Panggilan itu berakhir dan Leonel sama sekali tidak menerima panggilan itu.“Kenapa kamu tidak terima panggilannya?” tanya Erica.“Tidak apa-apa, sepertinya ini pihak bank,” jawab Leonel tersenyum.Erica hanya menatap suamiya, saat itu Erica memeluk suaminya dan memejamkan matanya.“Aku sudah membuat list undangan, aku akan mengundang teman sekelasku dan juga beberapa teman SMA yang cukup dekat denganku. Bagaimana?”Leonel memeluk seraya menepuk-nepuk tubuh istrinya.“Kamu mau undang mantan sekalipun saya tidak keberatan.”Erica mencubit perut Leonel.”Jangan bercanda, ah.”“Saya mengatakan serius sayang. Apabila ada orang di masa lalu pernah kamu sukai, kamu bisa mengundangnya saya sama sekali tidak keberatan.”Erica menghela napas dan mendongak menatap suaminya.”Bilang saja kalau kamu mau undang mantanmu. Tapi, aku juga tidak keberatan kalau kamu mengundang mereka.”Leonel mencolek hidung Erica dan mengecup bibirnya.”Sekarang kamu tidur, bumil harus istirahat.”“Kamu juga.”Leonel me
Erica tersipu malu, wajahnya merona. Setelah itu Erica akhirnya sarapan ditemani suaminya. Hari-hari yang mereka lalui cukup harmonis.Waktu semakin berlalu begitu cepat. Erica dan Leonel pergi melihat gaun yang nantinya akan dipakai mereka di acara resepsi pernikahan.“Sayang bagaimana, apa gaun ini kekecilan. Masih ada waktu beberapa hari lagi sampai acara,” kata Leonel.“Tidak. Ini sudah cukup,” jawab Erica.Erica melihat gaun-gaun pesta sudah disiapkan untuk keluarga besarnya.“Tiara, apa dia sudah datang?” tanya Erica.“Sudah.”Erica hanya mengangguk, lalu keduanya saling berpegangan tangan. Ponsel Leonel kembali berdering, dia menerima pesan dari nomor asing yang sebelumnya menghubunginya.[Mari kita bertemu di tempat biasa. Aku menunggumu.]Leonel yang melihat pesan itu terdiam, keduanya masuk ke dalam mobil yang dikendarai langsung oleh Leonel.Ponselnya berdering, Leonel yang saat ini sedang menyetir sama sekali tidak ingin menerima panggilan itu, jadi dia mengabaikannya.“Ka
Loenel yang mendengar itu terkejut. Namun, dia sama sekali tidak menoleh.“Apa maksudmu?” tanya Leonel.“Alasan aku meninggalkanmu karena merasa tidak pantas untukmu. Aku sangat menyesal telah merusak hubungan kita, tapi aku juga terpaksa melakukan ini agar kamu membenciku. Leo, aku tidak pernah melupakanmu walau seharipun.”Jasmine mendekat kepada Leonel. Saat tangannya ingin menggapai tubuh Leonel, Jasmine tidak bisa melakukannya.“Kamu sakit, tapi aku jauh lebih sakit. Kakakku mengambil uangmu saat tahu aku ingin putus denganmu. Dia merasa aku tidak akan lagi berguna, oleh karena itu aku pergi menjauh darimu sebelum semuanya semakin rumit. Di sisi lain, aku harus mengobati diriku,” kata Jasmine terisak.Leonel menoleh kepada Jasmine.“Semuanya sudah terlambat. Apapun yang kamu katakan tidak akan pernah mengubah apapun. Kita sudah berakhir!”Saat itu juga Leonel meninggalkan Jasmine yang saat ini masih berdiri menangis histeris melihat Leonel pergi begitu saja. Dia memukul dadanya y
“Ingat jangan berhubungan lagi dengannya. Dia sudah dicoreng di dalam kehidupan keluarga kita,” ucap Natalie memperingati putrinya.Tiara memutar matanya dan menghela napas.“Ma, aku sudah berbuat salah!”Natalie yang mendengar itu terkejut.”Apa maksudmu?”“Aku memberinya undangan pernikahan Paman. Dia pasti akan datang ke acara resepsi,” kata Tiara.Natalie terkejut mendengarnya.”Kamu terlalu gegabah. Meskipun aku tidak begitu suka dengan Erica, tapi wanita itu sudah banyak sekali berbuat buruk pada keluarga kita. Papamu pasti akan marah jika tahu kamu ikut campur dalam masalah pamanmu.”“Lalu, bagaimana? Aku sudah mengirimi dia undangan!”“Sebaiknya kamu pura-pura tidak tahu saja. Biar aku yang tangani, sebenarnya aku juga ingin memperlihatkan kepada Erica siapa mantan Leonel.”Tiara mengerutkan keningnya.”Ma, jangan melakukan hal yang tidak pantas.”“Aku tidak melakukan apapun, aku hanya membereskan masalah yang kamu lakukan.”Natali memegang tangan Tiara.“Ingat kamu tidak tahu ap
Lucio sangat terkejut sekaligus senang. Karena akhirnya Erica akan segera memiliki anak, ia sampai terharu mendengar kabar bahagia itu.“Tapi, Kak, mangga golek di sini sedikit susah, selain itu belum musim mangga,” kata Lucio.“Lalu dimana kita bisa mendapatkan mangga itu?” tanya Leonel.“Cio, tidak begitu yakin apa kita bisa mendapatkan buahnya atau tidak. Mungkin saja ada beberapa mangga lain di pasar,” kata Lucio.“Oh, iya, kakakmu bilang dia ingin es kulkul, dimana saya bisa mendapatkan es itu?” tanya Leonel.“Emh … itu, di dekat rumah Bibi. Apa kita harus ke sana?” kata Lucio.“Demi kakakmu, apa kamu mau? Tenang saja, saya pasti akan melindungi kamu. Paling penting saat ini kita mendapatkan apa yang kakakmu inginkan.”Lucio tersenyum.”Kakak baik sekali kepada kakak Erica.”“Saya ini suaminya, wajar saja kalau saya baik.”Setelah itu Leonel mengendarai mobilnya menuju pasar yang ditunjukan Lucio. Bisa dibilang itu pasar lama, bukan pasar modern. Jadi, semua bahan yang diperlukan
Erica terkejut, dia menatap Leonel dan Lucio.”Jadi, kalian pergi membeli semua ini begitu jauh. Tidak apa-apa, kamu tidak perlu mencemaskan Kakak.” Erica tersenyum seraya mencolek mangga pada sambelnya.Sekarang dia sudah tidak lagi takut dengan bibinya. Segala kekhawatirannya perlahan sirna, karena dia tahu yang diinginkan dari dirinya hanyalah uang. Dan paling membahas hutang budi.“Jika Bibimu masih berani memperhitungkan perihal masa lalu denganmu, beritahu saya. Biarkan saya yang mengurus semuanya,” kata Leonel.Erica menatap Leonel dan tersenyum.“Semuanya akan baik-baik saja, kalian tidak perlu berpikir terlalu jauh.”Setelah itu mereka hanya memakan rujak. Setidaknya rujak buatan Lucio dapat mengurangi rasa pusing yang Erica rasakan saat ini, dia tengah-tengah sedang makan rujak, Erica jadi teringat dengan nikmatnya rujak jeruk manse.Membayangkan itu semua membuatnya ingin meneteskan air liur.“Duh, pasti makin seger,” kata Erica.“Apanya, Kak?” tanya Lucio.“Rujak jeruk, ena
Leonel menatap Thomas.”Apa kamu sudah mengetahui semua yang terjadi padanya?”Thomas hanya mengangguk, setelah itu dia membuka brankas dan menyerahkan sebuah dokumen untuk Leonel baca. Semuanya telah terangkum di dalam sana, Leonel membuka map coklat itu dan melihat beberapa lembar dokumen tentang Jasmine selama berpisah dengannya. Leonel terkejut karena itu adalah dokumen medis Jasmine.Leonel yang membaca dokumen itu tidak berkedip. Sedangkan Thomas berdiri di sampingnya, dengan kedua tangan yang dikunci di bagian depan.Raut wajah Leonel terlihat berbeda, setelah itu dia meraih dokumen lainnya. Leonel mencengkeram erat dokumen yang sedang dia baca dan matanya terpejam. Selama ini dia telah banyak salah paham kepada Jasmine, dia melepaskan Leonel dan sakit selama ini seorang diri, bahkan dia dijadikan alat untuk memeras uang dari Leonel, oleh kakaknya sendiri.Leonel menarik napas dan perlahan menghembuskannya. Namun, matanya masih terpejam.“Apa data ini bisa dipercaya?” tanya Leon
“Tidak. Saya sangat bersyukur bisa menemukanmu di tengah keramaian wanita di luar sana, meskipun usia kita jauh berbeda. Tapi, saya tidak pernah menyesal bertemu denganmu. Karena saya tahu, ini jalan hidup saya.”Erica menatap mata suaminya yang tampak teduh. Dia memeluk Leonel, dalam hati kecilnya, ia berharap kalau Leonel tidak pernah mengecewakannya. Bagaimanapun, dia sudah mengorbankan masa mudanya untuk sebuah pernikahan dan rela hamil di saat dia sedang kuliah.“Bagaimana, apa kamu sudah siap? Jika kamu sudah siap kita akan pergi ke hotel, acaranya jam 7 malam. Kamu bisa istirahat sampai sore di sana,” kata Leonel.“Ayo kita pergi sekarang. Keluarga kita sudah berada di sana,” kata Erica.Leonel mengangguk, dia meraih tangan Erica mereka menuruni lift dan menaiki mobil menuju hotel milik keluarganya. Di seberang sana, Catalina saat ini sedang membeli sayur di tukang sayur yang ada di mobil. Dia melihat ibu-ibu seperti biasa tengah berkerumun bersama dengan ibu penjual sayur.“E
Mendengar jawaban Leonel, Erica cukup mengerti apa yang diinginkan Leonel saat ini. Setelah itu mereka kembali ke rumah, Leonel memangkunya menuju ke kamar. Perlahan Leonel menurunkan tubuh Erica di atas tempat tidur, Erica duduk dan melepaskan sandal rumahnya.“Kamu tidak perlu repot-repot memangku aku, aku bisa jalan sendiri.”“Aku tahu, tetapi selagi bisa aku ingin memangkumu. Mungkin saja dua tahun lagi aku tidak sanggup memangkumu. Aku sudah cukup tua, walaupun aku masih terlihat tampan dari luar.”Entah kenapa Erica tidak senang mendengarnya. Dia menarik tangan Leonel untuk duduk di sisinya, perlahan tangannya membelai wajah Leonel menatapnya lembut. Mata keduanya saling menatap begitu lekat, ada kehangatan dari kedua mata yang saling menatap.“Di mataku kamu masih muda. Jika suatu hari nanti kamu tidak sanggup bekerja lagi, jangan dipaksakan. Aku yang akan merawatmu, biar aku yang bekerja. Kamu hanya perlu berada di rumah bersama anak kita,” kata Erica.Leonel tersenyum. “Jadi
Leonel membelai rambut Erica. “Karena saya sayang kamu, dan janin di dalam perut kamu. Sekarang kamu memiliki tanggung jawab lebih, yaitu calon anak kita.”Erica diam menatap suaminya, lalu dia tersenyum. Leonel kini sudah memegangi pipi Erica yang semakin hari semakin berisi. “Terima kasih, karena sudah sayang sama aku.”“Itulah tanggung jawab seorang suami. Kamu lapar tidak, ingin makan sesuatu?” tanya Leonel.Erica mengangkat kepala, dia seperti sedang memikirkannya. Lalu, dia teringat sesuatu.”Aku ingin makan mie ayam di pinggir jalan. Mie ayam Pak Joko.”“Di mana? Biar saya belikan,” kata Leonel.“Emh, sebenarnya aku ingin makan di tempatnya. Kalau di rumah kadang rasanya agak beda gitu, boleh tidak?” tanya Erica dengan mata berbinar.Leonel yang melihat ekspresi sang istri tidak berdaya. Akhirnya dia menganggukkan kepalanya. “Baiklah kita pergi sekarang,” kata Leonel.Erica mengangguk, Leonel mengambil sebuah jaket untuk Erica kenakan.“Di luar habis hujan, cuaca pasti dingin.
Tiara terbelalak mendengarnya. Dia tidak menyangka kalau Leonel akan bersikap keras terhadapnya. Hingga membentaknya di hadapan Kenzo, saat itu juga Tiara tidak bisa menyembunyikan air matanya. Dia menangis di hadapan Kenzo.“Sejak menikahi Erica, Paman sudah banyak berubah. Bahkan sekarang membentakku hanya untuk orang asing seperti dia. Jangan-jangan anak yang dikandung Erica bukan anak Paman, tapi anak dia!” tuduh Tiara kepada Kenzo.Kenzo terkejut mendengarnya.”Kau! … Tiara, aku memang masih mencintai Erica, tetapi tuduhanmu terhadapku sangat keterlaluan.”Leonel mengepal tangannya. Darahnya mendidih, jika saja bukan keponakannya. Mungkin Tiara sudah mendapatkan tamparan dari Leonel.“Tiara, saya peringatkan padamu sekali lagi. Jangan membuat masalah dengan Erica, kedua jangan membuat ulah yang merugikan Erica, ketiga Erica bukan orang asing, dia istri saya. Keluarga saya, ibu anak saya. Saya lebih tahu anak siapa yang dikandung Erica, karena saya yang menghamilinya!” dengus Leon
Leonel terkejut mendengarnya. Melihat reaksi suaminya Erica tertawa, perlahan kedua tangannya menyentuh kedua pipi Leonel.“Leonel, aku bercanda. Aku mencintaimu!” ucap Erica dengan wajah tersenyum.Tanpa sebuah kalimat Leonel langsung mencium bibir Erica dengan sangat lembut dan penuh kehangatan. Tidak ada sebuah kalimat yang bisa menggambarkan kebahagiaan Leonel saat ini. Kalimat pun tidak cukup, kalimat yang begitu sederhana, tetapi membuatnya sangat bahagia.Lalu kecupan hangat itu terlepas dan keduanya sama-sama mengukir sebuah senyuman yang hangat.“Erica, saya sangat-sangat mencintaimu dan juga anak kita. Akhirnya aku akan menjadi seorang ayah, kamu harus sehat. Mulai sekarang jangan pikirkan apapun lagi, apapun yang kamu inginkan, kamu hanya perlu memberitahu saya. Anak kita dan kamu tidak boleh kekurangan apapun.”“Aku tahu. Sejak kecil aku hidup penuh dengan kekurangan, sekarang aku tidak akan lagi seperti itu. Terutama anakku dan Lucio, masa depan mereka harus cerah. Dan ti
Erica meraih tangan Leonel sembari mengukir sebuah senyuman.“Tidak apa-apa,” sahutnya yang kemudian meraih tubuh Leonel dan memeluknya.Erica menepuk-nepuk pundak Leonel. Dan keduanya saling memeluk satu sama lain.“Kamu tidak ingin bertanya siapa perempuan tadi?”Erica menghela napas secara perlahan dan menghembuskannya.“Masa lalu tidak perlu diungkit. Semua orang memiliki masa lalu, termasuk aku. Kisah kita memang terlalu pelik, tetapi kita berdua berjalan untuk masa depan. Dan aku tidak mau sedih terus menerus, aku tidak ingin kehamilanku juga terganggu.”“Aku sudah melupakannya. Apa kamu percaya?”“Kamu sudah dengar tadi, kalau aku percaya padamu. Jadi, aku juga berharap kamu juga percaya dengan masa laluku. Saat ini yang aku cintai hanyalah kamu, Leonel.”Pelukan itu melonggar, mata-mata yang sayu menyapu kesedihan. Tatapan hangat pada malam penuh ujian. Keduanya berusaha bersikap kuat, Leonel mengelus rambut Erica lalu mengecup keningnya.“Caca, saya berjanji. Saya tidak akan
Tiara menggelengkan kepala seraya menyeka air matanya.“Tidak Ma, Tiara sedikit sedih saja melihat Paman terlihat bahagia. Aku harap Erica perempuan baik, dan bukan perempuan matre yang hanya menginginkan uang dari Paman!”Natalie terkejut mendengarnya. Biasanya Tiara tidak akan memanggil Erica dengan sebutan nama langsung. Natalie merasa ada yang aneh, di sisi lain dia tidak melihat keberadaan Kenzo dan Dahlia.Saat ini Dahlia sedang menarik Kenzo yang sudah mabuk. Dia berada di balkon.“Bisa-bisanya kamu mabuk di saat seperti ini. Ayo pulang dengan Mama, jangan sampai kamu berkata yang tidak-tidak.”Saat itu juga Dahlia menyuruh ajudannya untuk membawa paksa Kenzo yang sudah mulai melantur. Sementara Erica dan Leonel menikmati pesta resepsi mereka, berbagai acara terus berlangsung.Teman-teman yang bekerja di restoran juga datang ke pesta, mereka masih tidak percaya karena Erica memang menikahi Leonel. Bahkan saat ini sedang mengandung putra dari Leonel.Pesta resepsi pun selesai. K
Erica yang sama sekali tidak mengenali Jasmine tersenyum dengan begitu ramah. Mauren langsung berjalan menarik gaunnya dan buru-buru mengarah ke arah pelaminan. Namun, semua itu terlambat. Karena Jasmine sudah lebih dulu mengulurkan tangannya kepada Leonel dengan wajah tersenyum.“Leo, selamat atas pernikahan dan kehamilan istrimu!” kata Jasmine yang perlahan tatapan matanya berubah menjadi sorot kesedihan, kerinduan.Leonel meraih tangan Jasmine, keduanya berjabat tangan. Tatapan Leonel datar, lalu Jasmine mendekatkan tubuhnya ke wajah Leonel.“Biarkan aku memelukmu untuk terakhir kalinya,” bisik Jasmine memeluk Leonel tanpa ragu. Dia juga mencium pipi Leonel di hadapan Erica, setelah itu dia langsung memutar tubuhnya dan turun dari pelaminan.Erica yang melihat semua itu tertegun. Dia tidak bisa berkata-kata, beberapa tamu yang melihatnya juga tercengang.“Erica, nanti aku akan menjelaskan padamu.”Erica mengangguk pelan.”Aku percaya padamu!”Jawaban Erica mengejutkan Leonel, karena
Mendengar kabar bahagia itu membuat Eleanor dan Philip terkejut dalam kebahagiaan. Karena pada akhirnya yang diinginkan mereka terkabul. Tiara juga tampak bahagia, begitu juga dengan sang ayah Archer, Sarah dan Henry benar-benar terkejut dalam kebahagiaan.“Ternyata benar Erica sedang hamil, sejak awal Mama curiga kalau Erica hamil,” kata Eleanor seraya memegang tangan suaminya.“Baguslah. Keinginanmu sekarang sudah tercapai,” kata Philip dengan wajah tersenyum.Namun, tidak dengan Natalie yang terdiam bersama dengan Dahlia dan juga Kenzo. Sedangkan Jasmine yang mendengar kabar itu benar-benar syok, sampai gelas di tangannya terjatuh ke lantai, saat itu juga dia langsung membalikkan badan meneteskan air mata.“Kita pulang saja, yuk.” Mauren mengelus punggungnya.Jasmine menggelengkan kepalanya.“Aku masih ingin melihatnya di sini. Aku ingin melihat kebahagiaan mereka,”jawab Jasmine yang saat itu pergi ke toilet.Mauren menghela napas, dia tahu tidak akan mudah membujuk Jasmine Mauren
Jasmine mengulas senyum kepada Leonel, dia juga tidak segan-segan mengangkat gelasnya mengajak Leonel bersulang. Di waktu yang sama manik mata Erica dan Jasmine bertemu.‘Perempuan itu sangat cantik.’Erica sama sekali tidak mengenali Jasmine, dan beberapa tamu Leonel. Natalie dan Archer menyadari kehadiran Jasmine bersama dengan Mauren.“Sekarang kamu sudah melihat wanita yang dinikahi Leonel, apa kamu sudah puas?” kata Mauren.“Cantik dan masih muda. Tapi, tetap saja aku yang lebih mengenal Leo dari dia, aku juga yang pertama kali bertemu dengannya. Dia hanyalah gadis kecil yang beruntung dinikahi pria yang aku cintai.”Mauren menghela napas.”Jangan berulah di pernikahan mereka.”“Aku tidak sebodoh itu. Meskipun hatiku tidak rela, apa yang bisa aku perbuat saat ini. Menghancurkan pesta pernikahan mereka tidak akan membuat Leonel kembali kepadaku, bukan?”Mauren mengelus punggung Jasmine dengan wajah tersenyum.Kini Leonel dan Erica berada di kursi pernikahan mereka tersenyum kepada