Jangan lupa berikan vote, like, komen ya , terimakasih
Setelah pertengkaran malam itu hubungan Topan dan Mentari tidak bisa terbendung lagi. Mentari tidak pernah bicara dengan Topan . Bagi gadis muda itu Topan dan keluarganya musuh besarnya dan ia akan melakukan apapun untuk menghancurkan mereka. Pagi itu Topan segaja bangun lebih awal, ia duduk di meja makan di sana sudah ada Mentari dan Bunda Topan. “Saya setuju jadi kepala sekolah di sana Bun, saya akan membereskan semuanya. saya juga akan meyingkirkan siapapun yang mencoba mengusik keluarga kita,” ujar Topan matanya menatap Mentari dengan senyuman miring. ‘Silahkan Pak Topan, kita lihat sekuat apa dirimu’ ucap Mentari dalam hati. Ia gadis yang sangat berani. Walau ia tahu hidupnya dalam bahaya tetapi dengan berani tinggal di rumah Topan. “Mentari, kamu berangkat sama Topan ya,” bujuk sang Ibu mertua. “Tidak usah Bun, Mentari sudah janji sama Melie berangkat bareng,’ sahut Mentari. “Oh, baiklah.” Topan yakin bukan Melie yang menjemputnya, saat keluar dari rumah ia sengaja mengi
Mentari bolos sekolah dan berada di apartemen sang kekasih. Ia dan Dilan mengumpulkan bukti-bukti keterlibatan Angkasa dalam kasus ayahnya. "Ini sulit Mentari, pria itu licin seperti belut. Aku yakin dia tidak akan bisa masuk penjara," ujar Dilan ia merapikan kertas-ketas yang berserak. "Tidak masalah yang terpenting nama Kak Bulan dan Ayah t bersih. Aku pulang dulu sudah sore." "Apa malam ini kita tidak bisa bertemu Beb." Dilan mengercap bibir Mentari. "Lihat nanti saja, da." Ia pulang. Topan sudah menunggu Mentari di dalam kamar. “Kamu dari mana sejak pagi?” “Ada urusan," ucap Mentari dengan sikap acuh. “Berani sekali kamu seka-" Mulut Topan terhenti saat Mentari melepaskan pakaianya dan memperlihatkan tato ditubuhnya. “Kenapa? Kamu tidak pernah melihat perempuan bertato dan memiliki luka di sekujur tubuhnya?” Mentari tersenyum menyeringai, seakan meledek Topan. “Kamu memiliki tato di tubuhmu?” “Iya, apa kamu tidak pernah melihat tato?” “Mentari siapa kamu sebenar
Topan memilih diam,sengaja tidak memberitahukanya pada Ayahnya siapa sebenarnya dibalik semua musibah yang terjadi pada keluarga mereka. Setelah menguncang sekolah hari itu. Mentari minta ijin sama ibu mertuanya, dengan alasan menemui orang tuanya di kampung. Setelah beberapa lama ia kembali ke rumah seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Bahkan masih bersikap duduk tenang bersama Topan dan ibu mertuanya. “Mentari bagaimana kedaan keluargamu?” tanya Mutiara saat mereka sedang makan malam. “Mereka baik-baik saja Bun, Ibu lebih sehat di kampung mungkin karena udaranya segar,” ujar Mentari ia tidak mau melihat ke arah Topan. Tetapi Topan menatapnya dengan senyum kecil, ia tahu Mentari bersikap pura-pura baik di depan kelurganya . Saat selesai makan, Mentari sudah mulai bersikap was-was, sebenarnya ia sudah ingin keluar dari rumah, tetapi ia masih punya pekerjaan lain di rumah Topan. Mentari masuk kamar, ia tahu selama pergi, pasti ada yang memasang camera di kamarnya, padah
Topan awalnya ingin menangkap Dilan orang yang menjadi kekasih istrinya, tetapi Mentari terlalu pintar untuk menganalisis sesuatu, ia tidak masuk ke jebakan Topan. “Apakah kalian berdua pasangan kekasih?” tanya Topan tidak percaya. “Kenapa tidak?” Melie yang sudah lama mengidolakan Dilan mengambil kesempatan itu, ia menempelkan bibirnya di bibir Dilan dan mengecupnya dengan lembut. Awalnya Dilan kaget, tetapi demi melancarkan akting mereka ia juga membalas ciuman Melie. ‘Sialan gue ketipu lagi tapi Lelaki itu terlalu cantik menjadi laki-laki’ ucap Topan membatin, ia meneliti wajah Dilan. Ia keluar daria apartemn Dilan. Dengan wajah kesal Sementara Melie merasa malu saat ia mencium kekasih sahabatnya. “Maaf gue hanya membantu Mentari,” ucap meli malu. “It’s oke no frolem, justru gue berterimakasi karena bantu Mentari,” ucap Dilan, ia membuka kulkas dan menyodorkan minuman kaleng untuk Melie. Melie menelepon Mentari menceritakan semuanya termasuk ciuman yang ia berikan pada Dila
Ternyata Mentari belum berhenti, walau sudah hampir menghancurkan sekolah milik keluarga sang suami . Kini ia ingin membongkar keterlibatan ayah mertuanya dalam kematian Kakak laki-lakinya. Setelah sebuah situs berita memposting gambar mobil Angkasa ada di lokasi kejadian tepat saat kejadian. Angkasa meyangkal semuanya. Namun, mobil hitam ada dalam rekaman CCTV milik salah satu gedung . “Ini tidak boleh, kamu harus singkirkan mobil ini sekarang juga,” pintah Angkasa pada supir pribadinya. “Apa yang akan saya lakukan Pak?” tanya pria dengan wajah takut. “Bawa jauh dari rumah ini, jangan sampai ada orang melihat.” Mentari sudah menempelkan sebuah gps di bawah mobilnya. “Dasar lelaki jahat, siapa lagi yang akan kamu korbankan untuk menutupi kesalahanmu kali ini? Setelah kamu menumbalkan adek iparmu, siapa yang ingin kamu jadikan kuda hitam kali ini,” ucap Mentari. Ia melihat mobil itu dibawa jauh. Ia tahu Angakasa bukan orang yang mudah di jerat dengan hukum ia licin seperti
Topan masih mematung ia merasa kalau Mentari mempermainkan perasaannya. Kerena tiba-tiba tadi Mentari dengan berani menciumnya dan melepaskannya begitu saja saat bagian tubuhnya mulai bangun. Saat ia berbalik badan Mentari sudah meninggalkan kamar dan ia pergi begitu saja meningalkan Topan. Lelaki itu akan mengalami sakit kepala. Tadi saat Topan dan Mentari bertukar air liur, ia sempat tergugah karena ia lelaki normal dan wajar baginya jika bagian juniornya tiba-tiba bangun. Akan tetapi.“Aku akan perg. Jangan mengharapkan itu dariku karena aku tidak akan sembarangan memberikannya,” ucap Mentari melepaskan tangannya dari leher Topan.Lelaki itu melonggo dengan ekpresi bigung, “Apa maksudnya?” tanya Topan.“Apa kamu ingin lebih? Aku tidak mau.” Mentari meraih jaket kulit dan meninggalkan kamar.“Mentari! Apa yang kamu lakukan?” Topan mengejar Mentari.“Lakukuan itu dengan kekasihmu, aku yakin rasanyaa kan berbeda,” ujar Mentari melarikan diri dari Topan.“Awas saja kamu. Das
Jiwa muda sering kalah bergejolak dan ingin melakukan segalanya yang ia inginkan. Mentari salah satu anak remaja yang kurang mendapatkan perhatian atau mungkin menolak diperhatikan oleh keluarganya. Ia melakun semuaya tanpa memikirkan efek pada dirinya sendiri. Balapan yang dilakukan Mentari malam itu hampir saja merengut nyawahnya. Dikenal nekat dan berani mengantarkan Mentari ke puncak kesuksehan . Pimpinan mereka sering sekali mempercayakan sebuah kasus besar pada Mentari ketimbang para seniornya.Malam itu ia menunjukkan kegilaannya, demi menyelesaikan misi Mentari sengaja menabrak motor bernomor delapan belas, hingga dirinya terpental di aspal dan terlempar kearah semak-semak di samping sirkuit.“Sial dia memang gila!” Rehan berlari tetapi bukan menolong Mentari mereka justru menyeret target yang ditabrak Mentari. Mentari sudah melakukan perhitungan dan tidak punya pilihan, kalau melanjukan balapan sampai akhir polisi pasti akan menangkap mereka.Sebab ia tahu tempat itu
Topan masih membenci Mentari dengan semua perbuatannya yang mencoba menghancurkan keluarganya . Namun ia masih memliki rasa perduli . Biar bagaimanapun perempuan muda itu istrinya juga. Itu sebabbya ia berjuang menyelamatkan nyawah Mentari. Tidak terbayang kalau saja Topan tidak mengikutinya sampai ke arena balap mungkin saja wanita muda berparas cantik itu tingga nama saja.Malam itu Topan menelepon pak Burhan penjaga villa di Bogor, Topan membawa Mentari melewati pepohonan dan sungai untuk membawa Mentari dari area balapan di sebrang sungai pak Burhan sudah menunggu mereka mengunakan mobil .Topan memperingatkan lelaki itu supaya jangan memberitahu Mentari, “Tolong jangan beritahu ayah dan Bunda kalau Mentari terluka, Pak.”“Baik Den.”Topan berhasil membawa Mentari ke Villa milik keluarganya di Puncak Bogor. Ia menyeka keringat yang membanjiri kening saat mengendong Mentari dari mobil kedalam Villa. Dengan cepat ia melepaskan pakaian Mentari saat membuka pakaianya ia te
Mentari sangat bahagia saat sahabatnya datang berkunjung ke rumah mereka. Topan yang membawa Melie ke sana, ingin Mentari bahagia. Topan tahu hanya Melie sahabat satu-satunya yang dimiliki Mentari. Sebelum mengajaknya ke rumah Topan terlebih dahulu meminta Melie bertemu, ia menjelaskan kenapa Mentari tidak berterus terang padanya tentang Dilan. Topan meluruskan kesalahpahaman antara keduanya.Melie setuju memaafkan sahabatnya dan setuju bertemu juga. Mentari sangat berterimakasih pada Topan karena bisa memperbaiki hubungan persahabatan mereka.“Aku sangat senang Kak Topan membawa Meli kesini,” ucap Mentari saat mereka bertiga duduk di ruang tamu.“Aku tidak ingin melihatmu sedih, itu sebabnya aku meminta Meli bertemu.”Kedua sahabat itu saling menatap dan sama-sama tertawa.“Aku minta maaf atas perkataanku hari itu, Tari,” ujar Melie dengan raut wajah menyesal.“Tidak apa-apa, kamu pantas marah padaku.”Topan berdiri, “Aku ingin memberikan waktu pada kalian berdua, aku ada pertemu
Hubungan pasangan suami istri itu kian membaik, setelah Topan memberi Mentari suntikan ala suami perkasa. Saat bumil cantik itu bangun Topan sudah membawakannya susu hangat dan roti bakar hangat.“Selamat pagi Sayang,” sapa Topan saat Mentari duduk. Kesadarannya belum terkumpul otaknya belum konek ke saraf-saraf otak, hanya diam dengan kedua bola mata memutar kekanan dan ke kiri, mencoba mengingat-ingat semua yang terjadi.‘Kenapa Topan datang ke kamarku?’ tanya Mentari dalam hati.Melihat Mentari seperti orang bingung Topan duduk di sisi ranjang, ia menyisihkan anak rambut yang menutupi kening sang istri.“Kenapa terlihat bingung. Kamu hanya menjawab selamat pagi juga,” ujar Topan mencubit hidung mancung istri kecilnya.“Kenapa kamu ada disini.”Mendengar pertanyaan konyol Mentari, Topan tertawa kecil, “apa kamu lupa?”“Lupa …? Apa yang aku lupakan?” tanya Mentari bigung.Topan menarik selimut yang menutupi bagian tubuh Mentari, lalu ia mengedipkan sebelah mata memberi kode ka
Topan tersenyum kecil saat Mentari meninggalkannya di dapur, dalam otak Topan sudah menyusun rencana yang pakai untuk meluluhkan hati Mentari. Ia menoleh meja jus alpukat pesanan Mentari belum di minum sama sekali. Laki-laki tampan itu tersenyum, lalu berdiri membawa jus . Tiba di depan kamar Mentari ia mengetuk.“Siapa?”“Ini Aku, jus yang kamu pesan tadi belum di minum.”Mentari berdiri sebentar memikirkan alasan menolak membuka pintu.“Aku sudah mengantuk, besok saja.”“Besok tidak bisa diminum lagi, kamu yang mengatakan tadi tidak baik buang-buang makanan.”Mentari akhirnya membuka pintu, membiarkan Topan masuk ke dalam kamar yang ditempati. Sudah hampir tiga bulan sejak mereka tinggal bersama di rumah baru yang dibeli Topan. Keduanya menempati kamar terpisah sesuai permintaan Mentari. Selama mereka tinggal Mentari bahkan tidak memperbolehkan siapapun masuk ke dalam kamarnya. Pertama kalinya Topan masuk ke kamar tersebut. Di Atas meja ada banyak buku tebal yang dibaca Mentari
“Kamu tidak perlu melakukannya Untukku, lakukan saja itu untuk Kak Bulan.”Mendengar itu, wajah Topan berubah muram, “kamu istriku Mentari, aku tidak perlu menyuruhku memberi perhatian pada orang lain.”“Dia kakakku Topan.”“Aku tidak ingin Bulan, aku hanya butuh kamu dalam hidupku. Kamu dan anakku itu yang aku inginkan.”“Tapi dia menginginkan dirimu, dia sangat mencintaimu. Kalian berdua saling mencintai.”Topan tidak ingin berdebat di sana, ada banyak orang di restoran, kalau Mentari terus menerus membawa-bawa Bulan, ia bisa meledak.“Kita sudahi pembicaraan kita sampai di sini, stop membahas Bulan lagi,” potong Topan.Topan mengajaknya pulang, bahkan lupa membeli kebutuhan Mentari. Dalam mobil keduanya sama-sama diam. Topan fokus dengan kemudi sementara Bumil cantik itu sibuk dengan pikirannya sendiri. Saat tiba di rumah, Topan keluar dari mobil meminta Mentari untuk duduk.“Mari kita bicara dan luruskan semuanya,” ucapnya sambil duduk di sofa di depan rumah mereka.“Baiklah.” M
Hubungan Topan dan Mentari sedikit membaik berkat kesabaran Topan. Laki-laki tampan itu memilih mengalah dan sabar untuk menghadapi sikap istri kecilnya. Mentari sudah mau bicara padanya , bahkan sudah mau duduk semeja dengan Topan, walau tidak tidur dengan satu kamar tapi ia akan tetap bertahan.“Apa kamu mau jalan-jalan bersamaku?” tanya Topan saat Mentari berdiri di tepi kolam renang.“Tidak usah, aku malas.”Topan tidak ingin memaksa, tetapi ia menawarkan hal yang lain.“Bagaimana dengan perlengkapanmu,apa masih ada? Kebetulan aku kehabisan parfum kalau kamu mau kita pergi bersama-sama.”Mentari memikirkan tawaran sang suami, lalu masuk ke dalam kamarnya untuk memeriksa apa saja barang yang ia perlukan.“Baiklah, aku ikut,” ucap Mentari.Mendengar hal itu Topan merasa sangat bahagia, selama ini Mentari masih memasang tembok penghalang diantara mereka. Topan sudah bertekad akan penghalang asal ia sabar menghadapi sikap keras kepala Mentari.“Apa perlu kita meminta Melie menem
Mentari bersedia dibawa ke Jakarta dengan berbagai persyaratan yang harus dituruti Topan. Salah satunya tidak ingin tinggal di rumah ibu mertuanya. Mentari juga harus diperbolehkan mengikuti ujian susulan. Agar bayi dalam kandungan Mentari Topan melakukan semuanya, ia mengijinkan Mentari mengikuti ujian kelulusan. Selama masa ujian Topan tidak diperbolehkan bicara padanya, bahkan Mentari tidak pernah menemuinya selama berhari-hari. Mereka hidup satu atap, tapi bisa bertemu satu sama lain.Mentari sudah berbulan-bulan tidak bertemu sahabatnya Melie. Mentari meminta izin ingin bertemu Melie.“Kamu hamil anak siapa?” tanya Melie sahabatnya.“Hamil anak Topanlah Melie,” ujar Mentari mencubit lengan Melie.Kedua sahabat itu bertemu di sebuah café setelah menyelesaikan ujian kelulusan. Melie belum tahu kalau Dilan seorang perempuan. Mentari tidak ingin menutupinya lagi dari Melie.“Mel, aku ingin jujur sama kamu,” ucap Mentari dengan raut wajah serius.“Tentang apa?”“Dilan.”Mendenga
Setelah bertengkar hebat dengan istrinya Samudra merasa kepalanya ingin meledak. Ia tidak ingin pertengkaran mereka semakin melebar , ia berhenti menyudahi semua pertengkaran merekam keluar dari rumah. Saat ia keluar ternyata Mentari juga berdiri di sana. Hati Mentari begitu hancur, selama ini ia berpikir kalau Ibu yang ia sayangi menyayanginya juga, ternyata ia salah wanita itu membencinya. “Apa kamu mendengar pertengkaran kami?” tanya pria itu dengan khawatir.“Iya,” sahut Mentari dengan kepala menunduk.“Maafkan Ayah Nak.”Pria itu berjalan menuju bangku taman. Duduk sambil menatap hamparan laut luas. Suara deburan ombak menambah rasa pilu dalam hatinya.Setiap malam ia selalu duduk di sana mendengar deburan ombak yang indah. Semenjak pindah ke Bali Samudra merasakan ketenangan. Jauh dari hiruk pikuk ibu kota. Namun, kali ini ada perasaan yang berbeda saat duduk di sana. Ada perasaan yang sangat terluka akan sulit menyembuhkannya.Mentari juga duduk di samping ayahnya, pria it
Samudra tidak percaya dengan apa yang dilihat di depan matanya. Anak perempuan yang selama ini ia bangakan ternyata melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan.“Bulan! Apa yang kamu lakukan? Dia suami adikmu, bahkan adikmu sedang hamil. Kenapa kamu tega melakukannya?”“Ayah … dengar dulu, ini tidak seperti yang ayah lihat,” bantah Bulan.“Stop! Kalian berdua tidak bisa mengelak. Saya sudah melihat dengan mata kepala saya sendiri,” bentak Samudra.Pundaknya naik turun, wajahnya menghitam menahan luapan emosi yang ingin meledak. Tatapan mata tajam dia tujukan pada menantunya.“Kamu laki-laki bajingan, pergilah dari sini,” usirnya lagi.“Yah, maafkan saya, saya khilaf.” Topan bersimpuh di tanah.Saat ayahnya marah besar, tapi tidak untuk Mentari. Ia begitu tenang seolah-olah tahu kalau hal itu akan terjadi.“Apa karena itu kamu meminta menikah dengan Bulan? Dengar aku tidak akan memberikan kedua putriku pada bajingan seperti kamu. Ayo Nak kita pergi dari sini.” Samudra menggenggam ta
Setelah permintaan sang Ibu, sikap Mentari jadi berubah, wanita cantik itu lebih irit bicara, bahkan menghindar bertemu dengan keluarganya.“Apa kamu sakit Nak?” tanya Angkasa, saat melihat Mentari duduk di taman.“Tidak, aku hanya menikmati angin yang sejuk ini Yah.”“Masuklah ke dalam rumah, angin malam tidak baik untukmu dan bayimu,” ujar Ayahnya perhatian.Mentari masuk ke kamarnya hanya duduk diam dalam kamar. Kalau biasanya dia menyempatkan waktunya untuk mengobrol dan cerita-cerita berbagai hal dengan kakak dan Ibunya. Namun kali ini, ia berubah memilih masuk kamarnya. Ia lebih senang sendiri. Untuk hanya sekedar makan saja ia enggan untuk turun. *Samudra berpikir putrinya sedang mengidam, ia membawa makanan ke dalam kamar Mentari.“Ayah, membawa makanan yang kamu suka.” Pria yang sudah beruban itu meletakkan nampan diatas meja.“Terimakasih Yah, aku tidak apa-apa hanya lagi sibuk belajar untuk ujian nanti.”Samudra mengalihkan tatapannya ke buku-buku diatas meja,