Dua hari sebelum perjanjian usai, ajudan Shawn yaitu Blue berjalan dengan cepat masuk ke dalam ruangan Shawn untuk melapor. Shawn langsung mengangkat matanya dan hendak bertanya namun berita yang dibawa oleh Blue lebih mengejutkan.
“Daftar itu palsu!” ujarnya singkat dengan wajah menggeram.
“Apa!”
“Daftar yang diberikan oleh Menteri Baker padamu adalah palsu, Admiral!” lanjut Blue dengan nada tegas yang sama. Shawn langsung berdiri dan membesarkan matanya.
“Aku sudah memeriksa daftarnya dan dia memberikan kita daftar yang palsu. Tim ahli sudah memeriksanya. Dan kita membuat daftar palsu pada daftar palsu!” sambung Blue lagi.
BAM- tangan Shawn dengan cepat meninju meja kerjanya dengan wajah menggeram kesal.
“Dia menipuku, dasar brengsek!” umpat Shawn dengan napas sedikit tersengal marah.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Blue kemudian. Shawn masih bernapas sedikit lebih cepat dan tampak berpikir.
“Lalu kenapa Kanishka diam saja? Dia tidak memberiku kabar apa pun sama sekali. Berapa hari lagi batas perjanjiannya?” tanya Shawn pada Blue dengan nada rendah dan menggeram marah.
“Lusa semuanya selesai. Dan Admiral, kamu harus menceraikan putri dari Kanishka,” jawab Blue mengingatkan. Shawn bernapas masih dengan ritme cepat yang sama.
“Aku tak akan pernah membiarkan dia mengambil jaminannya jika dia tidak menepati janji. Rudal itu juga belum ditemukan, jika dia menipuku, dia bisa saja sudah mendapatkan daftar itu dan masih menyimpan rudalnya. Dasar sial!” Shawn berbalik dan berpikir. Matanya lalu membesar dan menoleh lagi ke belakang pada Blue.
“Ajudan-nya Baker, ikuti dia! aku yakin dia yang memberikan daftar itu pada Kanishka!” Shawn seperti seseorang yang menemukan jawaban dari teka tekinya.
“Apa maksudmu, Admiral? Apa Kanishka memiliki daftar aslinya dan dia hanya menjebak kita?” sahut Blue dengan kening mengernyit yang sama. Shawn terdiam lalu mengangguk.
“Jika daftar itu memang palsu, maka dia pasti sudah menghubungiku. Tapi dia tidak melakukannya, itu artinya dia sudah mendapatkan daftar yang asli,” gumam Shawn rendah dan masih berkacak pinggang.
“Dasar brengsek, akan kubunuh mereka satu persatu. Beraninya mempermainkan Shawn Miller!” geram Shawn lalu pergi meninggalkan Blue dan berjalan keluar ruangan itu dengan marah.
“Admiral, kamu mau ke mana!” tanya Blue mengekori Shawn yang berjalan dengan marah.
“Menyelesaikan urusan dengan Ayahku.” Blue hanya bisa menarik napas dan wajahnya mulai cemas. Shawn benar-benar marah.
“Ikuti saja, ajudannya itu dan laporkan padaku segera!” perintah Shawn Miller di depan pintu keluar pada Blue dan ia lalu berlari ke arah helikopter yang akan membawanya ke rumah Menteri Pertahanan.
Shawn mendarat dengan helikopternya di lapangan luas yang merupakan halaman mansion sang Menteri Pertahanan, Christoper Baker. Dari kejauhan di ruang kerjanya, Chris sudah menghela napas melihat putranya itu datang lalu berlari ke arah rumahnya dengan seragam Navy berwarna biru.
Putri Christopher Baker yaitu Amy yang kebetulan ada di rumahnya memekik senang saat melihat Shawn datang.
“SHAWN!” Amy berteriak memanggil dari arah kolam renang. Shawn hanya berpaling dan mengernyitkan keningnya tak perduli. Ia berbalik dan lebih memilih mencari Chris. Ia ditegur oleh istri Chris, Melania Jones.
“Tunggu, apa kamu tidak punya sopan santun, Admiral? Kamu masuk seenaknya tanpa ijin ke rumah orang lain!” hardik Melania pada Shawn yang membuatnya berhenti berjalan. Shawn masih mencoba sopan dengan berbalik dan menanyakan Chris.
“Mana Menteri Baker. Aku ingin bertemu dengannya!” balas Shawn dengan wajah dingin tanpa senyuman. Melania malah mendengus dengan cengiran sinis dan melipat kedua lengannya di dada.
“Huh, kamu benar-benar kurang ajar. Yang kamu mau temui itu adalah Menteri Pertahanan bukan orang biasa!” Melania makin angkuh membanggakan suaminya. Shawn tak puny awaktu untuk berdebat dengan wanita itu jadi ia memilih untuk berbalik dan mencari sendiri.
“HEI!” hardik Melania lagi dan mengikuti Shawn yang akan masuk ke sebuah ruangan. Shawn tak perduli dan langsung membuka pintu untuk masuk ke dalam ruang kerja Menteri itu.
“Dasar kurang ajar!” umpat Melania hendak memarahi Shawn tapi Chris kemudian menyanggahnya.
“Sudah Melania. Keluarlah, aku baik-baik saja!” tegur Chris pada istrinya itu. Melania mendelik pada Shawn yang terus memandang tajam pada Chris yang berdiri di depannya.
Ia pun keluar tak lama kemudian meninggalkan Shawn dan Chris di dalam ruangan itu berdua saja. Setelah Melania menutup pintunya barulah Shawn bicara.
“Kenapa kamu menipuku dengan memberi daftar palsu?” tanya Shawn tanpa basa basi sama sekali.
“Jika aku memberikan daftar yang asli maka rahasia negara akan terbongkar, Shawn. Taukah kamu betapa pentingnya daftar itu!” Shaw mendengus tak percaya.
“Jadi kamu memalsukan daftar itu agar aku memberikanmu pengendali rudal itu, begitu?” tuduh Shawn dengan suara mulai tinggi. Chris lalu berdiri dan menghampiri Shawn.
“Shawn, aku tidak ingin kamu malah menjual daftar itu pada penjahat internasional seperti Kanishka. Aku tahu kamu bernegosiasi dengannya.” Kening Shawn mengernyit.
“Apa yang kamu tahu?” tanya Shawn ketus.
“Aku memang tidak tahu semua hal tapi aku tahu kamu bertemu dengannya. Jangan katakan kamu sedang menjual aset itu padanya, Shawn!” Shawn menyengir sinis dan menggelengkan kepalanya.
“Aku mungkin memang gila tapi aku takkan menjual negaraku pada penjahat macam Kanishka. Dan aku bukan orang sepertimu yang gila pada uang!” geram Shawn sambil terus memandang Ayahnya dengan mata menyala marah. Chris sempat terdiam sejenak sebelum bicara lagi.
“Tapi reputasimu sudah terlanjur buruk, Shawn.” Shawn membuang wajahnya ke arah lain dan menunjuk pada dada Chris.
“Sekarang berikan padaku daftar aslinya!”
“Tidak, aku tidak bisa!” Chris lalu berbalik tapi lengan Shawn menarik dan menghalanginya.
“Apa maksudmu? Berikan padaku daftarnya atau aku akan membongkar brankasmu itu!” ancam Shawn membungkam Chris. Shawn benar-benar menyeramkan jika marah.
“Daftar aslinya hilang. Ajudanku membawa kabur dan sekarang aku sedang mencarinya!” Shawn melepaskan perlahan pegangannya pada Chris dan menaikkan dagunya.
“Aku tak akan melepaskan dia dan kamu, kita punya perhitungan sendiri nanti!” geram Shawn makin mengancam lalu berbalik pergi meninggalkan Chris di ruangan itu.
Shawn Miller kembali dengan segudang rencana di kepalanya. Ia tak lagi kembali ke kapalnya namun ke sebuah bandara kecil tempatnya memarkirkan pesawat pribadinya.
Di dekat tangga pesawat, Blue Handerson sudah berdiri menunggunya dan bersiapa akan pergi bersama Shawn malam ini. Shawn tak membuang waktu. Dari helikopternya, ia berlari beberapa ratus meter lalu tiba di tangga pesawat dan langsung naik bersama Blue yang mengikutinya.
Usai pintu pesawat ditutup, Shawn lalu duduk dan membuka topinya. Ia mendengus dengan kesal dan memasang sabuk karena pesawatnya hendak lepas landas dalam beberapa menit.
Di mejanya, Blue lalu menghidupkan lampu baca dan menyodorkan semua informasi soal Jayden Lin dan Golden Dragon. Shawn sedang mengejar daftar asli rahasia negara yang disembunyikan oleh ayah mertuanya, Yousef Kanishka sampai ke Hongkong. Itulah mengapa ia harus bekerja sama dengan gangster triad Hongkong bernama Golden Dragon.
“Ngomong-ngomong, Admiral. Aku sudah menempatkan penjagaan berlapis di mansion. Jadi Kanishka tak kan bisa mengambil Nyonya Kiran sebelum kita mendapatkan daftarnya,” sambung Blue setelah memberikan laporannya. Shawn sedikit menaikkan matanya lalu mengernyit.
“Pengamanan untuk apa?” Blue mengangguk.
“Kanishka pasti datang mengambil putrinya, itu sebabnya mengapa aku menempatkan pengamanan berlapis di mansion. Jangan khawatir dia tak kan bisa mengambil Nyonya Kiran.”
“Siapa dia?” Blue sedikit memiringkan kepalanya lalu menarik napas panjang. Sudah nyaris dua minggu dan Laksamana itu belum kenal istrinya.
“Nyonya Kiran Kanishka, dia istrimu Admiral.” Shawn menaikkan dagunya angkuh lalu mengangguk.
“Dia hanya jaminan, Blue. Bukan hal penting,” sahut Shawn lalu membaca lagi berkas yang berada di tangannya. Blue sempat terdiam dan perlahan tersenyum miris.
“Aku harap kamu tidak menyesal jika bertemu dengannya nanti,” goda Blue ingin melihat ketertarikan Shawn. Ternyata dia bergeming dan tak peduli.
“Memangnya kenapa. Blue? Apa kamu sudah melihat wanita itu?” tanya Shawn ketus lalu melirik sekilas pada Blue yang mengangguk.
“Oh ya? Apa dia jelek?” Blue hampir kelepasan tertawa jadi dia hanya menahan senyumannya.
“Ya, dia sangat jelek. Aku tidak pernah melihat wanita sejelek itu dalam hidupku,” sindir Blue makin seenaknya. Shawn mendengus tertawa mengejek.
“Sekarang kamu baru percaya padaku kan? Jika firasatku tak pernah salah!” puji Shawn pada dirinya sendiri. Blue tak mengangguk atau menanggapi lagi. Ia hanya sedikit terpaku menatap Shawn untuk beberapa saat.
Mungkin ada baiknya jika Shawn dan Kiran tak pernah bertemu dan bercerai secepatnya. Rasanya wanita polos seperti Kiran tak seharusnya terseret pusaran kemelut antara Shawn dan Kanishka. Kiran tak bersalah tapi ia harus menanggung banyak hal.
“Admiral, aku sudah memeriksa daftar itu dan semuanya asli. Sekarang, aku meminta putriku kembali!” ujar Yousef tanpa memulai sedikit basa basi dengan Shawn kala menghubunginya.Shawn mendengus sambil menyandarkan punggung dan kepalanya ke sandaran kursi penumpang sambil menyengir sinis.“Kamu pikir aku bodoh, Kanishka? Apa kamu pikir aku akan jatuh pada perangkapmu?” jawab Shawn dengan nada rendah dan dalam. Suara husky dan sedikit serak milik Shawn seakan membungkam Yousef yang sedikit terdiam.“Kenapa diam? Jika daftar di tanganku ini palsu, aku akan membunuhmudengan tanganku sendiri!” geram Shawn dengan suara makin rendah.“Hahahaha!” Yousef tertawa mengejek Shawn dan itu membuat Shawn jadi makin menggeram kesal.“Admiral, aku salut dengan kepintaran ajudanmu mencari tahu soal aku. Katakan padaku, jika Mahkamah Militer mengetahui apa yang kamu lakukan selama ini, apa mereka akan melepaskanmu?” Yousef balik bertanya dengan nada mengejek. Shawn makin menggeram karena kartu truf-nya
Dua Hari Sebelumnya,Hongkong sebenarnya juga terkenal dengan surganya hiburan malam dan para penghiburnya. Tapi Shawn tak pernah sembarangan memakai wanita untuk menjadi teman tidurnya.Ia tahu resikonya menjalani seks bebas. Jadi, ia tak mau ambil resiko dengan tidur dengan sembarangan wanita. Sudah dua malam Shawn berada di Hongkong dan ia berusaha tak kelepasan untuk memesan wanita. Maka agar bisa mengalihkan pikirannya, ia berlatih menembak dan fisik di pangkalan militer US di Hongkong.Shawn tak bisa pulang sebelum mendapatkan daftar rahasia itu dari Jayden Lin, pemimpin gengster Golden Dragon yang ia ajak bekerja sama. Dan ia baru mendapatkan kabar saat tengah berlatih menembak. Blue datang dengan sebuah ponsel dan menyampaikan pesan yang diberikan oleh Jayden Lin padanya."Aku sudah mendapatkan Lupen, kapan kita bertemu?" tanya Jayden tanpa mengucapkan salam apapun sama sekali."Sekarang, aku harus dapat daftar itu sekarang
"Aku tidak punya obat bius, Dubrey. Aku sudah menghabiskannya untukmu tadi!" sahut Shawn masih dengan nada datar yang sama. Sementara Josh sibuk menahan rasa sakit dan darah yang sudah mengalir deras. "Aku tidak tau..." "Aku tau kamu orang Kanishka. Katakan padaku di mana rudalnya atau aku benar-benar akan mematahkan tulangmu sekarang!" ancam Shawn dengan nada rendah dan menakutkan. Josh mencoba bernapas diantara rasa syok yang menghampiri tubuhnya. "Delaware... sungai croocks...!" Josh menangis kesakitan sementara Shawn lalu menoleh pada Blue yang mengangguk mengerti. Ia segera menghubungi seorang perwira yang ditugaskan Shawn untuk membawa kembali rudal tersebut. Sepuluh prajurit angkatan laut kemudian bersiap naik ke dalam salah satu helikopter dan berangkat ke tepi sungai yang dimaksud. Shawn menunggu beberapa saat sampai ada laporan bahwa rudak tersebut di temukan. Sementara tangan Josh diletakkan dalam kubangan es untuk meredakan sakitnya. Tapi
"Kalau begitu kita ke dalam saja!" ujar Shawn mengajak Jayden untuk masuk ke dalam klub sambil menikmati pemandangan pesta 24 jam tanpa jeda. Shawn tersenyum pada beberapa gadis seksi yang menyapanya. Mereka akhirnya memutuskan untuk duduk di salah satu sudut konter bar sebelum menemui Fernando."Aku masih penasaran apa masalahmu dengan Kanishka? Kenapa sepertinya kamu sangat bernafsu membunuhnya?" tanya Jayden iseng sembari menunggu dengan minumannya."Dia mertuaku, Jay!" Jayden hampir tersedak jika saja ia tak ingat bahwa minuman ringan itu hampir masuk tenggorokannya."Apa!!" Shawn yang meminum Scotch hanya bisa mendengus tersenyum sinis sekaligus miris."Jadi putrinya Kanishka bersama mu sekarang?" tanya Jayden. Shawn mengangguk."Dia membuat kontrak denganku akan menyerahkan daftar itu dengan menjaminkan putrinya. Sekarang dia ada di rumahku di Boston," jawab Shawn sambil minum dengan santai."Gila... aku kira jaminan hanya uang atau ba
Jayden melemparkan Lopez tepat ke kaki Shawn Miller. Shawn memakai jaket palka besar dengan hoody yang menutupi kepala, ia tak boleh terlihat. Ia menyeringai jahat lalu menarik kerah jaket Lopez dan membawanya ke sebuah meja.Beberapa anak buah Jayden lantas memegang Lopez yang dipaksa terlentang di atas meja tersebut."Aah, lepaskan aku!" pekik Lopez terengah dengan suara yang hampir hilang. Jayden mendekat dan tertawa."Kau sudah membuatku capek Fernando Lopez. Aku rasa aku tidak akan melepaskanmu... aakhcuih!" ujar Jayden lalu meludah pada tubuh Lopez. Ia berjalan ke arah sofa dan menonton apa yang akan dilakukan oleh Shawn."Berbohong denganku... memiliki resiko yang sangat besar. Fernando Lopez." Shawn menyeringai jahat dan terlihat sangat menakutkan. Lopez menggelengkan kepalanya dengan cepat."Katakan dimana daftar nya?" tanya Shawn sambil mendekat. Lopez tetap menggeleng tidak tau."Masih tidak mau bicara?" Shawn lantas mendekatkan s
NEW YORKHan membantu Shawn dan ajudannya, Blue Handerson untuk masuk ke apartemen yang sedang dimasuki oleh Jayden. Jayden tengah mengencani Mary Kagawa, adik kandung Hiroki Kagawa yang diberikan daftar rahasia oleh Fernando Lopez. Ia berhasil mengelabui Mary dan membawanya masuk kamar sementara Shawn dan Blue mengobrak abrik isi kamar."Oh Jayden..." desah Mary terdengar saat Jayden tak berhenti menciuminya. Layaknya Kasanova yang berpengalaman, Jayden pintar memainkan perannya. Ia melayani hasrat Mary yang sudah meledak ingin berhubungan intim dengan Jayden.Shawn sempat lewat melirik Jayden dari lorong apartemen itu ketika akan ke salah satu kamar tempat daftar itu berada. Sambil menikmati ciuman Mary di rahangnya, ia mengangkat wajahnya pada Shawn yang menyengir nakal di dekat pintu kamar yang terbuka. Jayden hanya mengedipkan mata lalu tersenyum dan mulai berhubungan dengan Mary.Blue sudah masuk terlebih dahulu dan langsung membongkar sebuah lemari
Shawn Miller benar-benar kesal hari ini. Alih-alih ingin menyelesaikan perkaranya dengan Yousef Kanishka mengenai bagian daftar rahasia yang hilang, ia harus berurusan dengan pengadilan militer sekarang.Jadi dia datang masih berseragam lengkap langsung dari pangkalan militer. Blue terus mencoba merahasiakan pengadilan itu dari penciuman wartawan dan kantor berita. Nama Shawn Miller sangat dikagumi publik belakangan. Reputasinya bisa terganggu gara-gara berita kekerasan tersebut.“Aku tak mau ada siapa pun yang tahu akan hal ini, Blue!” tegas Shawn sebelum dia masuk ke dalam sebuah ruangan yang akan digunakan untuk meminta keterangan langsung dari Shawn. Blue hanya bisa mengangguk dan terus mendampingi Shawn untuk memberikan kesaksiannya.Mata Blue lalu membesar saat melihat Kiran Kanishka ternyata duduk di deretan kursi Jaksa Penuntut Umum. Sementara Shawn tak melihatnya sama sekali.Shawn lalu dipanggil ke depan dan duduk sederetan den
Pulang kembali ke pangkalan militer, pikiran Shawn Miler mulai terbelah. Ia duduk saja di meja kerjanya sambil melipat kedua telapak tangan di depan hidung dan berpikir.“Pantas jika Kanishka tak ingin aku bertemu dengan putrinya. Oh Tuhan, dia sangat cantik!” gumam Shawn tak sadar pada dirinya sendiri. Ingatannya begitu terpaku pada wajah Kiran yang tak pernah ia lihat pada gadis Dubrich manapun sama sekali.Sampai sebuah panggilan dari Arjoona lantas menghentakkan lamunannya. Shawn tersenyum tipis lalu mengambil panggilan Arjoona tersebut dengan ramah.“Apa kabarmu?” tanya Shawn begitu sambungan ponselnya terjadi.“Hahaha, baik Admiral Miller,” jawab Arjoona seraya tergelak.“Panggil saja aku, Shawn. Teman Jayden adalah temanku juga.” Arjoona makin terkikik kecil dan itu membuat Shawn ikut tersenyum tulus.“Aku ingin menagih janjimu untuk datang ke New York. Kapan kita bisa
Ares bahkan sempat mencegat Andrew tapi yang ditunjukkan sahabatnya itu hanyalah tatapan kebencian. Ia pergi tanpa ada siapa pun yang bisa mencegahnya. Andrew ternyata pulang ke Boston tapi The Seven Wolves terutama Jayden terus mengejar dirinya.Andrew pun tak lama menghabiskan waktunya di mansion sang Ayah, ia bahkan tak hadir saat pembacaan warisan yang memberikan seluruh harta milik Shawn Miller padanya. Andrew berhenti datang ke sekolah dan mulai menghilang. Ia lari dari asrama sekolah dan tak pernah kembali ke penthouse mewah di Belligers lagi.Andrew sempat menyelinap masuk ke dalam apartemen ayahnya yang dijaga oleh anggota Golden Dragon. Ia hanya ingin mengambil barang peninggalan ayahnya yaitu sebuah album lagu dalam bentuk vinil milik mendiang ibunya dan sebuah foto milik orang tuanya yang diambil oleh neneknya Kiriko Matsui.Setelah mendapatkan yang diinginkannya, Andrew hendak menyelinap lagi keluar sebelum ia melihat Nana Tantria ternyata tidur di
"Waktu kematian … " begitu sakralnya kalimat tersebut saat seorang dokter menyatakan kematian seseorang. Kalimat itulah yang tak ingin di dengar oleh siapa pun. Itu termasuk Arjoona yang hanya duduk menyaksikan jasad temannya Shawn dinaikkan ke dalam ambulans dan dibawa.Semuanya hancur dalam sehari. Semuanya tanpa terkecuali. Dengan tubuh basah kuyup serta masih meneteskan air, Rei lantas menyelimuti ayahnya."Dad ... Daddy bisa pneumonia dan mati jika seperti ini!" ucap Rei dengan suara beratnya pada sang Ayah. Arjoona tak menjawab dan malah menengadahkan kepala menatap langit yang masih mendung. Hujan sudah berhenti dan membawa jiwa Shawn terbang ke angkasa. Mungkin saat ini, ia tengah bertemu Kiran dan berkumpul bersama James juga Delilah.Mata Rei lantas menoleh pada ambulans yang membawa Andrew. Ia tak sadarkan diri setelah tak mampu menangkap ayahnya Shawn yang memilih melompat dari ketinggian 15 meter lebih langsung ke lantai beton bersama Rohan K
Jayden menggunakan tali pinggangnya sebagai alat bela diri dengan memanfaatkan tenaga lawan."Om Jay!" pekik Ares hendak menolong tapi ia salah jatuh dan hampir terjerembap ke lantai dua tempat dimana Jayden tengah dikeroyok. Andrew dengan cepat memegang tangan Ares sebelum ia terjatuh. Mata mereka saling menatap dengan ekspresi takut kehilangan. Punggung Andrew tiba-tiba dihantam oleh seseorang menggunakan kayu dan ia hampir saja melepaskan Ares.Mars yang berada di lantai satu melihat putranya bergelantung di lengan Andrew langsung membelalakkan matanya. Pertolongan bagi Andrew datang dari Aldrich dan Rei yang menghajar orang-orang yang memukul Andrew. Selagi Aldrich dan Rei sibuk berkelahi, Andrew menarik Ares kembali ke atas.Dengan mata terbelalak, Ares tak sempat bernapas selain memukul salah satu pria yang hendak memukul Andrew dari arah belakang. Mars di bawah sudah kalah telak karena kini dihajar oleh tiga orang bersenjata tajam. Salah satunya sudah men
Ares menatap horor ke arah Andrew yang hanya mendengus meliriknya sekilas."Ini bahaya!" gumam Ares lagi masih dengan pandangan horor yang sama."Dia Pamanku, Ares. Dia kakak dari ibuku!" gumam Andrew membuat Ares semakin membelalakkan matanya."Fuck!" kutuk Ares tanpa sadar. Ia lalu memandang dashboard mobil sport milik Andrew dan berpikir sementara Andrew terus mengebut dengan mobilnya. Ia memasukkan nama taman yang dimaksudkan oleh Elena pada mesin navigasi dan sebisa mungkin tiba lebih cepat. Ares lalu mengambil ponsel dan menghubungi Jupiter, Rei serta Aldrich bersamaan."Kamu mau apa?" tanya Andrew pada Ares yang menempelkan ponsel di telinganya."Menghubungi yang lain. Kita butuh bantuan!" aku Ares dengan jujur. Andrew menggelengkan kepalanya."Jangan ... mungkin tak akan terjadi apa pun!""Jangan gila kamu. Dia pria yang berbahaya!""Dia Pamanku, Ares!" bantah Andrew makin sengit."Tapi dia pembunuh Aunty Kiran.
Ares benar-benar menyebalkan. Ia terus menguntit Andrew bahkan sampai masuk ke dalam mobilnya. Ia hanya ingin Andrew bicara tentang apa yang membuatnya berubah tiba-tiba."Keluar!" sahut Andrew mengusir Ares yang ikut masuk ke dalam mobilnya."Tidak!" jawab Ares tak peduli. Andrew makin mendengus kesal lalu diam tak bicara maupun menekan pedal gas."Kenapa kamu pindah ke asrama sekolah? Memangnya kenapa jika tinggal di Bellingers?" tanya Ares begitu serius pada Andrew yang tiba-tiba memutuskan untuk masuk ke asrama sekolah dan tak mau lagi tinggal bersama ayahnya."Itu bukan urusanmu!""Aku temanmu, Andy!" Andrew terkekeh sinis dan menggelengkan kepalanya."Yang benar saja!" gumamnya makin sinis. Ares benar-benar mengernyitkan keningnya heran. Dalam satu hari ia bisa berubah drastis seperti seseorang yang tak pernah dikenal Ares sama sekali."Ada apa denganmu, Andy? Kenapa kamu bisa berubah seperti ini!" tukas Ares lagi dengan nada se
Shawn tak lagi masuk kerja usai pertengkarannya dengan Andrew tadi malam. Ia berdiri di depan jendela ruang kerjanya menunggu berita dari salah satu mata-matanya. Jemarinya terus menyentuh cincin pernikahan yang melingkari jemarinya.Alunan suara seorang wanita menyanyikan tembang Love Story mengisi relung ruangan yang sepi itu."With his first hello. He gave new meaning to this empty world of mine. There'd never be another love, another time. He came into my life and made the living fine. He fills my heart ... "Dengan merdunya rekaman suara nyanyian Kiran menggema ke seluruh penthouse tersebut. Seakan Kiran datang memeluk Shawn yang memejamkan matanya. Pipi Kiran dirasakan Shawn ditempelkannya dibalik pundaknya sambil terus menembangkan lirik lagu cinta yang dinyanyikan kembali olehnya.Dahulu, saat Andrew baru lahir dan masih berusia satu minggu, Andrew pernah mengalami sakit demam tinggi. Untuk menenangkan bayinya yang tengah sakit, Kiran ber
Napas Andrew tersengal hebat dan wajahnya memerah. Ia benar-benar kesal karena niatnya dihalangi oleh ketiga sahabatnya. Begitu pula dengan Aldrich yang begitu terengah dan marah menatap Andrew. Andrew masih tak berpakaian hanya memakai celana jeans-nya saja."Apa yang kamu lakukan, Andy?" tanya Ares lagi dengan suara lebih rendah dan lebih tenang. Isakan Chloe masih terdengar dan Jupiter masih terus memeluk untuk melindunginya."Itu bukan urusanmu!""INI URUSANKU!" teriak Ares tak sabar dan terengah. Mata Andrew dan Ares kini beradu dalam amarah yang terbakar."Kamu sudah hampir melecehkan Chloe, Andy!" Andrew malah mendengus dengan sinis mengejek Ares yang benar-benar marah padanya."Kamu bilang aku melecehkannya! DIA ITU PACARKU!" balas Andrew berteriak bahkan sampai menunjuk Ares di depannya."BERANINYA KAMU BILANG DIA PACARMU!" sahut Aldrich ikut meledak marah dan menunjuk wajah Andrew."Apa! Apa urusanmu!" sahut Andrew membalas
Shawn mulai memeriksa kamera pengawas dan hal-hal yang berhubungan dengan kedatangan Rohan ke penthouse-nya. Sebaliknya, ia tak lagi menaruh curiga pada Andrew dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba. Shawn terlalu fokus pada Rohan dan mulai meneruskan keinginannya untuk menyingkirkan pria itu."Hey, Andy! Apa kamu akan membuat pesta ulang tahun juga?" tanya Aldrich iseng menepuk pundak Andrew saat ia tengah menutup pintu loker. Andrew yang tak tersenyum lalu membanting pintu loker di depan Aldrich sampai membuat ia mengernyit."Kenapa memangnya?" sahut Andrew dengan rahang mengeras."Aku hanya bertanya. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Aldrich lagi masih dengan wajah kebingungan dan tak mengerti. Andrew tak mau menjawab selain hanya memandangi Aldrich tajam lalu pergi begitu saja. Aldrich jadi berpaling dan melihat Andrew berlalu begitu saja.Andrew juga berpapasan dengan Jupiter di koridor yang sama dan melewatinya begitu saja."Andy?" panggil Ju
Erikkson menghela napasnya di depan Andrew usai menelepon Shawn dan melaporkan yang sudah terjadi."Sudah malam, saatnya kamu tidur!" perintah Erikkson pada Andrew tanpa tersenyum."Tidak ... jelaskan dulu padaku. Baru aku akan pergi!" sahut Andrew bersikeras. Erikkson menghela napas kesal sambil berkacak pinggang."Andy, jangan membuatku kesal. Masuk ke kamarmu dan istirahatlah. Aku akan menunggu Ayahmu pulang. Dia akan tiba dalam satu atau dua jam lagi!" Andy masih mengernyitkan keningnya dan menatap Erikkson dengan pandangan tidak suka."Aku ingin penjelasan Uncle!" Erikkson menggelengkan kepalanya."Apa yang ingin kamu tahu?""Siapa Rohan Kanishka?""Dia adalah penembak ibumu!" jawab Erikkson cepat. Namun ia kemudian membuang muka dan mengusapnya dengan rasa cemas."Apa yang kamu sembunyikan?""Tidak ada, Nak! Kumohon masuklah ke kamarmu!" Andrew masih mendelik pada Erikkson yang benar-benar mendelik padanya agar ia