Jiwa muda sering kalah bergejolak dan ingin melakukan segalanya yang ia inginkan. Mentari salah satu anak remaja yang kurang mendapatkan perhatian atau mungkin menolak diperhatikan oleh keluarganya. Ia melakun semuaya tanpa memikirkan efek pada dirinya sendiri. Balapan yang dilakukan Mentari malam itu hampir saja merengut nyawahnya. Dikenal nekat dan berani mengantarkan Mentari ke puncak kesuksehan . Pimpinan mereka sering sekali mempercayakan sebuah kasus besar pada Mentari ketimbang para seniornya.Malam itu ia menunjukkan kegilaannya, demi menyelesaikan misi Mentari sengaja menabrak motor bernomor delapan belas, hingga dirinya terpental di aspal dan terlempar kearah semak-semak di samping sirkuit.“Sial dia memang gila!” Rehan berlari tetapi bukan menolong Mentari mereka justru menyeret target yang ditabrak Mentari. Mentari sudah melakukan perhitungan dan tidak punya pilihan, kalau melanjukan balapan sampai akhir polisi pasti akan menangkap mereka.Sebab ia tahu tempat itu
Topan masih membenci Mentari dengan semua perbuatannya yang mencoba menghancurkan keluarganya . Namun ia masih memliki rasa perduli . Biar bagaimanapun perempuan muda itu istrinya juga. Itu sebabbya ia berjuang menyelamatkan nyawah Mentari. Tidak terbayang kalau saja Topan tidak mengikutinya sampai ke arena balap mungkin saja wanita muda berparas cantik itu tingga nama saja.Malam itu Topan menelepon pak Burhan penjaga villa di Bogor, Topan membawa Mentari melewati pepohonan dan sungai untuk membawa Mentari dari area balapan di sebrang sungai pak Burhan sudah menunggu mereka mengunakan mobil .Topan memperingatkan lelaki itu supaya jangan memberitahu Mentari, “Tolong jangan beritahu ayah dan Bunda kalau Mentari terluka, Pak.”“Baik Den.”Topan berhasil membawa Mentari ke Villa milik keluarganya di Puncak Bogor. Ia menyeka keringat yang membanjiri kening saat mengendong Mentari dari mobil kedalam Villa. Dengan cepat ia melepaskan pakaian Mentari saat membuka pakaianya ia te
‘Benar, semua orang sudah tahu kalau dia istriku, kalau aku melakukanya sama saja aku membuka aib sendiri’ ucap Topan dalam hatinya.Ia diam, memikirkan cara lain untuk menjerat Mentari.Topan sangat kesal pada Mentari setelah diselamatkan bukannya berterimakasih wanita mudah itu lebih memilih kekasihnya yang merawatnya dari pada Topan.Topan duduk di sisi ranjang di kamar Mentari, “ppa kamu tidak pernah mengucapkan terimakasi pada oranh yang menolongmu?”Mentari terdiam lalu berbalik badan menatap Topan dengan tenang, “aku akan melakukannya.”“Terus apa hanya itu balasan terimakasimu untukku setelah aku menolongmu?”Mentari tidak ingin berdebat, ia terlalu lelah untuk hal itu, “ apa yang kamu ingin aku lakukan?”Topan penasaran dengan kehidupan yang dijalani Mentari lelaki tampan itu ingin menyelidikinya, “Aku memintamu menemaniku makan malam.”“Tuan Topan Bayanaka Atmaja, Aku tidak bisa malam ini , baiklah mungkin malam lain”“Terus malam ini kamu mau kabur kemana lagi?” Mentar
Mentari berhasil menghancurkan keluarga Topan, dimulai dari sekolah elite miliki keluarganya yang terancam akan ditutup karena ditemukan banyak kasus asusila dan pelangaran kode etik pendidikan termasuk skandal para Guru dan siswanya, ada banyak kasus memalukan yang mencoreng dunia pendidikan .Tidak cukup hanya sekolah, Topan di beritakan selingkuh dari istrinya, Ayahnya di tuduh terlibat dalam pencucian uang. Tidak cukup sampai di sana Angakasa akhirnya resmi dikeluarkan dari calon legistatip daerah.Hal itu yang menimbulkan kemarahan pada Angkasa , llaki botak itu melampiaskan barang-barang dengan cara memecahkan semua perabotan dalam rumah ada beberapa perabotan mahal dan barang –barang antik yang hancur dibuatnya. Angkasa kalau marah akan selalu seperti itu.Memikirkan semua perbuatan Mentari yang menghancurkan keluarganya Topan ingin membalasnya dengan cara yang lain.Malam itu setelah Mentari menolaknya terus-menerus Topan semakin kesal, ia menyeret Mentari ke kamarnya d
Aku meminta hakku sebagai suami.Setelah menjinakkan Mentari dengan cara memborgol satu tanganya. Menanggalkan sebuah pakaianya hanya menyisahkan pakaian dalam warna hitam yang senada.‘ Hadeh untung aku yang senada pakaian dalamku, kalau saja aku pakai seperti yang biasa tadi betapa memalukan.Mentari masih menutup matanya, Topan benar-benar menghukumnya karena saat ini Topan hanya memainkan jemarinya diatas perut yang berbentuk kota-kotak milik Mentari.“Tadinya aku tidak suka melihat bekas luka ini tetapi setelah melihat bentuk tubuh dan otot keras ini aku yakin kamu sudah melalui banyak hal buruk,” ujar Topan menadaratkan bibirnya bekas lukamemanjang di bagian pusar Mentari.Topan juga mengecup luka bekas jahitan di bagian kenyal di di dadanya terliha masih tegak dan berdiri koko seakan-akan belum terjamah.“Hentikan, lakukan itu pada wanita yang kamu sukai”“Kanu salah Mentari, harusnya melakukannya dengan pasangan halalmu, cinta atau tidak cinta itu adalah kewajipan
Tidak mudah bagi seorang Mentari Gumala melakukan balas dendam pada keluarga suaminya. Ia harus melewati banyak rintangan, bahkan wanita mudah berwajah cantik itu melakukan banyak hal untuk membuktikan kalau Angkasa Atmaja lelaki yang jahat. Mentari ingin membuktikan pada semua orang ayahnya tidak salah.Tapi untuk menlancarkan aksi balas dendamnya Mantari harus berhadapan dengan sang suami. Topan tidak rela Mentari mengusik keluarganya, ia ingin menghantikan Mentari.“Aku akan menjiknakkanmu, istri kecilku.”Topan tersenyum puas melihat Mentari terikat di atas ranjang.“Mentari hanya membalas dengan tatapan sinis.”“Tubuhmu membuatku candu Mentari, kita akan sering-sering melakukannya nanti ke depannya.”Mendengar hal itu Mentari semakin kesal,” omong kosong, lepaskan aku!”Sulit membedakan wajah Topan malam itu. Apakah itu wajah kemarahan atau karena keinginan tubuhnya yang memintah aktivitas lebih banyak darinya.Topan sudah melakukannya satu kali bahkan Mentari merasa lelah. Top
Topan berpikir Mentari akan berhenti setelah memberinya hukuman. Namun, lelaki tampan itu salah, bukannya bertambah jinak Mentari semakin tidak terjangkau. Gadis cantik itu seakan-akan ingin menghilang dari pandangannya.Setelah apa yang dilakukan Topan malam itu, Mentari justru jarang pulang ke rumah Topan, ia lebih banyak menghabiskan waktu tinggal di apartemennya, ia fokus belajar untuk menyeselesaikan sekolah SMA-nya.Awalnya Topan masih sabar saat Mentari tidak pulang selama berhari-hari, lama kelamaan ia kesal juga. Sebelum berangkat kekantor ia melihat kamar Mentari kosong lagi. Ia membuang napas kasar sembari duduk di meja makan.“Apa Mentari pulang lagi ke rumah orang tuanya?” tanya Bunda Topan saat mereka berdua serapan.“Aku tidak tahu Bun, aku tidak mengurusinya.”“Bunda berharap masalah lalu, biarlah masa lalu kehidupan kamu dan Mentari jangan ikut bermasalah.”“Bun, aku dan Mentari itu sejak dari awal pernikahan memang tidak ada harapan, awal kami menikah karena
Mentari dan Topan masih berdebat, memperjuangkan pendapat masing-masing. Topan masih membela keluarganya. Topan menyebut Bulanlah yang berhianat terlebih dulu, itu sebabnya pernikahan mereka dibatalkan.“Kak Bulan tidak pernah selingkus, dia sangat mencintamu,” jelas Mentari.Topan mendengus, “kalau tidak selingku lalu siapa pria yang bersamanya saat itu?”Mentari lelah berdebat dengan Topan, baru tiba dari Bali sebenarnya ia ingin istirahat bukan malah berdebat dengan Topan.“Keluargamu yang membayar orang untuk berpura-pura jadi kekasih Kak Bulan.”Topan marah karena Mentari asal menuduh, “jangan asal menuduh kalau tidak ada bukti.”“Bukti kamu bilang …? Pergi dan tanyakan sama Bunda kamu, saksi dan bukti masih ada.”“Bunda? Kamu jangan menuduh seperti itu, justru dia yang membantu kamu untuk menantunya.”“Aku kasihan pada kamu, sebagai anak kamu tidak tahu penderitaan wanita yang melahirkanmu, aku tidak ingin berdebat lagi, aku ingin pergi ada urusan yang akan aku selesa
Mentari sangat bahagia saat sahabatnya datang berkunjung ke rumah mereka. Topan yang membawa Melie ke sana, ingin Mentari bahagia. Topan tahu hanya Melie sahabat satu-satunya yang dimiliki Mentari. Sebelum mengajaknya ke rumah Topan terlebih dahulu meminta Melie bertemu, ia menjelaskan kenapa Mentari tidak berterus terang padanya tentang Dilan. Topan meluruskan kesalahpahaman antara keduanya.Melie setuju memaafkan sahabatnya dan setuju bertemu juga. Mentari sangat berterimakasih pada Topan karena bisa memperbaiki hubungan persahabatan mereka.“Aku sangat senang Kak Topan membawa Meli kesini,” ucap Mentari saat mereka bertiga duduk di ruang tamu.“Aku tidak ingin melihatmu sedih, itu sebabnya aku meminta Meli bertemu.”Kedua sahabat itu saling menatap dan sama-sama tertawa.“Aku minta maaf atas perkataanku hari itu, Tari,” ujar Melie dengan raut wajah menyesal.“Tidak apa-apa, kamu pantas marah padaku.”Topan berdiri, “Aku ingin memberikan waktu pada kalian berdua, aku ada pertemu
Hubungan pasangan suami istri itu kian membaik, setelah Topan memberi Mentari suntikan ala suami perkasa. Saat bumil cantik itu bangun Topan sudah membawakannya susu hangat dan roti bakar hangat.“Selamat pagi Sayang,” sapa Topan saat Mentari duduk. Kesadarannya belum terkumpul otaknya belum konek ke saraf-saraf otak, hanya diam dengan kedua bola mata memutar kekanan dan ke kiri, mencoba mengingat-ingat semua yang terjadi.‘Kenapa Topan datang ke kamarku?’ tanya Mentari dalam hati.Melihat Mentari seperti orang bingung Topan duduk di sisi ranjang, ia menyisihkan anak rambut yang menutupi kening sang istri.“Kenapa terlihat bingung. Kamu hanya menjawab selamat pagi juga,” ujar Topan mencubit hidung mancung istri kecilnya.“Kenapa kamu ada disini.”Mendengar pertanyaan konyol Mentari, Topan tertawa kecil, “apa kamu lupa?”“Lupa …? Apa yang aku lupakan?” tanya Mentari bigung.Topan menarik selimut yang menutupi bagian tubuh Mentari, lalu ia mengedipkan sebelah mata memberi kode ka
Topan tersenyum kecil saat Mentari meninggalkannya di dapur, dalam otak Topan sudah menyusun rencana yang pakai untuk meluluhkan hati Mentari. Ia menoleh meja jus alpukat pesanan Mentari belum di minum sama sekali. Laki-laki tampan itu tersenyum, lalu berdiri membawa jus . Tiba di depan kamar Mentari ia mengetuk.“Siapa?”“Ini Aku, jus yang kamu pesan tadi belum di minum.”Mentari berdiri sebentar memikirkan alasan menolak membuka pintu.“Aku sudah mengantuk, besok saja.”“Besok tidak bisa diminum lagi, kamu yang mengatakan tadi tidak baik buang-buang makanan.”Mentari akhirnya membuka pintu, membiarkan Topan masuk ke dalam kamar yang ditempati. Sudah hampir tiga bulan sejak mereka tinggal bersama di rumah baru yang dibeli Topan. Keduanya menempati kamar terpisah sesuai permintaan Mentari. Selama mereka tinggal Mentari bahkan tidak memperbolehkan siapapun masuk ke dalam kamarnya. Pertama kalinya Topan masuk ke kamar tersebut. Di Atas meja ada banyak buku tebal yang dibaca Mentari
“Kamu tidak perlu melakukannya Untukku, lakukan saja itu untuk Kak Bulan.”Mendengar itu, wajah Topan berubah muram, “kamu istriku Mentari, aku tidak perlu menyuruhku memberi perhatian pada orang lain.”“Dia kakakku Topan.”“Aku tidak ingin Bulan, aku hanya butuh kamu dalam hidupku. Kamu dan anakku itu yang aku inginkan.”“Tapi dia menginginkan dirimu, dia sangat mencintaimu. Kalian berdua saling mencintai.”Topan tidak ingin berdebat di sana, ada banyak orang di restoran, kalau Mentari terus menerus membawa-bawa Bulan, ia bisa meledak.“Kita sudahi pembicaraan kita sampai di sini, stop membahas Bulan lagi,” potong Topan.Topan mengajaknya pulang, bahkan lupa membeli kebutuhan Mentari. Dalam mobil keduanya sama-sama diam. Topan fokus dengan kemudi sementara Bumil cantik itu sibuk dengan pikirannya sendiri. Saat tiba di rumah, Topan keluar dari mobil meminta Mentari untuk duduk.“Mari kita bicara dan luruskan semuanya,” ucapnya sambil duduk di sofa di depan rumah mereka.“Baiklah.” M
Hubungan Topan dan Mentari sedikit membaik berkat kesabaran Topan. Laki-laki tampan itu memilih mengalah dan sabar untuk menghadapi sikap istri kecilnya. Mentari sudah mau bicara padanya , bahkan sudah mau duduk semeja dengan Topan, walau tidak tidur dengan satu kamar tapi ia akan tetap bertahan.“Apa kamu mau jalan-jalan bersamaku?” tanya Topan saat Mentari berdiri di tepi kolam renang.“Tidak usah, aku malas.”Topan tidak ingin memaksa, tetapi ia menawarkan hal yang lain.“Bagaimana dengan perlengkapanmu,apa masih ada? Kebetulan aku kehabisan parfum kalau kamu mau kita pergi bersama-sama.”Mentari memikirkan tawaran sang suami, lalu masuk ke dalam kamarnya untuk memeriksa apa saja barang yang ia perlukan.“Baiklah, aku ikut,” ucap Mentari.Mendengar hal itu Topan merasa sangat bahagia, selama ini Mentari masih memasang tembok penghalang diantara mereka. Topan sudah bertekad akan penghalang asal ia sabar menghadapi sikap keras kepala Mentari.“Apa perlu kita meminta Melie menem
Mentari bersedia dibawa ke Jakarta dengan berbagai persyaratan yang harus dituruti Topan. Salah satunya tidak ingin tinggal di rumah ibu mertuanya. Mentari juga harus diperbolehkan mengikuti ujian susulan. Agar bayi dalam kandungan Mentari Topan melakukan semuanya, ia mengijinkan Mentari mengikuti ujian kelulusan. Selama masa ujian Topan tidak diperbolehkan bicara padanya, bahkan Mentari tidak pernah menemuinya selama berhari-hari. Mereka hidup satu atap, tapi bisa bertemu satu sama lain.Mentari sudah berbulan-bulan tidak bertemu sahabatnya Melie. Mentari meminta izin ingin bertemu Melie.“Kamu hamil anak siapa?” tanya Melie sahabatnya.“Hamil anak Topanlah Melie,” ujar Mentari mencubit lengan Melie.Kedua sahabat itu bertemu di sebuah café setelah menyelesaikan ujian kelulusan. Melie belum tahu kalau Dilan seorang perempuan. Mentari tidak ingin menutupinya lagi dari Melie.“Mel, aku ingin jujur sama kamu,” ucap Mentari dengan raut wajah serius.“Tentang apa?”“Dilan.”Mendenga
Setelah bertengkar hebat dengan istrinya Samudra merasa kepalanya ingin meledak. Ia tidak ingin pertengkaran mereka semakin melebar , ia berhenti menyudahi semua pertengkaran merekam keluar dari rumah. Saat ia keluar ternyata Mentari juga berdiri di sana. Hati Mentari begitu hancur, selama ini ia berpikir kalau Ibu yang ia sayangi menyayanginya juga, ternyata ia salah wanita itu membencinya. “Apa kamu mendengar pertengkaran kami?” tanya pria itu dengan khawatir.“Iya,” sahut Mentari dengan kepala menunduk.“Maafkan Ayah Nak.”Pria itu berjalan menuju bangku taman. Duduk sambil menatap hamparan laut luas. Suara deburan ombak menambah rasa pilu dalam hatinya.Setiap malam ia selalu duduk di sana mendengar deburan ombak yang indah. Semenjak pindah ke Bali Samudra merasakan ketenangan. Jauh dari hiruk pikuk ibu kota. Namun, kali ini ada perasaan yang berbeda saat duduk di sana. Ada perasaan yang sangat terluka akan sulit menyembuhkannya.Mentari juga duduk di samping ayahnya, pria it
Samudra tidak percaya dengan apa yang dilihat di depan matanya. Anak perempuan yang selama ini ia bangakan ternyata melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan.“Bulan! Apa yang kamu lakukan? Dia suami adikmu, bahkan adikmu sedang hamil. Kenapa kamu tega melakukannya?”“Ayah … dengar dulu, ini tidak seperti yang ayah lihat,” bantah Bulan.“Stop! Kalian berdua tidak bisa mengelak. Saya sudah melihat dengan mata kepala saya sendiri,” bentak Samudra.Pundaknya naik turun, wajahnya menghitam menahan luapan emosi yang ingin meledak. Tatapan mata tajam dia tujukan pada menantunya.“Kamu laki-laki bajingan, pergilah dari sini,” usirnya lagi.“Yah, maafkan saya, saya khilaf.” Topan bersimpuh di tanah.Saat ayahnya marah besar, tapi tidak untuk Mentari. Ia begitu tenang seolah-olah tahu kalau hal itu akan terjadi.“Apa karena itu kamu meminta menikah dengan Bulan? Dengar aku tidak akan memberikan kedua putriku pada bajingan seperti kamu. Ayo Nak kita pergi dari sini.” Samudra menggenggam ta
Setelah permintaan sang Ibu, sikap Mentari jadi berubah, wanita cantik itu lebih irit bicara, bahkan menghindar bertemu dengan keluarganya.“Apa kamu sakit Nak?” tanya Angkasa, saat melihat Mentari duduk di taman.“Tidak, aku hanya menikmati angin yang sejuk ini Yah.”“Masuklah ke dalam rumah, angin malam tidak baik untukmu dan bayimu,” ujar Ayahnya perhatian.Mentari masuk ke kamarnya hanya duduk diam dalam kamar. Kalau biasanya dia menyempatkan waktunya untuk mengobrol dan cerita-cerita berbagai hal dengan kakak dan Ibunya. Namun kali ini, ia berubah memilih masuk kamarnya. Ia lebih senang sendiri. Untuk hanya sekedar makan saja ia enggan untuk turun. *Samudra berpikir putrinya sedang mengidam, ia membawa makanan ke dalam kamar Mentari.“Ayah, membawa makanan yang kamu suka.” Pria yang sudah beruban itu meletakkan nampan diatas meja.“Terimakasih Yah, aku tidak apa-apa hanya lagi sibuk belajar untuk ujian nanti.”Samudra mengalihkan tatapannya ke buku-buku diatas meja,