'Apa benar? Mereka cuma benar-benar mencintai uang dan kekayaan dan bukan aku?' batin Cesa menyeringai, 'Sejak dulu tidak pernah aku, memang!' Cesa menghembuskan nafasnya dengan berat. Sedang Zevin membiarkan istrinya menyiapkan diri, tak mudah menerima pengkhianatan dari orang yang sangat dipercaya. Mungkin sampai detik ini, Cesa masih tidak mempercayai kenyataan itu, pikir Zevin. "Uang memang bisa merubah apapun!" gumam Cesa. Zevin hanya mengangguk, "Kamu benar, Mom!" Hingga tidak lama mobil yang Zevin kendarai masuk ke perusahaan Cesa, dan berhenti di lobi. Membiarkan satpam memarkirkan mobil itu menuju basement, Zevin dan Cesa kemudian masuk ke dalam perusahaan. Menuju lantai paling atas yang merupakan lantai khusus kawasan Cesa dan keluarga kecilnya, juga beberapa orang kepercayaan juga direksi. "Ketemu di ruangan ku, Dad?" tanya Cesa. Zevin hanya mengangguk tanpa berucap, berjalan berdampingan saling menggenggan tangan. Cklek! "Sa!" pekik Danu berdiri dan langsung me
"JANGAN MELEWATI BATASANMU!" ancam Zevin. Glek! Mereka bertiga hanya bisa menelan savilanya dengan berat, aura intimidasi dari sang presdir membuat mereka mati kutu.Zevin kemudian kembali duduk dengan santai! "Lanjutkan, Mama Berli!" ucap Cesa."Kau tau sendiri, Papamu sangat menyayangimu sejak dulu, bantulah papamu!" ucap Mama Berli, "Setidaknya ingatlah, kamu seperti ini berkat kami!" Cesa tersenyum, "Berkat kalian?" "Yah, aku yang menjodohkanmu dengan suamimu yang kaya raya itu, demi kebaikanmu!" jawab Berli bersemangat. "Lalu jika demi kebaikan, kenapa tidak Eve saja waktu itu?" tanya Cesa. "Aku tidak tau jika Zevin akhirnya baik, juga penuh cinta, dan Eve dipecundangi suaminya, tau begitu Eve yang aku jodohkan!" ucap Berli.Cesa hanya tersenyum karena bibinya tidak pernah berubah, dia jahat dan selalu berkata ceplas ceplos. Tanpa memikirkan perasaan lawan bicaranya! "Sudah!" ucap Papa Danu, "Papa mencintai kamu tidak menuntut balasan, jika kamu tidak bisa membantu Papa
Berbeda keadaan dengan di ruangan Cesa, Zevin tampak mendekat dan memeluk istri kecilnya dengan erat. "Mom gak apa-apa?" lirihnya. Cesa menggeleng, "Tidak, Dad! Mereka memang melakukan itu, Mommy tidak keterlaluan kan?" Zevin tersenyum, "Tidak, justru kamu terlalu baik!" Cesa tersenyum mendengar itu, "Ya sudah, sana Daddy ke perusahaan! Kasihan Arga!" "Daddy berangkat ya, Mom, nanti anak-anak biar Dad yang jemput!" "Iya Dad, Hati-hati!" Zevin pun pergi menuju perusahaannya, menjalankan rutinitas kembali seperti biasanya. Namun sekarang lebih bersemangat karena ada yang harus dia jemput, kedua putra dan putri kebanggaannya. Juga ada yang menunggu makan siang bersama, walau beda kesibukan dan beda perusahaan. Zevin menikmati masa indah ini! Terlebih semua orang kini sudah tau siapa istrinya dan anak-anaknya, dia
Cesa terkejut saat mendapati sebuah vila megah dengan pemandangan gunung megah di belakangnya. Juga sebuah dinner romantis di samping rumah yang terlihat indah dengan banyak lampu. "Dad, Kamu menyiapkan ini semua?" gumam Cesa. Zevin mengangguk, "Untuk kalian semua!" jawab Zevin singkat kemudian membuka jog belakang dan menggendong kedua anaknya untuk keluar dari dalam mobil. "Biar Vista aku yang gendong, Dad!" pinta Cesa. "Tidak udah, Mom!" Kemudian Cesa mengamit sisa lengan suaminya dan berjalan menuju halaman samping vila itu. "Vila Atmaja ini, Dad?" tanyanya. "Iya, Sayang!" jawabnya kemudian datang dua orang wanita beda usia, "Malam, Tuan, Nyonya, selamat menikmati hidangannya!" "Terima kasih, Bi!" Kemudian mereka duduk di meja penuh lampu itu dengan berbagai hidangan datang kemudian. Dan Cesa berinisiatif untuk membangunkan kedua anaknya itu, "Vista, Dares, bangun yuk!" "Nak!" ucap Cesa sambil menggoyangkan tubuh putrinya, "Bangun sebentar!" "Eughhh! Sudah sampai, Mom
Setelah itu mereka bergegas mendekati Cesa untuk mulai memasak dan makan perbekalan mereka bersama-sama. Ada beberapa makanan yang sudah di bawa matang, namun ada yang harus di masak, sengaja agar lebih menyenangkan untuk mereka. "Dad, buka mulutnya, Sayang!" kata Vista sambil menyodorkan sepotong ikan gurame goreng untuk Daddy nya. Zevin tersenyum dan mendekat menerima suapan cinta dari putrinya, "Makasih, Sayangku!" "Iya, Daddyku sayang!" Lembut! Manis! 'Anak ini beneran Jelmaan mommynya, tapi sayang mommynya masih malu-malu!' batin Zevin. Zevin begitu bahagia bersama keluarganya itu! "Mommy, buka mulutnya biar Dares suapin Mommy ku tersayang!" ucap Dares menyindir Vista yang selalu condong pada Daddy nya. Cesa kemudian membuka mulutnya dan menerima suapan Dares, "Terima kasih, Sayang!".. Setelah itu Dares mengarahkan satu suapan nya lagi ke arah Zevin tanpa berkata-kata, dan Zevin menerima itu sambil tersenyum, "Makasih, Sayangku!" Jawaban Zevin persis seperti jawabnny
Keesokan harinya, mereka semua kembali ke rumah dan beraktivitas dengan biasanya. Kehidupan kembali berjalan normal! Tidak ada laporan kedatangan dari Dusseldorf juga membuat Zevin mulai tenang kembali. Namun, itu semua tidak bisa membuat Zevin melonggarkan mode siaganya. Hari-hari berjalan dengan indah, bulan berganti dan mereka menghabiskan waktu berempat dengan indah, sembari melukis kenangan-kenangan bersama si kembar. Ke pantai seperti yang mereka janjikan! Zevin juga menemani putranya naik gunung! Setiap minggu mereka habiskan selalu ke luar kota, mengeksplor tempat-tempat baru yang membuat kembar bahagia. "Dad, nanti kembar kamu yang jemput ya, aku ada meeting di luar!" ucapnya sembari mengoles bedak di wajahnya. Zevin yang tengah menyetir menoleh, "Di mana janjiannya, Mom?" "Di resto hotel Royal king, Dad!" jawab Cesa
Tamparan itu mendarat tepat di pipi sebelah kiri Cesa berbentuk lima jari tangan Berli. Panas! Perih! Namun tidak lebih sakit dari hatinya saat ini, Cesa benar-benar tak menyangka jika keluarganya bisa melakukan ini. Melihat ekspresi datar Cesa, membuat Eve geram dan kembali mengambil pecutan itu, dan mencambukkan itu pada Cesa. Ctas! "Kau tidak boleh lebih bahagia dari pada aku!" pekik Eve. Cesa hanya diam, bahkan merintih pun, dia tak ingin lagi, karena hal itu hanya akan membuatnya terlihat membutuhkan dan bergantung pada mereka. Bahkan untuk memohon, Cesa tak lagi melakukannya. Dia hanya diam menahan semua sakit yang badannya terima. Ctas! Krak! Bahkan pecutan itu sesekali terdengar seperti benda retak saat Eve terlalu keras mengayunkan pada Cesa. Cesa yang tidak memohon atau
Zevin kemudian menghajar habis orang itu dengan sepenuh tenaganya, amarahnya, dan semua kekhawatirannya. Kemarahannya membuncah, hingga kemudian Zevin mematahkan leher laki-laki ketua gengster itu. KRAK! "BAJINGAN!" peliknya terus tidak diam dan melampiaskan amarahnya pada laki-laki itu. Sesekali Zevin terkena pukulan akibat perlawanan, namun tetap Zevin menang telak, "Beraninya kau berniat menyentuh istriku!" Brug! Sedangkan anak buahnya menyerang yang lain, Zevin benar-benar ingin menghajarnya kepala gengster itu. "Argggghh!" erangan kepala gengster itu benar-benar memekakkan telinga semua orang di ruangan itu. Dua anak buahnya yang sudah di bekuk oleh anak buah Zevin hanya bisa meringis melihat pemandangan itu. Zevin mematahkan leher nya untuk yang kedua kali, setelah itu berdiri, "Maju, mana nyalimu, Bajingan!" Zevin tidak perduli, dia hanya ingin menghajar habis-habisan orang itu setelah melihat kondisi Cesa yang sudah berdarah-darah. Bahkan terlihat seperti habis maka
"EVE! MENYENTUH ISTRIKU SAMA SAJA MENGALI KUBURMU SENDIRI!" teriak Zevin marah. Marah, kesal, khawatir menjadi satu memenuhi dada Zevin hingga naik turun, pasalnya Eve tengah menggunakan rompi Bom. Zevin juga bisa melihat controlnya ada di genggaman tangannya. Entah dimana otak Eve dan kejahatan apa lagi yang dia rencanakan, hingga melakukan hal senekad ini. "Bahkan aku sudah menggali kuburanku sendiri, Zevin! Hingga kau tak perlu susah payah menyiapkannya untukku!" jawab Eve tanpa rasa takut. "Apa maumu?" tanya Zevin. Tidak!Apapun yang terjadi, Cesa dan anak-anak harus aman! Zevin tidak akan biarkan Eve atau siapapun menyentuh mereka. "Aku tidak ingin apa-apa! Aku hanya menjemput sepupuku untuk pulang bersama!" jawab Eve santai. "Kau gila! Kau tidak waras!" pekik Zevin kemudian menoleh sekejap, "Masuk, Sayang! Aku mohon masuklah, kau dan bayi kita harus selamat!" lirih Zevin. "Gak, Dad! Kau juga harus selamat! Ayo kita masuk bersama!" ajak Cesa. "Iya, Masuklah dulu, Saya
Cesa tiba-tiba teringat saat suaminya bermandikan darah saat tertabrak truk untuk menyelamatkannya. "Ya, kejarlah mereka dan jangan pernah lepaskan, Dad!" ucap Cesa. "Iya, Daddy harus melakukan itu! Agar tidak ada lagi korban dan juga keluarga kita aman, Sayang!" "Iya, Dad! Maafkan Mommy ya! Mommy hanya takut Daddy kenapa-napa? Semuanya bertubi-tubi dan daddy selalu terluka!" lirih Cesa. "Tapi Daddy tetap kuat dan masih bersama kamu, Sayang!" lirihnya. "Ya, Benar! Daddy sangat kuat menggendong Dares sepanjang memasuki hutan! Daddy keren! Daddy hebat!" timpal Dares. "Benar, Vista juga sangat bangga pada Daddy!" lanjut Vista. Semuanya mendukung Daddy mereka dan itu membuat Cesa tersenyum bahagia. Bersama dengan anak-anak dan suami yang sangat dia cintai adalah sebuah kebahagiaan yang tak ternilai. "Ya, Daddy hebat!" jawab Cesa. Zevin pun demikian, tersenyum manis saat kedua buah hatinya membelanya. Hatinya menghangat saat seluruh keluarganya merasa aman dalam perlindungannya
Dengan cepat Arga menggendong Dares dan Vista, walaupun mereka berontak dan menangis. "Daddymu akan di gendong uncle Jack, Daddy harus mendapat pertolongan! Jadi jangan menangis, ayo segera keluar dari hutan ini!" ucap Arga. Sontak keduanya terdiam! Mereka mengerti dan membiarkan Daddy nya di gendong oleh seseorang berbadan kekar dan besar. Menempuh beberapa jam untuk keluar dari dalam hutan. Beruntung, kembar sangat kooperatif sekali, walaupun sesekali Vista masih menangis dipundak Arga, "Daddymu sangat kuat, tidak mungkin Daddy kalah dengan tembakan itu, Sayang!" lirih Arga. "Daddy pernah tidur lama dan tidak bangun, Uncle! Vista takut!" "Percayalah padaku!" Arga terus meyakinkan gadis kecil itu jika Daddy nya akan baik-baik saja. Empat jam lebih waktu yang digunakan untuk bisa keluar dari dalam hutan itu, dan mereka langsung menuju rumah sakit karena Zevin masih belum sadar. Hari sudah hampir petang saat mereka keluar dari dalam hutan, dan mau tidak mau, Arga harus menelp
Deg! "Kau juga bukan ayahku, Demon!" Tes! Air mata Vista tak bisa lagi ditahan saat mendengar kata-kata menyakitkan itu, sambil menatap ke atas melihat Demon. Demon pun secara reflek menatap mata tajam gadis kecilnya dulu, "Vista!" Telihat jelas jika putri kecilnya yang selama hampir lima tahun dia rawat berdua dengan Cesa.Tidak! Hatinya seperti tergerak melihat bola mata Cesa pada mata Vista. Mata itu penuh gurat kesakitan. "Kau juga bukan Ayah Zetian lagi, Kau Demon yang nakal! Kau menculikku dan akan membunuhku! Kau jahat!" ucap Vista. Dan itu membuat Demon terpaku! Bohong, jika mata itu tidak mempengaruhi Demon saat ini! Bohong, jika tidak ada rasa cinta setelah membantu Cesa merawat kembar selama empat tahun lebih. Glek! Tanpa mereka sadari, saat adegan itu membuat semua orang membeku, Zevin masuk ke dalam air pantai dan menyelam. Tujuannya adalah naik ke kapal putrinya! Zevin tidak membiarkan kesempatannya hilang begitu saja. Beruntung, kapal tak jauh dari bibir
Kemudian Dares mengambil sebuah japit warna merah muda yang cukup jauh dari jalan tempatnya, "Ini jepit, Adek, Dad!" Deg! "Kita harus ke sana!" seru Zevin menunjuk ke arah yang ditunjukan putranya. Satu yang Zevin lupakan, jika Dares dan Vista telah tumbuh di dalam rahim Cesa berdua, bersama bahkan sejak belum berbentuk. Ikatan batin antara mereka tak akan pernah berkhianat! Setidaknya, Zevin akan mempercayai itu saat ini. Disaat semua alat pelacak telah hilang dari tubuh putrinya, kini hanya Dares yang Zevin percaya akan membawanya menuju tempat Vista. Mereka kemudian terus berlari mengikuti Dares dan Zevin yang sudah memimpin rombongan. Beberapa juga sudah berpencar ke arah lain dari hutan ini sesuai instruksi dari Zevin. Hampir satu jam, mereka sudah berlari semakin masuk dan masuk lagi ke dalam hutan. Semakin dalam dan jauh. Zevin mulai mengkhawatirkan putranya yang sudah beberapa kali tersungkur. Dares tetaplah anak kecil yang belum terbiasa dengan keadaan fisik yang
"Kalau di Dusseldorf?" tanya Zevin pada Dares. "Demon yang mengajari!" Deg! "Demon?" lirih Zevin. Selain terkejut Demon mengajari anaknya yang masih tergolong kecil untuk senjata yang berbahaya itu. Zevin juga terkejut jika Dares tidak lagi memanggil Demon dengan 'Ayah Zetian' lagi. "Apa, Mommy tau jika Dares dan Ayah Zetian, belajar menggunakan senjata api itu?" tanya Zevin mencoba memancing Dares. Dares menggeleng, "Tidak, Dad! paman Demon selalu bilang untuk tidak memberitahu, Mommy!" "Paman?" tanya Zevin. "Yah, dia bukan lagi Ayahku! Dia jahat! Dia menculik Vista!" jawab Dares marah. Terlihat jelas wajah penuh kekecewaan Dares. Zevin kemudian sejenak merengkuh sang putra untuk masuk ke dalam pelukannya. Zevin tau jika putrnya sedang kecewa. Tidak bisa Zevin rubah, jika putranya memilik
Deg! "Putar Balik!" pekik Zevin, "Kembali ke sekolah anak-anak!" Ciiitttt! Suara ban yang beradu dengan aspal beserta rem membuat para pengendara lain ikut mengumpat. Ditambah manuver Arga yang sangat tiba-tiba, membuat beberapa mobil lain ikut menginjak rem. Menghindari terjadinya kecelakaan beruntun. Segala cacian keluar dari mereka yang baru saja berhasil menghindari mobil Zevin. "Kecepatan penuh, Ga!" titah Zevin. Tidak! Tidak akan pernah Zevin biarkan, Demon menyentuh kembar seujung kuku pun! Jangan harap! Jika ada yang tergores sedikitpun dari mereka, Jangan pernah berharap maaf darinya. Bukan polisi lagi yang akan bertindak! Tapi dirinya, bahkan Zevin bersedia membunuh Demon dem
"Supir truk yang menabrak kita, sudah di temukan!" Deg! "Dengan, Eve?" tanya Cesa. Ekspresi Cesa yang sedikit tegang, membuat Zevin mendekat dan memeluk sang istri dengan erat. Tidak! Zevin tidak ingin istrinya banyak pikiran, "Sayang, tenang!" lirihnya. "Apa, Eve berulah lagi, Dad? Please, jangan tutupi apapun dari, Mommy!" pinta Cesa. Zevin kemudian mengurai pelukannya dan menangkup wajah sang istri sambil mengangguk. "Tapi janji, kalau Mommy, tidak boleh banyak pikiran ya!" ucapnya. Cesa mengangguk, "Dad, kali ini, kita harus berjuang bersama untuk rumah tangga ini!" jawabnya. Sejujurnya, Cesa tak ingin suaminya berjuang sendirian, dan mengorbankan dirinya. Bagaimana, Cesa bisa hidup nantinya jika kehilangan, Zevin? Membayangkannya saja sudah sakit! "Mom yakin, kita bisa lewa
"Tidak mudah, Tuan! Eve bekerja sama dengan Demon!" ucapnya. Deg!"Apa?" pekik Cesa terkejut. Tidak!Bukan hanya Cesa, tapi juga Zevin! Zevin tidak pernah memperkirakan jika Demon akan secepat ini bangkit apalagi setelah semua miliknya, orang-orang organisasinya hancur. "Bagaimana bisa mereka bekerja sama?" tanya Zevin dengan dada yang mulai bergemuruh. "Saya juga belum tau, Tuan! Pastinya selama ini, Demon sudah mengintai dan memanfaatkan momen ini!" jawab Arga. Deg! "Anak-anak!" pekik Zevin, "Ga, perketat penjagaan anak-anak! Apapun yang terjadi, jangan biarkan anak-anak jadi korban, Demon!" ucapnya."Iya, Tuan! Sudah saya tambah dan perketat pengawalan anak-anak, Tuan!" "Dad!" lirih Cesa. "Waktunya sudah tiba, Mom! Dia pasti datang untuk mengambilmu, sekaligus menuntut balas karena, Daddy, menghancurkan organisasi mereka!" ucap Zevin. "Lalu, Bagaimana ini