Raisa sedang belanja dengan andi di salah satu toko yang menyediakan barang mewah, Andi membelikan banyak sekali barang yang diminta oleh Raisa. Tentu saja Andi tidak akan menolak apa pun yang diminta gadis itu.Raisa sangat senang karena ketika tidak bersama dengan Felix tentu saja ada pria cadangan yang bisa memberikan apapun untuknya. Andi mengantarkan Raisa jauh dari rumahnya karena Raisa tidak mau Andi datang ke rumah ketika bersamaan dengan Felix. Raisa turun di depan rumah orang lain di pinggir jalan, padahal rumahnya agak jauh dari sana. Raisa tetap berdiri di depan rumah itu sebelum Andi pergi. Salah satu pemilik rumah itu keluar bertanya untuk apa Raisa ada di sana? Bukannya malu justru Raisa malah marah pada pemilik rumah itu. Raisa bilang ia juga punya rumah mewah yang lebih bagus dari rumah ini. Tidak perlu sombong karena punya rumah bagus sehingga menanyai keberadaan Raisa. "Hey harusnya kamu itu sadar, kamu itu sangat mencurigakan karena sering banget turun di depan
Revalina berdiri di dekat Felix yang sedang merapikan rambutnya di depan cermin. Wanita itu minta izin untuk ke rumah Santi, Felix melarang karena tidak boleh pergi sendiri. Revalina akan pergi dengan Vino, anggap saja Vino yang akan melindunginya. "Gak bisa paling kamu sama Vino ..." Felix menjeda ucapannya membuat Revalina menunggu kelanjutannya, tetapi Felix tidak juga melanjutkan perkataan tersebut, tiba-tiba Felix pun mengizinkan Revalina ke rumah Santi dengan Vino. "Tapi di sana gak ada ibumu, kan?" "Gak ada, Pak." Felix mengangguk, Revalina pun datang ke rumah Santi dengan Vino. Di rumah itu mereka hanya bertiga karena ibunya Santi pergi ke pasar. Revalina bertanya apakah Santi mendengar apa yang dikatakan Vino kemarin? Tentu saja gadis itu mendengarnya dengan jelas walaupun belum paham apa maksudnya. "Aku berharap kamu gak berpikir apa-apa," ucap Revalina. "Bagaimana bisa aku gak berpikir apapun, Revalina? Aku merasa apa yang dikatakan Vino seolah-olah Felix tidak
Setibanya di kafe, Felix berkata pada istrinya boleh memesan apa saja yang Revalina mau. Ia akan menemui Raisa, beberapa menit Felix menunggu wanita tidak kunjung datang karena kebetulan Raisa ada janji juga dengan Andi.Felix menghubungi gadis tersebut, tetapi ponselnya tidak aktif. Revalina melihat wajah Felix yang sangat resah, tetapi ia tidak berani untuk bertanya padanya karena sudah diminta untuk menunggu di kursi yang seda dirinya duduki saat ini karena jaraknya agak jauh. Raisa sengaja mematikan ponselnya agar tidak ada orang yang mengganggunya ketika bersama dengan Andi, ya Andi jauh lebih sering membelikan barang mewah dan mengajak Raisa ke tempat-tempat bagus. Banyak postingan Raisa yang sedang jalan-jalan yang diunggahnya di media sosial, itu membuat para teman-temannya terkagum-kagum karena Raisa banyak mengunjungi tempat-tempat bagus dengan gaya pakaiannya yang selangit. Tiga puluh menit berlalu, tetapi Raisa tidak kunjung datang memberikan kabar pun tidak sama sekali.
Felix menemui Raisa menanyakan mengapa tidak jujur mengenai ayahnya yang ternyata bukan Ayah kandung. Bagi Raisa apa bedanya Ayah kandung ataupun bukan, pria itu menyayanginya sama seperti Ayah pada umumnya. Namun, tetap saja bagi Felix Raisa itu tidak jujur padanya padahal sebentar lagi mau menjadi istrinya. Sepulang dari pertemuan dengan kekasihnya, Raisa marah pada ayahnya karena ialah yang sudah memberitahukan masalah tersebut pada Felix. Pria itu berkata kalau ia tidak salah menyuruh Felix untuk menjauhi Raisa karena tidak cocok dengan Felix. "Apa maksud Papa? Apa saja yang sebenarnya Papa katakan pada Felix?" "Papa hanya mengatakan dua hal itu saja, Papa tidak memberitahukan apa tujuanmu datang ke kehidupan Felix, Papa masih menyayangimu gak mau kamu kenapa-kenapa. Papa minta kamu berhenti melakukan hal-hal seperti itu lagi, Raisa." "Gak bisa, aku akan tetap menjalankan rencanaku gak akan ada seorang pun yang bisa menghalanginya termasuk Papa." Pria itu tahu apa yang sudah
Felix duduk termenung memikirkan sikap ibunya yang selalu menganggapnya seperti anak kecil. Ia tahu kalau sampai kapanpun akan tetap dianggap sebagai anak oleh Vina, tetapi bukan berarti harus diperlakukan layaknya anak-anak. Felix sudah dewasa bahkan telah memiliki anak, ia juga ingin hidup bebas berkeluarga wanita pilihannya, tetapi selalu tidak bisa karena setiap kali menyukai wanita selalu dihalangi oleh Vina. Buktinya, sekarang saja Felix menikah dengan Revalina atas persetujuan ibunya, bahkan menganggap Revalina seperti anak kandungnya sendiri. Namun, tatap saja Vina menghakimi gadis itu seenaknya. Felix yakin siapapun yang akan menjadi istrinya di masa depan akan diperlukan sama oleh Vina. Felix tahu kalau Vina takut kehilangannya, tetapi bukan berarti menghalangi apa yang diinginkan Felix. Memang pada awalnya pernikahan Felix hancur karena sejak awal ibunya juga tidak setuju kalau Felix menikah dengan ibunya Felicia, pada akhirnya apa yang dikatakan Vina itu menjadi kenyata
Raisa melihat keadaan Heri dan anak buahnya yang sudah mulai membaik. Raisa ingin mereka bekerja kembali untuknya, ia bisa membayar berapapun yang mereka inginkan jika apa yang diinginkannya bisa diwujudkan. "Kita udah babak belur, harusnya Bu Raisa ngasih dulu uang buat biaya berobat kita-kita." "Nah itu benar saya juga setuju," timpal anak buah Heri yang lainnya. Seharusnya jika belum kelihatan hasilnya tidak perlu minta uang karena sama saja dengan buang-buang uang tanpa adanya hasil. Mereka tidak mau bekerja lagi untuknya jika terus-menerus tidak diberikan upah sama sekali. Ya walaupun usahanya gagal, tetapi tetap saja harus ada imbalan. Wanita itu rasa mereka adalah orang-orang sebelum apa-apa sudah ingin uang. Raisa memberikan beberapa lembar uang pada mereka, tetapi ia ingin mereka melanjutkan tugasnya yang sempat tertunda karena masalah kemarin. "Gimana nih bos? Kita harus menyusun rencana lagi," tanya salah satu anak buahnya pada Heri setelah Raisa pergi. "Siska co
Raisa datang ke kantor polisi untuk melihat dua anak buah Heri yang ditahan. Mereka menghungi Raisa mengabari karena ditangkap polisi. Terpaksa, Raisa pun datang mengakui sebagai saudara mereka. Ia berkata pada dua pria itu untuk tidak menyeretnya ke dalam kasus penculikan tersebut. Mereka bisa melakukan itu, tetapi janji Raisa harus ditepati membiayai semua kebutuhan keluarga mereka berdua. Daripada kehilangan apa yang diinginkannya selama ini, lebih baik menyetujui apa yang mereka minta. Sepulang dari tempat tersebut, Raisa menghungi Andi meminta uang padanya. Andi memberikan uang itu secara cuma-cuma pada Raisa. Andi segar menutup teleponnya karena mendengar suara langkah kaki istrinya dari belakang. "Pa, Papa lagi ngobrol sama siapa? Pas Mama samperin teleponnya malah dimatikan.""Bukan apa-apa, Ma. Ini biasa rekan kerja bahasa masalah di kantor, gak penting kok makanya Papa matiin." Wanita itu tidak tahu sama sekali kalau suaminya selingkuh. Selingkuhannya mulai senang setela
Felix baru saja keluar dari kamar mandi melihat Revalina yang sedang duduk di sofa. Wanita itu bangkit dari duduknya, Felix bertanya ada perlu apa sampai harus mengganggunya? "Tadi Mbak Raisa menelepon Bapak," jawab RevalinaPria itu memeriksa ponselnya yang tergeletak di atas kasur. Felix terkejut ketika melihat banyak sekali panggilan tidak terjawab, bukan hanya itu ia juga membuka pesan yang dikirimkan oleh kekasihnya. Felix melotot karena Raisa marah padanya melalui pesan dengan mengirimkan foto-foto Felix dan Revalina. "Apakah kamu menjawab panggilan telepon dari Raisa?" tanya Felix setelah melihat panggilan yang dijawab oleh Revalina. "Iya, Pak." Felix menunjukkan foto-foto itu sambil menuduhe Revalina yang mengirimkannya pada Raisa. Revalina tidak mengakui karena tidak melakukannya, bagaimana mungkin bisa mengirimkan itu sedangkan Revalina tidak tahu sandi ponsel tersebut. "Kamu jangan bohong, ya. Siapa lagi yang mengirimkan foto ini kalau bukan kamu, karena kamu yang udah
Satu keluarga itu pun tiba di rumah Revalina, tetapi Revalina tidak ada di sana. Ia sudah pergi ke kota, tanpa bicara panjang lebar Felix langsung pergi mengejar Revalina. Dalam perjalanan ia sangat khawatir kalau gadis itu sudah pergi jauh sedangkan kedua orang tuanya pun tidak tahu di kota mana Revalina akan bekerja. Terlalu gegabah, Revalina menyetujuinya pekerjaan dengan cara mendaftarkan online padahal ia belum punya pengalaman tentang bekerja di luar kota. Felix turun di terminal bus, ia mencari-cari Revalina ke penjuru tempat tersebut. Ia naik turun bus yang berjejer di sana hanya untuk memastikan apakah Revalina ada di dalam sana? Felix sangat frustasi, Revalina tidak dapat ditemukan padahal ia sudah mencarinya. Ia melihat sosok gadis yang sangat mirip dengan Revalina, gadis itu naik bus yang akan melaju. Felix mengejar bus yang mau keluar dari terminal. "Revalina, tunggu." Felix terus mengulang kalimat tersebut sambil berlari. "Pak Felix," ucap Revalina membuat langkah pr
Kedua orang tuanya Raisa sangat terpukul dengan keadaan yang sudah menimpa gadis tersebut. Seharusnya Raisa mendapatkan apa yang diinginkannya, tetapi justru malah mendapat kebalikannya. Mereka telah melihat keadaan Raisa sekarang, hari demi hari gadis itu menjadi seperti bukan Raisa lagi. Sikapnya sangat berbeda, ketika mereka berdua datang ke kantor polisi untuk melihat kondisinya, keadaan Raisa menjadi semakin buruk. Ia menjadi gila, Raisa selalu tertawa senang katanya ia sudah menjadi orang kaya. Apa yang ia lakukan selama ini sudah ada hasilnya, ia kerap kali memeluk jerugi besi katanya ia sedang bersama dengan Felix. Orang tuanya sudah berusaha membuatnya sadar, tetapi Raisa malah menertawakan mereka berdua. Raisa dilarikan ke rumah sakit dikarenakan selalu berbuat gaduh akibat mentalnya yang sudah tidak sehat lagi. Ayah sambungnya marah pada istrinya dikarenakan Raisa menderita seperti sekarang akibat ulahnya. Jika saja Raisa tidak diajarkan untuk menjadi wanita pecinta hart
Vino mengajak Celine bertemu di kafe, ia membawa Santi ke sana. Celine heran mengapa Vino membawa wanita lain pun Santi juga merasa bingung karena Vino mengajaknya pergi keluar eh tahunya malah bertemu wanita lain. "Apakah dia saudaramu?" tanya Celine pada Vino.Vino mengatakan kalau Santi ini adalah kekasihnya, mereka saling mencintai hanya saja Vina malah menjodohkannya pada Celine. Santi terkejut membuatnya melotot pada Vino, di bawah meja kakinya diinjak membuat Santi berusaha untuk tersenyum. "Iya, kami sudah berpacaran sejak lama. Kami udah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat Tante Vina menyetujui hubungan kita." Wanita itu merasa sangat bersalah karena sudah menerima perjodohan dari orang tuanya. Ia pikir Vino itu masih jomblo sehingga Celine menyanggupi perjodohan dengannya, jika saja sejak awal tahun kalau Vino punya pacar tentu ia pun tidak mau."Saya rasa, perjodohan kita sebaiknya dibatalkan saja." "Saya minta Celine karena gak jujur dari awal, saya hanya tidak m
Raisa kembali memantau Revalina dari jauh, ia berkata kali ini Revalina tidak akan selamat. Sudah tidak sabar untuk melihatnya mati mengenaskan. Raisa menghidupkan mesin kendaraannya dengan kecepatan yang tinggi, Revalina hendak menyebrang sedangkan mobil tersebut melaju dengan cepat. "Revalina awasss," teriak Siska.Gadis itu berlari mendorong tubuh Revalina ke pinggir jalan membuatnya tersungkur. Siska terbujur kaku tidak berdaya dengan kepalanya banyak mengeluarkan darah. Revalina berteriak memanggil sang Kakak berlari ke arahnya. Dua sepeda motor mengejar mobil yang menabrak, Raisa kewalahan karena mereka tidak henti-henti mengejarnya. Raisa panik mobilnya menjadi kurang keseimbangan yang akhirnya menabrak pohon besar. Ia terluka di bagian jidatnya membuatnya tidak sadarkan diri. Banyak orang yang menolong Siska membawanya ke rumah sakit, begitupun dengan Raisa yang di bawa ke tempat yang sama. Revalina terus menangis minta Siska untuk bertahan, dokter melarangnya untuk masuk k
Dua insan duduk di bangku bawah pohon menikmati cuaca sore hari yang cerah. Vino bercerita kalau malam ini ia akan dijodohkan oleh Vina kemungkinan tidak akan bisa sering bertemu dengan Santi lagi walaupun untuk membicarakan soal Revalina dan Felix. Entah rasa apa yang kian menyelimuti Vino sehingga berat untuk menerima kenyataan itu, tetapi sudah menjadi konsekuensi karena tindakannya. Itu tidaklah masalah bagi Santi ya walaupun tidak akan sering bertemu lagi dengan Vino. Santi hanya minta Vino bisa memberikan pekerjaan yang layak untuk Revalina karena sangat dibutuhkan. Vino akan mengabulkan keinginan Santi, ia bisa membuat Revalina bekerja di tempat yang layak. Ketika malam tiba, Felix baru saja turun dari tangga melihat koki yang sudah ditugaskan di rumah tersebut sedang memasak. "Ada apa ini?" "Kita masak banyak malam ini, Pak. Kata Nyonya Vina akan ada tamu spesial," jawab salah satu di antara mereka. Penasaran, ia menanyakannya pada Vina yang hanya dijawab tunggu dan lihat
Revalina menjalankan aktivitasnya, ia pergi berjalan kaki untuk mencari pekerjaan. Ia harus memiliki uang untuk bertahan hidup. Sejak kepergiannya dari rumah, Raisa memantau gadis tersebut. Ia tidak akan membiarkan hidup Revalina aman karena sudah merusak hidupnya. Revalina yang sedang berjalan kaki itu tiba-tiba saja ditabrak oleh seorang pria menggunakan sepeda motor. Revalina berhasil menghindar, tetapi kakinya malah keseleo. Orang-orang yang berada di sana menjadi emosi karena ulah pemotor yang melarikan diri. Raisa emosi karena ternyata orang suruhannya tidak berhasil membuat nyawa gadis itu melayang. Seharusnya Revalina mati saat itu juga di depan Raisa agar bisa disaksikan langsung betapa bahagianya Raisa jika Revalina tiada. "Kamu gak apa-apa, kan?" tanya seorang pria yang menolongnya. Pria tersebut mengulurkan tangannya membantu Revalina untuk bangkit dari duduknya, Revalina menerima uluran tangan tersebut karena untuk berdiri ia sangat kepayahan. Kakinya yang sakit membu
Vino baru saja tiba di rumah, ia kesal pada Felix yang pergi tanpa memberitahunya. Felix itu bukan anak kecil yang kemana pergi harus Vino tahu. Namun, setidaknya jangan membuat Vino bingung. Felix tidak peduli, lagian untuk apa Vino mencarinya segala? "Untuk mendatangkan berkas, Lix." "Paling karena kamu mau tahu urusanku," tebak Felix. Pria itu hanya tersenyum saja, Felix menceritakan tentang Revalina yang sudah kembali ke tempat semula. Ia terkejut ternyata kepergian Felix hanya untuk Revalina sampai meninggalkan kantor. Itu artinya Felix tidak mau kehilangan Revalina. Ucapan Vino tidak diterima olehnya, Felix melakukan itu hanya karena tidak mau melihat mereka menderita karena ulah ibunya. Felix masih punya tanggung jawab untuk melindungi mereka karena kontrak tersebut darinya. Seharusnya jika karena masalah kontrak, Felix tidak perlu campur tangan ke dalam urusan pribadi Revalina karena sejak awal gadis itu yang melayangkan pernikahan kontrak. Ya itu benar, tetapi lebih awal
Andi baru saja pulang dengan raut wajahnya yang lesu, tiba-tiba istrinya melemparkan semua barang-barang milik Andi. Pria tersebut terkejut apa yang terjadi sehingga istrinya berbuat seperti itu? "Berikan kunci mobil!" "Ada apa ini, Ma? Apakah kita akan pindah rumah?" "Gak usah berlagak sok polos, aku udah kalau kamu selingkuh dan banyak memberikan barang-barang mewah sama perempuan lain, kan?!" "Itu gak benar, Ma!" Wanita itu tidak membutuhkan perkataan apapun yang membela Andi, ia menyuruh dua orang security untuk mengambil kunci mobil dengan paksa dan menyeretnya keluar. Andi minta mereka untuk tidak bersikap kasar pada majikannya, tetapi mereka tidak menggubris ucapan Andi. Wanita itu puas karena sudah melihat Andi memohon-mohon di luar rumah memintanya untuk mempertimbangkan semua, tetapi tidak ada yang wanita itu dengarkan darinya. Pintu pun ditutup rapat membuat Andi termenung melihat ke arah tersebut.Andi sudah tidak memiliki apapun, semuanya sudah sangat hancur dan ber
Seorang pria duduk terpaku di kursi sambil memandang cincin yang dilepas dari jarinya. Ia berpikir mungkin pernikahannya memang sudah berakhir seperti yang diharapkannya jauh-jauh hari. Namun, pernikahan berakhir diwaktu yang belum tepat. Felix bangkit dari duduknya kala seorang wanita mengetuk pintu ruang kerjanya. Wanita itu mengatakan ada seseorang mencarinya, memaksa ingin masuk kantor padahal tidak membuat janji sebelumnya. Wanita itu membuat keributan di luar kantor, ia tidak mau pergi walaupun sudah diusir. Dengan langkahnya yang cepat, Felix pergi untuk menemuinya, ia pikir mungkin saja orang itu adalah Revalina atau adiknya yang memberitahu di mana Revalina berada? "Siska," ucap Felix ketika dari jarak agak jauh melihat wanita tersebut. Felix mendekati wanita yang tangannya dipegangi oleh dua security itu, Siska dilepaskan karena perintah dari Felix. Siska tersenyum pada pria yang menjadi adiknya itu. "Untuk apa kamu ke sini?" tanya Felix. "Ada hal penting yang ingin sa