tidur bersama Mama. Papa curang!" Si kecil menggerutu sambil menggembungkan pipinya pertanda keberatan."Hai, anak tampan. Yang dikatakan Papa tidak sepenuhnya salah. Tadi malam Mama menerima tamu penting, dan saat akan pulang sepertinya sudah sangat larut dan mama lelah berkendara ke rumah. Jadi mama memutuskan tidur di sini saja. Mama juga tidak tahu kalau papamu menyusul ke sini." "Maafkan kami, Nak. Kami tidak benar-benar ingin meninggalkanmu tidur sendirian. Ini karena ada sesuatu yang penting dan itu adalah urusan orang dewasa, anak kecil tidak akan