Dia berlari memeluk kaki Aleandro.
Semua orang mengalihkan pandangan pada sosok Aleandro di belakang Lewis. Mata Yuriel menyipit tajam menatapnya.
Mengapa pria itu datang ke sini?
Namun dia tidak memperhatikan lebih lama karena perhatiannya terbagi antara Freyan dan Yuri.
Aleandro tampak kaku sesaat menatap gadis kecil yang memanggilnya Papa.
Mata Yuri tampak basah dan merah karena menangis. Dia menatap Aleandro seperti anak kucing yang ditinggalkan.
Aleandro mau tak mau luluh oleh tatapan gadis kecil itu dan membungkuk untuk menggendongnya.
“Ssst, sayang menangis lagi.” Aleandro tampak secara alami menghapus air mata dan membujuk Yuri seolah dia telah melakukan itu ribuan kali dan sudah menjadi kebiasaan.
Tangisan Yuri semakin keras dan bercampur dengan tangisan Freyan. Dia memeluk leher ayahnya dengan erat dan tersedu-sedu.
Entah mengapa Yuriel merasa mata memanas dan dia mengalihkan pandangnya dengan cepat
Audrey mendorong pintu kamar hingga terbuka dan memasuki kamarnya.Dia menatap ke sekeliling dan melihat jendela kamar yang terbuka. Di balkon kamar terlihat punggung sosok pria tinggi yang membelakanginya.Seperti dugaannya Lewis berada di kamar mereka alih-alih kamar Ginny. Dia mendengar dari pelayan bahwa Lewis sudah pulang tanpa membawa Yuriel dan Ginny.Audrey sangat senang duo ibu dan anak itu tidak berada di rumahnya. Dia telah mentolerir mereka selama setahun di manor ini.Untuk pertama kalinya setelah setahun dia bisa menikmati waktunya bersama Lewis tanpa keberadaan Ginny di rumah ini.Audrey tersenyum menatap bubur sarang burung walet di tangannya dan menatap punggung Lewis dari belakang. Dia secara pribadi memasak bubur ini untuk Lewis.Pesta telah berakhir. Audrey mengganti gaunnya dengan gaun tidur tipis.Dia berjalan menuju balkon kamar.“Lewis, aku sudah membuatkan bubur sarang walet untukmu. Aku dengar ka
“Rasa syukur ada batasnya. Lagi pula yang menyelamatkan aku adalah ibumu dan bukan kamu. Aku tidak bisa terus mentolerir. Jadi jangan menguji batas kesabaranku, atau kamu akan merasa akibatnya seperti pelayan itu,” desisnya dingin nan mengancam di samping telinga Audrey.Dia mundur dan melepaskan Audrey.Tubuh Audrey terjatuh ke lantai. Dia menggigil ketakutan menatap pria di depannya.Dia tiba-tiba mencengkeram dadanya dan terengah-engah dengan ekspresi kesakitan.Dadanya sangat sakit.“Akh! Lewis tolong aku … aku mohon.” Dia berjuang meraih celana Lewis dan menatapnya memohon dengan ekspresi kesakitan.Namun tampak Lewis tampak dingin dan tidak peduli. Dia menatapnya menghina seolah dia semut di jalanan.“Audrey, ini peringatan terakhirku. Jika melakukan sesuatu menyakiti Freyan, Yuri maupun Yuriel yang merupakan keturunan klan Flint, aku tidak akan mengampunimu lagi.”Setelah mengat
Ginny dan Yuriel keluar dari rumah sakit setelah kondisi Freyan membaik. Saat mereka keluar dari rumah sakit, Remix yang sekarang menjadi asisten pribadi Lewis keluar dari sebuah mobil limosin dan menghampiri mereka.“Nona Ginny, Nona Muda, Tuan menunggu kalian di mobil. Silakan masuk ke mobil. Kami akan mengantar Anda pulang,” ujarnya dengan sopan dan hormat.Wajah Ginny tampak dingin menatap mobil limosin hitam mewah. Kaca mobil telah diturunkan hingga memperlihatkan wajah tampan Lewis.“Kami sudah bilang tidak akan tinggal di manor itu lagi. Tidak perlu mengantar kami pulang ke rumah itu,” katanya dengan dingin.“Ayo pergi,” lanjutnya meraih tangan Yuri dan beranjak melewati mobil itu.Yuriel yang tengah menggendong Freyan mengangguk dan mengikutinya.“Ke mana kalian akan pergi?” Lewis keluar dari mobil dan menghalangi jalan Ginny.“Itu bukan urusanmu, minggir!” Ginny menc
“Apa kamu bilang?! Ibuku kenapa?” tanya Yuriel tajam pada pelayan itu.Pelayan itu menunduk dengan cemas.“Nona Ginny tiba-tiba pingsan,” jawabnya hati-hati menatap Lewis yang tertegun di kursinya.“Katakan, di mana dia?!” tanyanya menatap pelayan itu dengan tatapan kejam.“Nona Ginny di kamarnya,” jawab pelayan itu takut dengan tatapan ganas Lewis.Lewis sontak berdiri dan berjalan terburu-buru keluar dari ruang kerjanya.Yuriel juga mengikutinya dengan cemas di belakangnya.Mereka menyusuri lorong Panjang menuju ke kamar Ginny. Begitu tiba, mereka melihat beberapa pelayan berkumpul di luar kamar sambil mencoba menyadarkan Ginny yang tidak sadarkan diri di depan pintu kamarnya.“Nona Ginny, tolong buka matamu!”“Sadarlah, Nona Ginny.”“Cepat panggilkan dokter!”Para pelayan krasak-krasuk mencoba menyadarkan Ginny dengan pan
Lewis tidak bergerak dan menatap Yuriel tajam.“Aku tidak tahu apa yang terjadi pada ibu, Tapi belakang ini aku sering melihatnya sering minum alkohol tengah malam dan minum sebuah cairan yang entah apa,” kata Yuriel.“Ibu bahkan sering batuk sambil memegang dadanya. Ketika aku bertanya ibu menjawab dia sesak dada dan tidak ingin diperiksa ke dokter.”“Apa karena itu ibu sudah tahu dia memiliki penyakit jantung dan tidak ingin diperiksa ke dokter?” Yuriel bertanya pada dirinya sendiri.“Mengapa ibu melakukan ini?” Dia menatap Lewis dengan mata memerah menahan tangis.“Ayah, kamu yang membuat ibu memberikan jantungnya pada Bibi Audrey. Ibu sangat membenci Bibi Audrey, dia tidak akan memberikan jantungnya pada musuhnya. Daripada memberikan jantungnya, lebih baik merusak. Ayah, kamu yang memaksa ibu melalukan ini!” Yuriel mendorong Lewis dengan marah.Lewis terhuyung mundur. Dia terdia
Seumur hidup Lewis tidak pernah mengenal cinta. Ibunya meninggal lebih awal dan ayahnya adalah seorang buaya darat yang memiliki banyak wanita di mana-mana. Karena hal itu membuat Lewis memiliki saudara tiri yang paling dibencinya, Demian Flint.Lewis tidak mengenal kasih sayang atau pun cinta. Apa yang dia inginkan akan selalu terpenuhi dan menjadi miliknya. Termasuk wanita itu, Ginevra Scott, gadis yang dia beli dilelang gadis perawan.Dia menganggapnya menarik dan memiliki jantung yang cocok dengan Audrey.Dia ingin memiliki tubuhnya sebelum memberikan jantungnya pada Audrey. Namun dia justru terjerat pada wanita itu dan selalu menunda-nunda transplantasi jantung.Dia ingin memiliki wanita itu selamanya di sisinya dan memberikan segalanya semua yang diinginkan semua wanita padanya. Uang, perhiasan, dan pakaian cantik.Dia berpikir Ginny sama dengan wanita lain menginginkan hidup mewah dan tidak pernah berpikir dia akan meninggalkannya.
Kedua pria itu bergidik ngeri.“Baik Tuan!” Salah satu pria pergi mengumpulkan para pengawal Lewis dan satunya mengikuti Lewis mencari Ginny di hutan dekat Vila sambil membawa anjing pelacak.Vila itu berada di sebuah pulau dengan dikelilingi tebing curam hingga Lewis tidak khawatir Ginny akan melarikan diri meninggalkan pulau ini.Namun hutan itu cukup besar hingga sulit untuk menemukan Ginny.Guk!Anjing pelacak di bawa pengawal Lewis menggonggong dan berlari menuju ke arah tebing. Lewis berlari mengikutinya dengan langkah cepat.Mereka keluar dari hutan rimbun dan tiba di tanah lapang. Pengawal yang mengikuti Lewis menahan tali anjing pelacak itu agar tidak menerjang sosok wanita yang memunggungi mereka berdiri di ujung tebing.Lewis berhenti tak jauh dari belakang Ginny. Jantungnya berdegup kencang menatap punggung mungil di depannya.“Ginny ….” Dia memanggil wanita itu dengan hati-hati. Takut
Yuriel tidak bisa tinggal lama di rumah sakit karena dia tidak meninggalkan Freyan dan Yuri lebih lama.Setelah memeriksa kondisi Ginny, dia meninggalkan rumah sakit sambil menelepon pengasuh yang ditugaskan menjaga Freyan untuk menanyakan keadaan anak-anak.“Bibi, apa Freyan sudah tidur? Dia tidak menangis, kan?” Yuriel berjalan dengan langkah cepat di sepanjang Lorong rumah sakit.“Nona Muda, Tuan Muda kecil terus menangis sejam yang lalu. Saya sudah mencoba memberinya susu namun Tuan muda kecil tidak mau dan tetap. Saya tidak tahu lagi bagaimana menenangkan Tuan Muda kecil.”“Oke, aku mengerti. Aku segera pulang untuk memeriksanya. Lalu bagaimana dengan Yuri? Apa dia pergi ke sekolah?”Yuri pergi pagi-pagi membawa Ginny ke rumah sakit hingga dia tidak mengurus Yuri pergi ke sekolah.“Nona Yuri sudah pulang sekolah dan saat ini sedang belajar di kamarnya.”Yuriel menghela napas l
Pernikahan Yuriel dan Aleandro bertempat di sebuah hotel pinggir pantai. Dekorasi pesta di dekor dengan serba putih dan dihias bunga Lily tulip seperti taman khayangan. Altar pengantin dibuat menyerupai gapura bunga. Para tamu sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Keluarga Aleandro berbincang keluarga Flint yang hadir. Di altar sosok Aleandro berdiri dengan gagah dalam balutan setelan putih. Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang. Dia sangat tampan hari ini. Banyak wanita maupun gadis-gadis muda mencuri-curi pandang ke arahnya. Terdengar dentingan piano di mainkan, dan semua orang berdiri melihat ke arah sosok pengantin berdiri di ujung jalan menuju altar. Yuri menjadi pendamping mereka, berdiri di depan sambil memegang keranjang berisi bunga. Dia menaburkan bunga di sepanjang jalan. Lewis secara pribadi menuntun Yuriel menyusuri jalan mengantarnya menuju ke altar, di mana Aleandro menunggu. Le
Ginny mendorong dada Lewis untuk melepaskan pelukannya.Lewis membeku, menatapnya dengan mata membelalak.“Ka-kamu …. Dari mana kamu ….” Dia tidak melanjutkan kata-katanya. Terdiam menatap air mata mengalir dari mata hijau wanitu.“Aku sudah tahu kamu membunuh kakakku dan mengambil jantung keponakanku untuk menyelamatkanku. Meski aku berterima kasih padamu sudah menyelamatkan aku, aku tidak bisa hidup dengan perasaan bersalah ini seumur hidup.”Ginny terisak memejamkan matanya membiarkan air matanya mengalir di pipinya. Dia menarik napas dalam-dalam dan mendongak menatap Lewis.“Aku tidak hidup bersamamu. Lewis, kamu pembunuh, berdarah dingin dan egois. Aku tidak bisa memaafkanmu karena sudah membunuh kakakku. Setiap bersamamu terasa mencekikku dan membuatku sangat muak.”Lewis terdiam sambil mengepalkan tangannya, menatap tanpa daya wanita di depannya.“Maafkan aku,” ujarn
Para pengawal Ludwig langsung bersiaga melihat Lewis menerobos pengawalan Raja. “Tuan Anda tidak bi—” Lewis meraih tangan seorang pengawal yang mencoba menahannya dan membantingkannya ke lantai. Pengawal Ludwig langsung mengeluarkan senjata mereka mencoba menghentikan Lewis mendekati Ludwig. “Berhenti atau kami akan menembak—!” Lewis dengan cepat menjatuhkan senjata pengawal terdekat dan mengalahkan mereka dengan keterampilan bertarungnya. Anak buah Lewis juga membantunya mengalahkan pengawal Ludwig. Senjata mereka dilempar jauh dan mereka terlibat pertarungan fisik. Terjadi kekacauanya di bandara akibat pertarungan mereka. “Gawat, keadaan darurat. Cepat kirim petugas keamanan. Terjadi perkelahian di tempat ini.” “Tuan-tuan mohon berhenti. Kalian tidak bisa berkelahi di tempa ini.” Para stas bandara panik dan memanggil keamanan untuk menghentikan mereka. Ludwig menatap dingin Lewis yang bertarung dengan pe
“Ibu, aku harap kamu akan bahagia.” Yuriel memeluk Ginny erat, sangat enggan melepaskannya.“Jangan khawatir,” ucap Ginny balas memeluknya dengan erat sebelum melepaskannya.“Apa yang kamu rencanakan setelah aku pergi? Apa kamu akan tinggal bersama ayahmu?” tanya Ginny khawatir sambil mengelus rambut Yuriel.“Jangan khawatir Bu, aku akan membawa Yuriel dan anak-anak kembali ke Capital. Kami tidak akan tinggal bersama Lewis. Aku berjanji akan mencintai dan menjaganya.” Aleandro yang menjawab sambil memeluk pinggang Yuriel dan menatap Ginny dengan tatapan tegas.Ginny menoleh menatap Aleandro dan tersenyum.“Syukurlah. Aku tidak akan mencemaskannya lagi. Aku harap kamu akan menepati janjimu.” Ginny menghela napas memandang Yuriel dan Aleandro.“Aku harap kalian selalu bahagia. Terutama kamu Yuriel, jangan bersikap keras kepala dan perlakukan Aleandro dengan lebih baik. Kamu tida
“Apa yang kamu lakukan?!” Dia meringis merasakan hidungnya sakit usai menabrak dada keras Aleandro.Aleandro menarik pinggangnya untuk semakin menempel di tubuhnya.“Apa Freyan sudah tidur?” tanya menunduk menatap Yuriel dengan tatapan panas.“Ya, kenapa?” Yuriel tersipu dan menghindari tatapan panasnya.Aleandro menyeringai dan menunduk untuk berbisik di samping telinganya.“Kalau begitu waktunya kamu menjadi milikku. Sayang mari kita mandi bersama,” bisiknya dengan suara rendah mulai menurunkan jubah mandi Yuriel.Wajah Yuriel memanas. Dia menahan tangan Aleandro dan mendorong dadanya dengan malu-malu.“He-hentikan, aku sudah mandi. Mandilah sendiri. Aku tidak bisa meninggalkan Freyan lama. Bagaimana kalau dia terbangun dengan suara berisik kita,” ujarnya tersipu malu.“Jadilah baik sayang. Bocah itu sudah tidur, dia tidak bangun. Aku akan melakukannya dengan c
Freyan melepaskan dada ibunya dan menangis keras. Tangisannya mengagetkan Yuriel. Dia dengan cepat membujuknya.“Sayang, sayang, kenapa kamu nangis?” ujarnya cemas mencoba membujuk Freyan dan menyusuinya lagi.Namun Freyan tidak berhenti menangis dan tangisannya semakin keras. Yuriel cemas dan memeriksa apa putranya buang besar.Dia berbalik untuk meletakkan Freyan di atas tempat tidur. Dia menoleh melihat Aleandro. Tatapan tajam pria itu tertuju pada putranya.Yuriel menunduk menatap putranya yang menangis dan Aleandro yang memelototi Freyan. Dia seketika marah.“Aleandro Gilren, apa kamu menakuti putraku!” seru Yuriel memarahinya.Freyan terisak kecil di pelukan ibunya, tampak seolah merasakan ibunya membelanya dan memarahi ayahnya.“Bagaimana aku bisa menakutinya? Bocah itu terlalu manja.” Aleandro berkata dengan enggan dan memelototi Freyan.Tangisan bayi kecil itu mengeras.Yuriel
Wajah Yuriel memanas. Dia mencoba mendorong Aleandro.“A-alenadro Gilren … kamu sebaiknya lepaskan aku—Angh!” Yuriel tidak bisa menahan suara erangannya kala lidah panas Aleandro menjilati bibirnya.“Sayang, akui saja kamu menyukainya. Kamu merindukan aku juga, kan?” bisik Aleandro menggoda di samping telinganya. Sementara tangannya menjelajah di tubuh Yuriel dengan nakal.Wajah Yuriel memerah menangkap tangan nakal Aleandro di bawah perutnya.“Aleandro Gilren, hentikan—” desisnya memukul tangan nakal Aleandro yang menyusup di bawah jubahnya.Aleandro mengangkat kepalanya dan tersenyum miring menatap wajah merah Yuriel.Wajahnya berkeringat bergelut dengannya. Keringat mengalir di wajahnya turun ke leher jenjang nan putihnya. Dia terengah-engah memelototi Aleandro. Wajahnya yang memerah membuatnya tampak menggairahkan.Aleandro menelan ludah kering.“Sayang, akui saja
Aleandro berdiri tenang di bawah guyuran hujan deras. Pakaiannya basah kuyup dan wajahnya memucat.“Hei, apa yang kamu lakukan di situ! Kenapa kamu tidak pergi!” seru Yuriel dari atas.Aleandro mendongak dan tersenyum tipis memandang Yuriel dari bawah. Wajahnya pucat, bibirnya membiru bergetar saat dia tersenyum.“Riel, akhirnya aku bisa melihatmu.”Yuriel berdecak.“Apa yang kamu lakukan di sana? Apa kamu tidak lihat hujan semakin deras!”Aleandro seolah tidak mendengarnya.“ Aku minta maaf sudah menipumu dan berpura-pura bertunangan. Aku tidak bermaksud begitu. Aku melakukan itu agar aku bisa bertemu denganmu dan anak-anak kita. Kamu tahu tidak mudah bagiku untuk ke Kingtown,” ujar Aleandro dengan suara rendah, tampak lemah.Yuriel merasa cemas dalam hati melihat hujan semakin deras.“Apa-apaan, apa kamu pikir dengan melakukan ini aku akan memaafkan kamu. Pergilah,
“Mengapa aku harus bekerja sama denganmu? Apa kamu meremehkan kemampuanku?” kata Lewis tidak senang.“Kamu bahkan tidak bisa mengusirnya dari Kingstown-mu dan membuatnya berkeliaran di sekitar Ibu,” balas Aleandro meremehkan.“Lalu bagaimana denganmu? Kamu bahkan tidak bisa menghentikannya membawa Yuriel,” balas Lewis dingin.Aleandro terdiam dengan ekspresi kesal.“Daripada kita di sini bertengkar tidak jelas, mengapa tidak bekerja sama saja mengusir Ludwig Arghio kembali ke tempat asalnya.”Lewis meliriknya dari ujung matanya acuh tak acuh.“Aku tidak butuh bantuanmu untuk mengusirnya. Lagi pula tidak akan lama dia meninggalkan Kingstown.”Ludwig tidak bisa tinggal lebih lama di sini. Lewis hanya perlu bersabar lagi menunggunya pergi dari sini dan membalas dendam kecil pada Presiden yang membuatnya terlihat remeh di depan Ludwig.“Benarkah?” kata Aleandro