Tak hanya membuat rangkuman dakwaan bersama, kedua Jaksa yaitu Kiran Kanishka dan Robert Grisham bahkan makan malam bersama. Keduanya makan bertiga dengan Shimla di meja makan sederhana di apartemen tersebut.
Setelah makan malam, Kiran dan Robert kembali duduk di sofa ruang tengah untuk melanjutkan pekerjaan. Keduanya begitu asik berbincang dan menganalisa kasus yang akan ditangani.
Beberapa kali juga Robert mencuri-curi pandang dengan menatap Kiran diam-diam. Hal itu sempat dipergoki oleh Shimla tapi ia hanya bisa memicingkan mata. Untuk mencegah agar Robert tak memandangi Kiran berlebihan, Shimla sampai menginterupsi mereka dengan menyajikan makanan ringan.
Bahkan hingga pukul 11 malam pun, Robert belum pulang dan masih berada di apartemen Kiran. Shimla mulai tak suka dengan kehadiran Robert yang tak mau pulang meskipun pekerjaan mereka sudah selesai.
Terlihat Kiran seperti tak enak jika harus mengusir. Robert benar-benar menikmati waktunya bersama Kira
Kiran benar-benar kaget ketika tubuhnya diangkat ke atas oleh Shawn yang menerobos masuk tiba-tiba. Terlebih Shimla seperti sudah memprediksi dan begitu santai saat Shawn masuk. Bukankah tadi Bibi Shimla mengatakan jika dia ingin tidur? Lalu mengapa setelah Robert pulang dan bel berbunyi, ia tiba-tiba keluar dan membukakan pintu untuk Shawn.Kiran tak sempat memproses semua informasi karena pertama ia digendong oleh Shawn, kedua ia melihat bergantian Shawn dan Shimla yang dengan santai memberikan kode di depannya.“Ahhh ... Admiral, turunkan aku!” pekik Kiran benar-benar terkejut melihat Shawn yang berjalan dengan santai menggedong dirinya ke kamar tidur Kiran.Shawn membuka pintu lalu menghidupkan lampu dan menurunkan Kiran di pinggir ranjang pada akhirnya. Wajah Kiran masih separuh ketakutan separuh kaget melihat Shawn dengan santainya membuka jas lalu setengah melempar ke sebuah kursi di depan cermin.Shawn lantas mendekat dengan merentangk
Kiran mulai menggeliat bangun dan tak menemukan Shawn di ranjangnya lagi. Ia berbalik dengan cepat dan sedikit tertegun. Rasanya semalam bukan mimpi, Shawn memang datang menemuinya.Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka dan Shawn masuk dengan sebuah nampan berisi sarapan pagi untuk Kiran.“Kamu sudah bangun, Little Flower?” sapa Shawn tersenyum membawa nampan bersamanya ke atas ranjang.“Aku kira kamu sudah pulang, Admiral!” gumam Kiran pelan. Shawn menaikkan pandangannya dari sandwich yang ia buat jadi memandang wajah Kiran.“Bagaimana aku bisa pulang dan meninggalkan istriku sendiri di sini?” balas Shawn membuat Kiran tertegun.“Aku membuatkanmu sarapan pagi. Coba lihat ini, kamu pasti suka sandwich buatanku!” tawar Shawn lagi sambil tersenyum. Kiran masih tertegun dengan sikap Shawn yang begitu manis. Ia meletakkan rambutnya ke belakang telinga dan dengan sedikit menundukkan wajahnya.&ldqu
Blake Thron mungkin memiliki kemampuan dasar menembak yang sangat bagus. Ia juga adalah asisten pribadi Arjoona Harristian yang sangat cekatan dan dapat dipercaya. Namun jika menyangkut tugas-tugas seorang CEO maka ia akan seperti susah mencerna.Arjoona sendiri bahkan sudah memberikan beberapa tugas CEO untuk salah satu anak perusahaan Kim Corporation di bidang spare part elektronik pada Blake. Tujuannya adalah agar mungkin ia bisa memimpin suatu saat. Tapi Blake malah menolak dengan lebih senang menjadi PA Arjoona yang mengikutinya sepanjang hari.“Ah, Blake ... aku kan sudah bilang kerjakan analisa-nya seperti ini. Kalau kamu tidak mulai, bagaimana kamu bisa menyelesaikannya!” tegur Arjoona pada Blake yang hanya menggaruk rambutnya sambil menyengir.“Aku kan sudah bilang padamu Tuan Harristian, aku bukan lulusan sarjana!” bantah Blake kemudian. Arjoona berkacak pinggang dan memasang wajah sassy sang bos yang menyeramkan.&
Blake dan Amy memang tak duduk berdekatan tapi mereka berhadapan. Amy benar-benar seperti barbar. Ia sampai menghabiskan dua burger dan satu porsi kentang goreng gara-gara perang delikan dengan Blake.Sedangkan Blake juga ikut makan lebih banyak dari biasanya. Ia jadi lebih lapar gara-gara pertengkaran tak bermanfaat itu. Namun tak lama kemudian, seseorang tiba-tiba duduk di depan Amy dengan wajah begitu kesal. Rene Sanchez, mantan kekasih Amy menguntitnya sampai ke McDonald.“Rene, apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Amy dengan wajah terkejut dan melepaskan burger dari mulutnya yang hendak menggigit.“Harusnya aku yang tanya. Apa maksudmu mempermainkan aku seperti itu?” Rene mulai terlihat kesal dan itu membuat Amy agak takut.“Pelankan suaramu, Rene! Ini tempat umum!” tegur Amy dengan nada lebih rendah. Rene mengangguk tapi ia tak melepaskan pandangannya dari Amy sama sekali. Ia benar-benar tak habis pikir den
Blake mengerjap-ngerjapkan matanya pada Amy setelah ia tahu jika gadis itu ternyata adalah putri Menteri Pertahanan, Christopher Baker. Ia masih belum percaya. Mata Blake yang semula mengerjap-ngerjap, kini mulai memicing.“Kamu mau mencoba mengelabuiku ya?” tuduh Blake dengan wajah begitu curiga. Amy langsung mendengus, membuang pandangannya ke arah lain.“Yang benar saja! Untuk apa aku mengelabuimu?”“Entahlah ... gengsi mungkin!” mata Amy benar-benar hampir keluar dari sarangnya.“HAAA ... APA KATAMU!” teriak Amy membuat Blake tersentak kaget. Bagaimana bisa gadis separuh preman itu mengaku sebagai putri satu-satunya Christopher Baker? Bukankah rumornya putri Menteri Pertahanan USA adalah wanita yang sangat lembut dan anggun?“Tidak mungkin kamu adalah putri Christopher Baker!” Blake masih tak percaya dan terus mengelak.“Lalu menurutmu siapa orang tuaku ... David?” e
Usai memastikan Kiran dan Ramdash naik ke sebuah penerbangan komersil dengan pelayanan kelas satu, Shawn memenuhi undangan Arjoona di tengah cuaca musim dingin di New York.Ia datang ke The Heist dengan pengawalan dari Blue Handerson seperti biasanya. Kali ini ia tak hanya datang untuk bertemu dengan Bryan namun juga teman-temannya yang lain. Termasuk Mars King yang sudah bebas dari penjara dan menikah.Dengan senyuman dan butiran salju yang mampir di rambut hazel miliknya, Shawn melangkahkan kakinya untuk masuk dan seorang doorman The Heist menyambutnya dengan ramah.“Silahkan Admiral!” Shawn tersenyum ramah membalas doorman tersebut dan masuk ke dalam lobi salah satu apartemen paling mewah di New York. Shawn sempat sedikit menyapu butiran salju di kepalanya sampai ia dihampiri oleh sang pemilik bangunan, Bryan Alexander.“Shawn!” panggil Bryan yang dengan lebar membuka kedua lengannya lebar-lebar bagi Shawn. Shawn pun tersenyum ramah dan menyambut pelukan Bryan dengan hangat.“Oh ..
Usai proses kremasi, Shawn akhirnya berhasil membawa Kiran kembali tinggal di rumahnya. Kini Shawn sudah resmi mengundurkan dirinya dan sedang melakukan kampanye menjadi salah satu senator dari partai Demokrat.Kiran diantar kembali ke apartemen Shawn Miller di New York, tempatnya dulu tinggal. Begitu Shawn membukakan pintunya, senyumannya merekah melihat Kiran yang sudah berdiri dengan satu buah koper seperti layaknya ia pergi dulu. Namun sekarang, semua jadi lebih spesial karena ia tengah mengandung.“Masuklah, Little Flower!” ajak Shawn tak bisa menutupi rasa bahagianya. Ia mengambil sebelah tangan Kiran dan membawanya masuk. Tempatnya masih sama seperti saat terakhir Kiran pergi dari rumah ketika ia dijemput oleh Ayahnya.“Tidak ada yang berubah ...” gumam Kiran sambil melihat ke arah dapur. Shawn mendengus dan tersenyum lalu mengajak istrinya untuk duduk di sofa ruang tengah.“Aku tidak mau merubah apapun kecuali kamu yang melakukannya. Penthouse ini kan milikmu, kamu Nyonya disi
Shawn berdiri di depan Amy menjelaskan seperti apa posisinya pada Amy yang sesungguhnya. Dan Amy yang kini melihat Shawn dengan pandangan yang tak lagi sama.“Aku Kakakmu ... kita memiliki Ayah yang sama!” sambung Shawn lagi. Napas Amy jadi makin tercekat dan sesak. Airmatanya mulai tumpah lagi. ia tak pernah menyangka jika Ayahnya ternyata memiliki anak lain dan orang itu begitu dekat dengannya sama selama ini.Shawn masih memandang Amy dan mulai timbul rasa kasihan dalam dirinya. Ia mencoba menyentuh Amy di kepalanya tapi gadis itu langsung mengelak.“Jangan sentuh aku!” desis Amy dengan mata mulai menyalak marah.“Aku tidak menyangka jika kamu menipuku selama ini!” tambah Amy lagi masih dengan suara rendah yang terdengar terluka. Tapi Shawn tak membalasnya. Ia bisa mengerti jika Amy mungkin begitu sulit untuk menerima kenyataan yang ada.“Seharusnya kalimat itu bukan ditujukan padaku. Jika kamu ingin tau alasannya tanyakan pada Ayahmu!”“Berhenti menyalahkan Ayahku!” hardik Amy den
Ares bahkan sempat mencegat Andrew tapi yang ditunjukkan sahabatnya itu hanyalah tatapan kebencian. Ia pergi tanpa ada siapa pun yang bisa mencegahnya. Andrew ternyata pulang ke Boston tapi The Seven Wolves terutama Jayden terus mengejar dirinya.Andrew pun tak lama menghabiskan waktunya di mansion sang Ayah, ia bahkan tak hadir saat pembacaan warisan yang memberikan seluruh harta milik Shawn Miller padanya. Andrew berhenti datang ke sekolah dan mulai menghilang. Ia lari dari asrama sekolah dan tak pernah kembali ke penthouse mewah di Belligers lagi.Andrew sempat menyelinap masuk ke dalam apartemen ayahnya yang dijaga oleh anggota Golden Dragon. Ia hanya ingin mengambil barang peninggalan ayahnya yaitu sebuah album lagu dalam bentuk vinil milik mendiang ibunya dan sebuah foto milik orang tuanya yang diambil oleh neneknya Kiriko Matsui.Setelah mendapatkan yang diinginkannya, Andrew hendak menyelinap lagi keluar sebelum ia melihat Nana Tantria ternyata tidur di
"Waktu kematian … " begitu sakralnya kalimat tersebut saat seorang dokter menyatakan kematian seseorang. Kalimat itulah yang tak ingin di dengar oleh siapa pun. Itu termasuk Arjoona yang hanya duduk menyaksikan jasad temannya Shawn dinaikkan ke dalam ambulans dan dibawa.Semuanya hancur dalam sehari. Semuanya tanpa terkecuali. Dengan tubuh basah kuyup serta masih meneteskan air, Rei lantas menyelimuti ayahnya."Dad ... Daddy bisa pneumonia dan mati jika seperti ini!" ucap Rei dengan suara beratnya pada sang Ayah. Arjoona tak menjawab dan malah menengadahkan kepala menatap langit yang masih mendung. Hujan sudah berhenti dan membawa jiwa Shawn terbang ke angkasa. Mungkin saat ini, ia tengah bertemu Kiran dan berkumpul bersama James juga Delilah.Mata Rei lantas menoleh pada ambulans yang membawa Andrew. Ia tak sadarkan diri setelah tak mampu menangkap ayahnya Shawn yang memilih melompat dari ketinggian 15 meter lebih langsung ke lantai beton bersama Rohan K
Jayden menggunakan tali pinggangnya sebagai alat bela diri dengan memanfaatkan tenaga lawan."Om Jay!" pekik Ares hendak menolong tapi ia salah jatuh dan hampir terjerembap ke lantai dua tempat dimana Jayden tengah dikeroyok. Andrew dengan cepat memegang tangan Ares sebelum ia terjatuh. Mata mereka saling menatap dengan ekspresi takut kehilangan. Punggung Andrew tiba-tiba dihantam oleh seseorang menggunakan kayu dan ia hampir saja melepaskan Ares.Mars yang berada di lantai satu melihat putranya bergelantung di lengan Andrew langsung membelalakkan matanya. Pertolongan bagi Andrew datang dari Aldrich dan Rei yang menghajar orang-orang yang memukul Andrew. Selagi Aldrich dan Rei sibuk berkelahi, Andrew menarik Ares kembali ke atas.Dengan mata terbelalak, Ares tak sempat bernapas selain memukul salah satu pria yang hendak memukul Andrew dari arah belakang. Mars di bawah sudah kalah telak karena kini dihajar oleh tiga orang bersenjata tajam. Salah satunya sudah men
Ares menatap horor ke arah Andrew yang hanya mendengus meliriknya sekilas."Ini bahaya!" gumam Ares lagi masih dengan pandangan horor yang sama."Dia Pamanku, Ares. Dia kakak dari ibuku!" gumam Andrew membuat Ares semakin membelalakkan matanya."Fuck!" kutuk Ares tanpa sadar. Ia lalu memandang dashboard mobil sport milik Andrew dan berpikir sementara Andrew terus mengebut dengan mobilnya. Ia memasukkan nama taman yang dimaksudkan oleh Elena pada mesin navigasi dan sebisa mungkin tiba lebih cepat. Ares lalu mengambil ponsel dan menghubungi Jupiter, Rei serta Aldrich bersamaan."Kamu mau apa?" tanya Andrew pada Ares yang menempelkan ponsel di telinganya."Menghubungi yang lain. Kita butuh bantuan!" aku Ares dengan jujur. Andrew menggelengkan kepalanya."Jangan ... mungkin tak akan terjadi apa pun!""Jangan gila kamu. Dia pria yang berbahaya!""Dia Pamanku, Ares!" bantah Andrew makin sengit."Tapi dia pembunuh Aunty Kiran.
Ares benar-benar menyebalkan. Ia terus menguntit Andrew bahkan sampai masuk ke dalam mobilnya. Ia hanya ingin Andrew bicara tentang apa yang membuatnya berubah tiba-tiba."Keluar!" sahut Andrew mengusir Ares yang ikut masuk ke dalam mobilnya."Tidak!" jawab Ares tak peduli. Andrew makin mendengus kesal lalu diam tak bicara maupun menekan pedal gas."Kenapa kamu pindah ke asrama sekolah? Memangnya kenapa jika tinggal di Bellingers?" tanya Ares begitu serius pada Andrew yang tiba-tiba memutuskan untuk masuk ke asrama sekolah dan tak mau lagi tinggal bersama ayahnya."Itu bukan urusanmu!""Aku temanmu, Andy!" Andrew terkekeh sinis dan menggelengkan kepalanya."Yang benar saja!" gumamnya makin sinis. Ares benar-benar mengernyitkan keningnya heran. Dalam satu hari ia bisa berubah drastis seperti seseorang yang tak pernah dikenal Ares sama sekali."Ada apa denganmu, Andy? Kenapa kamu bisa berubah seperti ini!" tukas Ares lagi dengan nada se
Shawn tak lagi masuk kerja usai pertengkarannya dengan Andrew tadi malam. Ia berdiri di depan jendela ruang kerjanya menunggu berita dari salah satu mata-matanya. Jemarinya terus menyentuh cincin pernikahan yang melingkari jemarinya.Alunan suara seorang wanita menyanyikan tembang Love Story mengisi relung ruangan yang sepi itu."With his first hello. He gave new meaning to this empty world of mine. There'd never be another love, another time. He came into my life and made the living fine. He fills my heart ... "Dengan merdunya rekaman suara nyanyian Kiran menggema ke seluruh penthouse tersebut. Seakan Kiran datang memeluk Shawn yang memejamkan matanya. Pipi Kiran dirasakan Shawn ditempelkannya dibalik pundaknya sambil terus menembangkan lirik lagu cinta yang dinyanyikan kembali olehnya.Dahulu, saat Andrew baru lahir dan masih berusia satu minggu, Andrew pernah mengalami sakit demam tinggi. Untuk menenangkan bayinya yang tengah sakit, Kiran ber
Napas Andrew tersengal hebat dan wajahnya memerah. Ia benar-benar kesal karena niatnya dihalangi oleh ketiga sahabatnya. Begitu pula dengan Aldrich yang begitu terengah dan marah menatap Andrew. Andrew masih tak berpakaian hanya memakai celana jeans-nya saja."Apa yang kamu lakukan, Andy?" tanya Ares lagi dengan suara lebih rendah dan lebih tenang. Isakan Chloe masih terdengar dan Jupiter masih terus memeluk untuk melindunginya."Itu bukan urusanmu!""INI URUSANKU!" teriak Ares tak sabar dan terengah. Mata Andrew dan Ares kini beradu dalam amarah yang terbakar."Kamu sudah hampir melecehkan Chloe, Andy!" Andrew malah mendengus dengan sinis mengejek Ares yang benar-benar marah padanya."Kamu bilang aku melecehkannya! DIA ITU PACARKU!" balas Andrew berteriak bahkan sampai menunjuk Ares di depannya."BERANINYA KAMU BILANG DIA PACARMU!" sahut Aldrich ikut meledak marah dan menunjuk wajah Andrew."Apa! Apa urusanmu!" sahut Andrew membalas
Shawn mulai memeriksa kamera pengawas dan hal-hal yang berhubungan dengan kedatangan Rohan ke penthouse-nya. Sebaliknya, ia tak lagi menaruh curiga pada Andrew dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba. Shawn terlalu fokus pada Rohan dan mulai meneruskan keinginannya untuk menyingkirkan pria itu."Hey, Andy! Apa kamu akan membuat pesta ulang tahun juga?" tanya Aldrich iseng menepuk pundak Andrew saat ia tengah menutup pintu loker. Andrew yang tak tersenyum lalu membanting pintu loker di depan Aldrich sampai membuat ia mengernyit."Kenapa memangnya?" sahut Andrew dengan rahang mengeras."Aku hanya bertanya. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Aldrich lagi masih dengan wajah kebingungan dan tak mengerti. Andrew tak mau menjawab selain hanya memandangi Aldrich tajam lalu pergi begitu saja. Aldrich jadi berpaling dan melihat Andrew berlalu begitu saja.Andrew juga berpapasan dengan Jupiter di koridor yang sama dan melewatinya begitu saja."Andy?" panggil Ju
Erikkson menghela napasnya di depan Andrew usai menelepon Shawn dan melaporkan yang sudah terjadi."Sudah malam, saatnya kamu tidur!" perintah Erikkson pada Andrew tanpa tersenyum."Tidak ... jelaskan dulu padaku. Baru aku akan pergi!" sahut Andrew bersikeras. Erikkson menghela napas kesal sambil berkacak pinggang."Andy, jangan membuatku kesal. Masuk ke kamarmu dan istirahatlah. Aku akan menunggu Ayahmu pulang. Dia akan tiba dalam satu atau dua jam lagi!" Andy masih mengernyitkan keningnya dan menatap Erikkson dengan pandangan tidak suka."Aku ingin penjelasan Uncle!" Erikkson menggelengkan kepalanya."Apa yang ingin kamu tahu?""Siapa Rohan Kanishka?""Dia adalah penembak ibumu!" jawab Erikkson cepat. Namun ia kemudian membuang muka dan mengusapnya dengan rasa cemas."Apa yang kamu sembunyikan?""Tidak ada, Nak! Kumohon masuklah ke kamarmu!" Andrew masih mendelik pada Erikkson yang benar-benar mendelik padanya agar ia