Di malam hari.
Yuriel terbangun mendengar suara tangisan Freyan kecil di tengah malam saat dia dalam kondisi mengantuk berat. Dalam sekejap dia membuka mata dan ingin bangun memeriksa putranya.
Namun sosok tinggi muncul di samping box bayi dan menggendong putranya, membujuknya untuk tidak menangis.
Yuriel mengerjapkan matanya melihat pria tinggi dan berambut hitam membelakanginya. Dalam penerang lampu tidur, sosok pria itu mirip Aleandro.
Yuriel tertegun untuk sesaat dan memanggil pria itu dengan suara lirih.
“Aleandro ….”
Pria itu berbalik dan menampilkan wajah tampan Lewis.
“Tidurlah, lagi. Aku akan menjaga Freyan.”
Dengan begitu Lewis berbalik dan menimang cucunya untuk tidur.
Lewis begadang malam ini. Saat dia hendak masuk ke kamar Ginny, dia mendengar cucunya menangis dari kamar Yuriel. Dia masuk ke kamar Yuriel untuk memeriksa cucunya.
Lewis sangat menyukai cucu laki-laki
Sudah terhitung berapa jumlah ibu tiri dan saudara-saudara tiri di luar sana yang dia miliki.Reputasi memalukan ayahnya telah menjadi noda dalam hidup Audrey yang sempurna sebagai Nyonya Flint.Jika bukan karena ayahnya berjasa membuat Lewis mencintai dan menikahinya, Audrey sudah lama membuang Harry dan tidak akan membuang uangnya untuk menghidupi anak haram ayahnya di luar sana dengan uang Lewis.Harry tersenyum melihat tatapan Audrey pada gadis di sebelahnya. Dia mendorong gadis muda maju pada Audrey.“Aurel sayang, ayo beri salam pada bibimu, Audrey.”“Halo Bibi Audrey,.” Gadis muda itu tersenyum malu-malu pada Audrey.Pipinya memerah seperti buah persik. Dia memiliki senyum yang cantik dan tampak seperti bunga yang baru mekar.Mata Audrey menyipit tajam menatap wajah gadis yang dipanggil Aurel tampak sangat akrab.Dia terpaku menatap wajahnya saat sebuah kesadaran menghantamnya. Dia menatap a
Yuriel sangat marah hingga dia ingin menangis. Hatinya memanas melihat Aleandro begitu mesra dengan wanita lain.Pria brengsek ini, dia ingin mencekiknya sampai mati!“Tuan Gilren, siapa yang mengundangmu ke acara perayaan putraku? Setahuku aku tidak mengundang mantan suamiku,” ujarnya dengan penuh penekanan pada kata ‘mantan suami’ untuk menunjukkan hubungan mereka dulu di depan Viola.Sebelah alis Viola terangkat menatap Yuriel heran.“Mantan suami? Maksud Nona Muda adalah tunanganku?” Viola bertanya menatap antara Aleandro dan Yuriel bergantian.Ekspresi acuh tak acuh Aleandro menjadi dingin.“Nona Muda Flint, maksud Anda apa? Siapa mantan suamimu?”Yuriel tertegun.“Kamu … kamu tidak ingat siapa aku?” Dia menatap Aleandro dengan mata membelalak.“Nona Muda Flint, apa kita pernah bertemu sebelumnya?” Aleandro balik bertanya dengan sua
Dia berlari memeluk kaki Aleandro.Semua orang mengalihkan pandangan pada sosok Aleandro di belakang Lewis. Mata Yuriel menyipit tajam menatapnya.Mengapa pria itu datang ke sini?Namun dia tidak memperhatikan lebih lama karena perhatiannya terbagi antara Freyan dan Yuri.Aleandro tampak kaku sesaat menatap gadis kecil yang memanggilnya Papa.Mata Yuri tampak basah dan merah karena menangis. Dia menatap Aleandro seperti anak kucing yang ditinggalkan.Aleandro mau tak mau luluh oleh tatapan gadis kecil itu dan membungkuk untuk menggendongnya.“Ssst, sayang menangis lagi.” Aleandro tampak secara alami menghapus air mata dan membujuk Yuri seolah dia telah melakukan itu ribuan kali dan sudah menjadi kebiasaan.Tangisan Yuri semakin keras dan bercampur dengan tangisan Freyan. Dia memeluk leher ayahnya dengan erat dan tersedu-sedu.Entah mengapa Yuriel merasa mata memanas dan dia mengalihkan pandangnya dengan cepat
Audrey mendorong pintu kamar hingga terbuka dan memasuki kamarnya.Dia menatap ke sekeliling dan melihat jendela kamar yang terbuka. Di balkon kamar terlihat punggung sosok pria tinggi yang membelakanginya.Seperti dugaannya Lewis berada di kamar mereka alih-alih kamar Ginny. Dia mendengar dari pelayan bahwa Lewis sudah pulang tanpa membawa Yuriel dan Ginny.Audrey sangat senang duo ibu dan anak itu tidak berada di rumahnya. Dia telah mentolerir mereka selama setahun di manor ini.Untuk pertama kalinya setelah setahun dia bisa menikmati waktunya bersama Lewis tanpa keberadaan Ginny di rumah ini.Audrey tersenyum menatap bubur sarang burung walet di tangannya dan menatap punggung Lewis dari belakang. Dia secara pribadi memasak bubur ini untuk Lewis.Pesta telah berakhir. Audrey mengganti gaunnya dengan gaun tidur tipis.Dia berjalan menuju balkon kamar.“Lewis, aku sudah membuatkan bubur sarang walet untukmu. Aku dengar ka
“Rasa syukur ada batasnya. Lagi pula yang menyelamatkan aku adalah ibumu dan bukan kamu. Aku tidak bisa terus mentolerir. Jadi jangan menguji batas kesabaranku, atau kamu akan merasa akibatnya seperti pelayan itu,” desisnya dingin nan mengancam di samping telinga Audrey.Dia mundur dan melepaskan Audrey.Tubuh Audrey terjatuh ke lantai. Dia menggigil ketakutan menatap pria di depannya.Dia tiba-tiba mencengkeram dadanya dan terengah-engah dengan ekspresi kesakitan.Dadanya sangat sakit.“Akh! Lewis tolong aku … aku mohon.” Dia berjuang meraih celana Lewis dan menatapnya memohon dengan ekspresi kesakitan.Namun tampak Lewis tampak dingin dan tidak peduli. Dia menatapnya menghina seolah dia semut di jalanan.“Audrey, ini peringatan terakhirku. Jika melakukan sesuatu menyakiti Freyan, Yuri maupun Yuriel yang merupakan keturunan klan Flint, aku tidak akan mengampunimu lagi.”Setelah mengat
Ginny dan Yuriel keluar dari rumah sakit setelah kondisi Freyan membaik. Saat mereka keluar dari rumah sakit, Remix yang sekarang menjadi asisten pribadi Lewis keluar dari sebuah mobil limosin dan menghampiri mereka.“Nona Ginny, Nona Muda, Tuan menunggu kalian di mobil. Silakan masuk ke mobil. Kami akan mengantar Anda pulang,” ujarnya dengan sopan dan hormat.Wajah Ginny tampak dingin menatap mobil limosin hitam mewah. Kaca mobil telah diturunkan hingga memperlihatkan wajah tampan Lewis.“Kami sudah bilang tidak akan tinggal di manor itu lagi. Tidak perlu mengantar kami pulang ke rumah itu,” katanya dengan dingin.“Ayo pergi,” lanjutnya meraih tangan Yuri dan beranjak melewati mobil itu.Yuriel yang tengah menggendong Freyan mengangguk dan mengikutinya.“Ke mana kalian akan pergi?” Lewis keluar dari mobil dan menghalangi jalan Ginny.“Itu bukan urusanmu, minggir!” Ginny menc
“Apa kamu bilang?! Ibuku kenapa?” tanya Yuriel tajam pada pelayan itu.Pelayan itu menunduk dengan cemas.“Nona Ginny tiba-tiba pingsan,” jawabnya hati-hati menatap Lewis yang tertegun di kursinya.“Katakan, di mana dia?!” tanyanya menatap pelayan itu dengan tatapan kejam.“Nona Ginny di kamarnya,” jawab pelayan itu takut dengan tatapan ganas Lewis.Lewis sontak berdiri dan berjalan terburu-buru keluar dari ruang kerjanya.Yuriel juga mengikutinya dengan cemas di belakangnya.Mereka menyusuri lorong Panjang menuju ke kamar Ginny. Begitu tiba, mereka melihat beberapa pelayan berkumpul di luar kamar sambil mencoba menyadarkan Ginny yang tidak sadarkan diri di depan pintu kamarnya.“Nona Ginny, tolong buka matamu!”“Sadarlah, Nona Ginny.”“Cepat panggilkan dokter!”Para pelayan krasak-krasuk mencoba menyadarkan Ginny dengan pan
Lewis tidak bergerak dan menatap Yuriel tajam.“Aku tidak tahu apa yang terjadi pada ibu, Tapi belakang ini aku sering melihatnya sering minum alkohol tengah malam dan minum sebuah cairan yang entah apa,” kata Yuriel.“Ibu bahkan sering batuk sambil memegang dadanya. Ketika aku bertanya ibu menjawab dia sesak dada dan tidak ingin diperiksa ke dokter.”“Apa karena itu ibu sudah tahu dia memiliki penyakit jantung dan tidak ingin diperiksa ke dokter?” Yuriel bertanya pada dirinya sendiri.“Mengapa ibu melakukan ini?” Dia menatap Lewis dengan mata memerah menahan tangis.“Ayah, kamu yang membuat ibu memberikan jantungnya pada Bibi Audrey. Ibu sangat membenci Bibi Audrey, dia tidak akan memberikan jantungnya pada musuhnya. Daripada memberikan jantungnya, lebih baik merusak. Ayah, kamu yang memaksa ibu melalukan ini!” Yuriel mendorong Lewis dengan marah.Lewis terhuyung mundur. Dia terdia