Leonel melirik ke arah istri kecilnya yang masih tidur. Dengan tenang dia mengecek melalui ponselnya untuk meyakinkan kalau sang istri memang sedang hamil. Setelah menemukan apa yang dicarinya, mata Leonel semakin berbinar dan berkaca-kaca. Akhirnya setelah menunggu cukup lama, di usianya yang hampir memasuki 40 tahun, dia akan segera mendapatkan anak pertamanya. Air mata yang tidak bisa terbendung menetes bersama dengan senyumannya. Erica membuka matanya dan kemudian terduduk menatap Leonel.“Kamu sudah bangun?”Leonel menoleh seraya memegangi hasil testpack dan spontans memeluk Erica penuh rasa haru dan sangat senang.“Terima kasih Erica, akhirnya aku akan segera menjadi seorang ayah.”Mata Erica berbenar. Ada rasa bahagia yang tidak pernah terpikir sebelumnya, Erica membalas pelukan suaminya. Setelah beberapa saat keduanya saling menatap, Leonel menggenggam kedua tangan istri kecilnya.“Saya akan segera menjadi ayah, Erica.”“Aku akan segera menjadi seorang Ibu, Leo … aku masih t
Matanya berbinar setelah mendengar perkataan manis suaminya. Erica mengukir sebuah senyuman, Leonel balas tersenyum.“Pernikahan kita memang baru seumur jagung. Jika suatu hari nanti aku tidak peka, dan membuat kamu kesal, tolong dimaklumi. Sebisa mungkin aku akan menjadi suami yang sempurna, menjadi suami yang pernah kamu mimpikan. Dan tolong beri saya waktu untuk mempelajari semua itu.”Erica menggelengkan kepala.“Kamu lebih dari apa yang aku pikirkan Leonel. Hanya satu yang aku inginkan setia, itu saja.”Leonel mengangguk dan mengecup punggung tangan Erica.“Saya akan mencintai kamu hingga akhir napas saya, Erica. Sekarang kamu makan, jaga kesehatan. Tidak boleh kecapean, jika kamu butuh sesuatu beritahu saya. Ini pasti tidak mudah, Erica … saya tahu, kamu harus tetap mengejar cita-cita kamu, di lain sisi kamu harus berperan menjadi istri saya dan mengandung anak saya.”“Kamu berhutang banyak padaku, Leonel.” Erica tersenyum dengan mata berkaca-kaca.Leonel menganggukkan kepalanya
“Kata-katamu terlalu manis di pagi hari. Aku harap semua ini tidak hanya sekedar pelangi.”Leonel menatap mata Erica yang cerah. Dia cukup mengerti apa yang dimaksudkan oleh istri kecilnya.Setelah berjemur untuk waktu yang cukup lama, Leonel mengajak Erica kembali ke dalam.“Kamu ingin aku gendong?”“Tidak, aku bisa jalan sendiri. Jangan terlalu memanjakan aku,” jawab Erica.“Oke. Saya tahu kalau istri saya ini kuat,” kata Leonel tersenyum.Setelah itu Erica kembali ke kamarnya. Sedangkan Leonel pergi ke dapur, dia sedang menyiapkan beberapa buah yang dia cuci dan berniat membawanya masuk ke dalam kamar untuk sang istri.Saat kembali ke kamar, dilihatnya Erica sudah naik ke atas tempat tidur.“Kamu mengantuk?”“Ya, sedikit mengantuk. Hanya ingin tiduran saja seharian, anggap saja aku sedang bersantai.”“Oke, tidak masalah. Istirahat saja, lagipula kamu memang perlu istirahat. Tapi, sayang bagaimana menurutmu tentang pesta resepsi?”Erica terdiam selama beberapa saat dan menatap mata
Erica tersenyum, hanya itu yang jawabannya saat ini. Setelah tahu istrinya hamil, Leonel selalu menaruh perhatian lebih kepada sang istri. Dia juga selalu pulang tepat waktu dan ingin lebih dekat dengan Erica.Dan yang paling membuat Leonel lega, Lucio berada di rumah. Sehingga bisa lebih memperhatikan kakaknya.“Kak ini baksonya. Toge sayur seperti yang kakak inginkan.”“Kamu bilang pedes, kan?”“Ya, Kak. Kakak tenang saja, pokoknya ini sesuai yang biasa Kakak beli.”“Cio, terima kasih.”Saat itu juga Erica memakan bakso yang dibeli oleh Lucio. Dia merasa segar memakan bakso itu. Sehingga rasa peningnya perlahan hilang dan tidak terasa.“Siang-siang gini memang enak makan bakso,” kata Erica tersenyum.“Kak, nanti sore Cio boleh main sama teman SMP enggak?”“Boleh dong. Asal pulangnya jangan terlalu malam saja, oke? Terus jaga diri baik-baik. Jauhi hal yang Kakak larang, apa kamu masih ingat apa saja?” tanya Erica.“Yang pertama, tidak boleh minum-minuman keras sebelum usia legal. Yan
“Berhenti menggodaku seperti ini.”“Erica, mengenai pesta resepsi, ayo kita wujudkan sebelum perutmu semakin membesar. Bagaimanapun, kamu harus tampil cantik di pesta resepsi. Namun, jika kamu ingin menunggu melahirkan juga tidak apa-apa.”Erica menatap mata suaminya terdiam selama beberapa saat.“Baik. Kita wujudkan,” jawab Erica dengan wajah tersenyum.“Kamu yakin? Kita temui dokter dulu untuk konsultasi sekaligus USG, bagaimana?”Erica mengangguk pelan.“Saya sudah membicarakannya dengan Mama dan Papa, mereka sudah setuju. Menurutku hari baik memberitahu kehamilanmu adalah hari itu,” kata Leonel.Erica meneguk segelas air putih.“Tapi, Leo, jika resepsi diadakan, artinya orang tuaku juga harus hadir di sana? Aku cemas keluarga dari pihak orang tuaku hanya akan membuat malu kamu.”“Saya lebih mencemaskan kamu. Mungkin alangkah baiknya kita memang tidak mengundang mereka, jika kamu tidak keberatan. Namun, jika kamu ingin tetap mengundang mereka, saya tidak keberatan.”Sebenarnya anak
Mereka nyaris tidak percaya dengan apa yang mereka dengar saat ini. Terutama Erica sudah menikah dengan Leonel cukup lama, ini membuat para pegawai terkejut.“Honey, ayo kita makan di luar,” ajak Leonel.Erica mangut seraya tersenyum, setelah itu menatap semua karyawan.“Sekali lagi terima kasih, senang sekali bisa mengenal kalian semua.” Erica membungkuk, setelah itu pergi.Leonel memegang tangan Erica, mereka yang selama ini mencibir tidak bisa berkata-kata. Namun, seseorang dari mereka merasa masih tidak percaya dan berpikir mungkin Erica yang lebih dulu menggoda Leonel.Keduanya sekarang sudah berada di mobil, Leonel sendiri yang menyetir mobil.“Apa kamu begitu mencemaskan aku?” tanya Erica.“Teman-temanmu kurang menyukaimu. Itu wajar dalam bekerja, kita tidak bisa membuat semua orang menyukai kita. Namun, saya tidak ingin istri saya diremehkan dan dianggap perempuan open bo. Bagaimanapun, saya ingin diluruskan. Honey, apa saya pecat saja mereka?”Erica meraih tangan Leonel seray
Panggilan itu berakhir dan Leonel sama sekali tidak menerima panggilan itu.“Kenapa kamu tidak terima panggilannya?” tanya Erica.“Tidak apa-apa, sepertinya ini pihak bank,” jawab Leonel tersenyum.Erica hanya menatap suamiya, saat itu Erica memeluk suaminya dan memejamkan matanya.“Aku sudah membuat list undangan, aku akan mengundang teman sekelasku dan juga beberapa teman SMA yang cukup dekat denganku. Bagaimana?”Leonel memeluk seraya menepuk-nepuk tubuh istrinya.“Kamu mau undang mantan sekalipun saya tidak keberatan.”Erica mencubit perut Leonel.”Jangan bercanda, ah.”“Saya mengatakan serius sayang. Apabila ada orang di masa lalu pernah kamu sukai, kamu bisa mengundangnya saya sama sekali tidak keberatan.”Erica menghela napas dan mendongak menatap suaminya.”Bilang saja kalau kamu mau undang mantanmu. Tapi, aku juga tidak keberatan kalau kamu mengundang mereka.”Leonel mencolek hidung Erica dan mengecup bibirnya.”Sekarang kamu tidur, bumil harus istirahat.”“Kamu juga.”Leonel me
Erica tersipu malu, wajahnya merona. Setelah itu Erica akhirnya sarapan ditemani suaminya. Hari-hari yang mereka lalui cukup harmonis.Waktu semakin berlalu begitu cepat. Erica dan Leonel pergi melihat gaun yang nantinya akan dipakai mereka di acara resepsi pernikahan.“Sayang bagaimana, apa gaun ini kekecilan. Masih ada waktu beberapa hari lagi sampai acara,” kata Leonel.“Tidak. Ini sudah cukup,” jawab Erica.Erica melihat gaun-gaun pesta sudah disiapkan untuk keluarga besarnya.“Tiara, apa dia sudah datang?” tanya Erica.“Sudah.”Erica hanya mengangguk, lalu keduanya saling berpegangan tangan. Ponsel Leonel kembali berdering, dia menerima pesan dari nomor asing yang sebelumnya menghubunginya.[Mari kita bertemu di tempat biasa. Aku menunggumu.]Leonel yang melihat pesan itu terdiam, keduanya masuk ke dalam mobil yang dikendarai langsung oleh Leonel.Ponselnya berdering, Leonel yang saat ini sedang menyetir sama sekali tidak ingin menerima panggilan itu, jadi dia mengabaikannya.“Ka
Tiara terbelalak mendengarnya. Dia tidak menyangka kalau Leonel akan bersikap keras terhadapnya. Hingga membentaknya di hadapan Kenzo, saat itu juga Tiara tidak bisa menyembunyikan air matanya. Dia menangis di hadapan Kenzo.“Sejak menikahi Erica, Paman sudah banyak berubah. Bahkan sekarang membentakku hanya untuk orang asing seperti dia. Jangan-jangan anak yang dikandung Erica bukan anak Paman, tapi anak dia!” tuduh Tiara kepada Kenzo.Kenzo terkejut mendengarnya.”Kau! … Tiara, aku memang masih mencintai Erica, tetapi tuduhanmu terhadapku sangat keterlaluan.”Leonel mengepal tangannya. Darahnya mendidih, jika saja bukan keponakannya. Mungkin Tiara sudah mendapatkan tamparan dari Leonel.“Tiara, saya peringatkan padamu sekali lagi. Jangan membuat masalah dengan Erica, kedua jangan membuat ulah yang merugikan Erica, ketiga Erica bukan orang asing, dia istri saya. Keluarga saya, ibu anak saya. Saya lebih tahu anak siapa yang dikandung Erica, karena saya yang menghamilinya!” dengus Leon
Leonel terkejut mendengarnya. Melihat reaksi suaminya Erica tertawa, perlahan kedua tangannya menyentuh kedua pipi Leonel.“Leonel, aku bercanda. Aku mencintaimu!” ucap Erica dengan wajah tersenyum.Tanpa sebuah kalimat Leonel langsung mencium bibir Erica dengan sangat lembut dan penuh kehangatan. Tidak ada sebuah kalimat yang bisa menggambarkan kebahagiaan Leonel saat ini. Kalimat pun tidak cukup, kalimat yang begitu sederhana, tetapi membuatnya sangat bahagia.Lalu kecupan hangat itu terlepas dan keduanya sama-sama mengukir sebuah senyuman yang hangat.“Erica, saya sangat-sangat mencintaimu dan juga anak kita. Akhirnya aku akan menjadi seorang ayah, kamu harus sehat. Mulai sekarang jangan pikirkan apapun lagi, apapun yang kamu inginkan, kamu hanya perlu memberitahu saya. Anak kita dan kamu tidak boleh kekurangan apapun.”“Aku tahu. Sejak kecil aku hidup penuh dengan kekurangan, sekarang aku tidak akan lagi seperti itu. Terutama anakku dan Lucio, masa depan mereka harus cerah. Dan ti
Erica meraih tangan Leonel sembari mengukir sebuah senyuman.“Tidak apa-apa,” sahutnya yang kemudian meraih tubuh Leonel dan memeluknya.Erica menepuk-nepuk pundak Leonel. Dan keduanya saling memeluk satu sama lain.“Kamu tidak ingin bertanya siapa perempuan tadi?”Erica menghela napas secara perlahan dan menghembuskannya.“Masa lalu tidak perlu diungkit. Semua orang memiliki masa lalu, termasuk aku. Kisah kita memang terlalu pelik, tetapi kita berdua berjalan untuk masa depan. Dan aku tidak mau sedih terus menerus, aku tidak ingin kehamilanku juga terganggu.”“Aku sudah melupakannya. Apa kamu percaya?”“Kamu sudah dengar tadi, kalau aku percaya padamu. Jadi, aku juga berharap kamu juga percaya dengan masa laluku. Saat ini yang aku cintai hanyalah kamu, Leonel.”Pelukan itu melonggar, mata-mata yang sayu menyapu kesedihan. Tatapan hangat pada malam penuh ujian. Keduanya berusaha bersikap kuat, Leonel mengelus rambut Erica lalu mengecup keningnya.“Caca, saya berjanji. Saya tidak akan
Tiara menggelengkan kepala seraya menyeka air matanya.“Tidak Ma, Tiara sedikit sedih saja melihat Paman terlihat bahagia. Aku harap Erica perempuan baik, dan bukan perempuan matre yang hanya menginginkan uang dari Paman!”Natalie terkejut mendengarnya. Biasanya Tiara tidak akan memanggil Erica dengan sebutan nama langsung. Natalie merasa ada yang aneh, di sisi lain dia tidak melihat keberadaan Kenzo dan Dahlia.Saat ini Dahlia sedang menarik Kenzo yang sudah mabuk. Dia berada di balkon.“Bisa-bisanya kamu mabuk di saat seperti ini. Ayo pulang dengan Mama, jangan sampai kamu berkata yang tidak-tidak.”Saat itu juga Dahlia menyuruh ajudannya untuk membawa paksa Kenzo yang sudah mulai melantur. Sementara Erica dan Leonel menikmati pesta resepsi mereka, berbagai acara terus berlangsung.Teman-teman yang bekerja di restoran juga datang ke pesta, mereka masih tidak percaya karena Erica memang menikahi Leonel. Bahkan saat ini sedang mengandung putra dari Leonel.Pesta resepsi pun selesai. K
Erica yang sama sekali tidak mengenali Jasmine tersenyum dengan begitu ramah. Mauren langsung berjalan menarik gaunnya dan buru-buru mengarah ke arah pelaminan. Namun, semua itu terlambat. Karena Jasmine sudah lebih dulu mengulurkan tangannya kepada Leonel dengan wajah tersenyum.“Leo, selamat atas pernikahan dan kehamilan istrimu!” kata Jasmine yang perlahan tatapan matanya berubah menjadi sorot kesedihan, kerinduan.Leonel meraih tangan Jasmine, keduanya berjabat tangan. Tatapan Leonel datar, lalu Jasmine mendekatkan tubuhnya ke wajah Leonel.“Biarkan aku memelukmu untuk terakhir kalinya,” bisik Jasmine memeluk Leonel tanpa ragu. Dia juga mencium pipi Leonel di hadapan Erica, setelah itu dia langsung memutar tubuhnya dan turun dari pelaminan.Erica yang melihat semua itu tertegun. Dia tidak bisa berkata-kata, beberapa tamu yang melihatnya juga tercengang.“Erica, nanti aku akan menjelaskan padamu.”Erica mengangguk pelan.”Aku percaya padamu!”Jawaban Erica mengejutkan Leonel, karena
Mendengar kabar bahagia itu membuat Eleanor dan Philip terkejut dalam kebahagiaan. Karena pada akhirnya yang diinginkan mereka terkabul. Tiara juga tampak bahagia, begitu juga dengan sang ayah Archer, Sarah dan Henry benar-benar terkejut dalam kebahagiaan.“Ternyata benar Erica sedang hamil, sejak awal Mama curiga kalau Erica hamil,” kata Eleanor seraya memegang tangan suaminya.“Baguslah. Keinginanmu sekarang sudah tercapai,” kata Philip dengan wajah tersenyum.Namun, tidak dengan Natalie yang terdiam bersama dengan Dahlia dan juga Kenzo. Sedangkan Jasmine yang mendengar kabar itu benar-benar syok, sampai gelas di tangannya terjatuh ke lantai, saat itu juga dia langsung membalikkan badan meneteskan air mata.“Kita pulang saja, yuk.” Mauren mengelus punggungnya.Jasmine menggelengkan kepalanya.“Aku masih ingin melihatnya di sini. Aku ingin melihat kebahagiaan mereka,”jawab Jasmine yang saat itu pergi ke toilet.Mauren menghela napas, dia tahu tidak akan mudah membujuk Jasmine Mauren
Jasmine mengulas senyum kepada Leonel, dia juga tidak segan-segan mengangkat gelasnya mengajak Leonel bersulang. Di waktu yang sama manik mata Erica dan Jasmine bertemu.‘Perempuan itu sangat cantik.’Erica sama sekali tidak mengenali Jasmine, dan beberapa tamu Leonel. Natalie dan Archer menyadari kehadiran Jasmine bersama dengan Mauren.“Sekarang kamu sudah melihat wanita yang dinikahi Leonel, apa kamu sudah puas?” kata Mauren.“Cantik dan masih muda. Tapi, tetap saja aku yang lebih mengenal Leo dari dia, aku juga yang pertama kali bertemu dengannya. Dia hanyalah gadis kecil yang beruntung dinikahi pria yang aku cintai.”Mauren menghela napas.”Jangan berulah di pernikahan mereka.”“Aku tidak sebodoh itu. Meskipun hatiku tidak rela, apa yang bisa aku perbuat saat ini. Menghancurkan pesta pernikahan mereka tidak akan membuat Leonel kembali kepadaku, bukan?”Mauren mengelus punggung Jasmine dengan wajah tersenyum.Kini Leonel dan Erica berada di kursi pernikahan mereka tersenyum kepada
“Ca, tenangkan dirimu. Hari ini, hari baik. Tidak boleh berpikiran yang tidak-tidak, oke.”Erica mangut-mangut. Dia duduk di sofa.“Kamu pergi saja temui Mama dan yang lainnya, aku ingin istirahat sebentar. Jam berapa penata rias mulai meriasku?”“Saya meminta merias kamu jam 6 saja, acaranya jam 7. Cukup untuk merias kamu,” kata Leonel.“Oke. Aku tidur sebentar,” kata Erica.Leonel mengecup kening Erica.”Jika kamu butuh sesuatu hubungi aku langsung.”Leonel pergi menemui orang tuanya yang berada di kamar khusus. Mereka semua berkumpul di sofa, di sana juga ada Lucio yang cukup canggung berada di tengah-tengah keluarga dari Leonel.“Jadi, ini Lucio. Akhirnya aku melihatmu juga, selama ini kita tidak berkesempatan bertemu. Cukup tampan juga, tetapi pemalu. Wajar saja masih SMA, kalau dipoles sedikit pasti lebih menarik.”Lucio tersenyum tipis.“Kamu juga pas awal masuk SMA masih buluk,” kata Sarah.“Bibi —” Tiara mengerutkan keningnya dan menghela napas.Natalie tersenyum dan menggoda
“Tidak. Saya sangat bersyukur bisa menemukanmu di tengah keramaian wanita di luar sana, meskipun usia kita jauh berbeda. Tapi, saya tidak pernah menyesal bertemu denganmu. Karena saya tahu, ini jalan hidup saya.”Erica menatap mata suaminya yang tampak teduh. Dia memeluk Leonel, dalam hati kecilnya, ia berharap kalau Leonel tidak pernah mengecewakannya. Bagaimanapun, dia sudah mengorbankan masa mudanya untuk sebuah pernikahan dan rela hamil di saat dia sedang kuliah.“Bagaimana, apa kamu sudah siap? Jika kamu sudah siap kita akan pergi ke hotel, acaranya jam 7 malam. Kamu bisa istirahat sampai sore di sana,” kata Leonel.“Ayo kita pergi sekarang. Keluarga kita sudah berada di sana,” kata Erica.Leonel mengangguk, dia meraih tangan Erica mereka menuruni lift dan menaiki mobil menuju hotel milik keluarganya. Di seberang sana, Catalina saat ini sedang membeli sayur di tukang sayur yang ada di mobil. Dia melihat ibu-ibu seperti biasa tengah berkerumun bersama dengan ibu penjual sayur.“E