Sejak di panti asuhan dia tidak pernah mendapatkan cinta dan kasih sayang begitu besar seperti yang diberikan Aleandro.
“Cukup berada di sampingku dan melahirkan anak dengan sehat sudah cukup bagiku.” Alean mengulurkan tangannya untuk mengelus perut Yuriel yang membuncit.
“Apa pun bisa kuberikan demi kalian. Bahkan seluruh dunia bisa kuberikan pada kalian berdua.” Dia tersenyum memikat menatap wanita dalam cermin itu.
Yuriel mengangkat dagunya dengan senyum sombong.
“Hmph, aku tidak jatuh dalam rayuanmu.” Namun pipimya bersemu dengan kebahagian. Wanita mana pun ingin mendengar kata-kata penuh cinta dari pria yang dicintainya.
Menjadi anak yatim piatu dan tumbuh tanpa orang tua, Yuriel diam-diam selalu mengharapkan seseorang yang datang memberinya kasih sayang dan mencintai dengan sepenuh hati. Bisa dibilang dia orang sangat mendambakan kasih sayang dan cinta karena tumbuh menjadi yatim piatu. Alendro tanpa diduga
Aleandro membawanya ke ruangan lain yang terpisah dari aula pesta. Di dalam tampak sebuah ruang tamu. Saat mereka masuk, Kakek Hendry sedang tertawa berbicara dengan para tamu elite, ada Walikota Rollie dan putrinya di antara mereka. Cain dan Katherine menemaninya berbicara dengan para tamu.“Kakek, selamat ulang tahun ….” Aleandro membawa Yuriel untuk menyapa mereka.Semua orang menghentikan obrolan mereka dan menatap pasangan itu dengan tatapan tertarik, terutama wanita di sebelahnya yang tampak hamil.“Cucu menantuku, sudah lama tidak melihatmu.” Raut wajaha Kakek Hendry tampak sumringah melihat Aleandro datang bersama Yuriel.Tubuh wanita itu menjadi lebih berisi sejak terakhir kali dia melihatnya. Tatapan Kekek Hednry dengan gembira menatap perut Yurie yang agak menunjol di balik gaunnya.“Sini, duduk bersama Kakek, biarkan Kakek melihat cicitku.” Kakek Hendry menepuk
Sampai seorang staff yang mengawasi jalannya acara masuk ke dalam ruangan dan berhenti di samping Cain.“Tuan Komisaris, sudah waktunya penyambutan. Wartawan sudah dipersiapkan untuk konferensi pers perayaan berdirinya perusahaan Gilren,” ujarnya membungkuk dan berbisik di samping Cain.Selain ulang tahun Kakek Hendry, acara pesta ini juga merupakan perayaan berdirinya perusahaan Gilren.Cain mengangguk sopan mendengar pemberitahuan staff itu dan berdiri, menghampiri Kakek Hendry.“Ayah, sudah waktunya pembukaan pidato.”“Baiklah,” balas Kakek Hendry, lalu berdiri dengan bantuan tongkat yang selalu dipegangnnya. Cain juga membantunya berdiri tegak.“Tuan-tuan sekalian, terima kasih sudah hadir acara ini, mari kita pergi ke pesta,” ujar Kakek Hendry tersenyum sopan pada para tamu elite itu.Para tamu juga berdiri dari sofa dan berbasa-basi sebentar sebelum mengikuti Kakek Hendry ke
“Mana mungkin. Aku hanya menginginkan anak yang kamu lahirkan, aku tidak pedui wanita lain. Jika kamu tidak bisa hamil, kita masih mengadopsi anak untuk dibesarka,” ujar Aleandro membujuknya tanpa peduli dengan pandangan kaget orang-orang di sekitarnya.“Bohong!” Yuriel masih merajuk. Wajahnya memerah seperti anak kecil yang siap menangis.Ada banyak wanita cantik yang siap mengantre untuk menjadi wanita Aleandro dan melahirkan anak untuknya. Yuriel merasa dirinya tidak sebanding dengan mereka dan bukan siapa-siapa tanpa status keluarga dan hanyalah seorang anak yatim piatu.“Aku bisa bersumpah menjadi impoten jika kamu mandul,” Aleandro berkata dengan ekspresi serius.Apa pun yang dia lakukan untuk menyenangkan istri mudanya tanpa peduli image-nya di depan orang lain. Dia juga ingin menunjukkan bahwa istrinya sangat penting baginya pada orang lain hingga mereka tidak bisa menggertaknya lagi.Para tam
“Ah!”“Woah! Ada apa ini?!”Semua orang di aula pesta terkesiap terkejut dan membelalak kaget melihat adegan yang terjadi di depan mata mereka. Wajah keluarga Gilren berubah melihat seorang wanita tak dikenal menyiram Yuriel dengan cairan wine. Terutama Kakek Hendry yang memerah marah.“Siapa wanita itu?! Beraninya dia menyiram cucu menantu saya!” raungan kakek Hendry membuat orang bergidik dan mundur untuk menghindari kekacauan yang akan terjadi, membuat Yuriel dan wanita itu menjadi pusat di aula pesta.“Di mana penjaga keamanan?! Cepat seret wanita itu dari cucu menantu saya!” Kakek Hendry memerintah dengan marah.Dia takut sesuatu yang buruk jika terjadi perkelahian di antara mereka dan menyebabkan Yunifer mengalami keguguran.“Ayah tenang, mari kita dengarkan yang dikatakan wanita itu dan mengapa dia menyebut Yunifer sebagai penipu.” Katherine dengan cepat menghentikan Kakek He
Tanpa bisa dia kendalikan, kakinya dengan tergesa menaiki tangga mencari Aleandro. Di koridor tak jauh dari tangga, sebuah nampan dan gelas hamburan di lantai depan pintu kamar yang tertutup rapat.Dia berhenti depan kamar itu dengan perasaan campur aduk, tangannya gemetar hendak membuka kamar itu. Tapi suara di dalam membuatnya berhenti.“Ah! Alen … kumohon, pelan-pelan … Oh!”Pikiran Yuriel menjadi kosong, dia terhuyung mundur dengan linglung. Matanya memerah dengan air mata mengalir di pipinya. Dadanya berdenyut nyeri dan rasa sesak mengimpit dadanya membuatnya kesulitan bernapas. Pandangan Yuriel kabur oleh embun air mata menatap pintu kamar yang tertutup rapat. Suara sensual di dalam kamar masih terdengar.Dia tidak berani membuka pintu dan menyaksikan pemandangan mengerikan di mana Aleandro bercinta dengan perempuan lain.“Minggir, anakku tidak mungkin melakukan tindakan seperti itu.” Terdengar gema suara
Sekarang Aleandro menjadi jelas siapa yang wanita yang memiliki aroma yang mirip dengan istrinya setelah mendengar suaranya. Dia mengerjapkan matanya untuk memperjelas penglihatannya yang buram.“Sherly.”Ekspresinya menggelap dengan tatapan dingin. Meski obat perangsang memengaruhi tubuhnya, dia tidak memiliki selera untuk menyentuh Sherly.Yang dia inginkan adalah tubuh Yuriel yang menghangatkannya. Memikirkan istrinya membuat matanya semakin merah terbakar oleh api gairah. Dia dengan terburu-buru mendorong Sherly menyingkir dari pintu dan membuka pintu kamar, lalu keluar untuk mencari istrinya.“Alen!”Bagaimana Sherly bisa membiarkan Aleandro pergi dan menggagalkan semua rencananya. Dia mengisyaratkan pria yang tengah bersandar di koridor yang tak jauh dari kamar itu. Ini adalah rencana keduanya jika gagal menaklukkan Aleandro.Pria itu menyeringai dan menghampiri Aleandro yang berjalan sempoyongan di lorong, dari
Air matanya mengalir saat dia bergumam, “Maaf sayang … maafkan ibu ….” Dia memeluk perutnya dengan sangat protektif. “Kamu harus bertahan sayang … maafkan ibu,” isaknya merasakan sakit di perutnya. Mobil Aleandro akhirnya tiba di tempat lokasi Yuriel setelah memutar mobil mencari jalan pintas. Hatinya tenggelam sebuah mobil truk berbesar berhenti di pinggir jalan, dan mobil Rolls-Royce miliknya berhenti sisik lain pembatas jalan dengan keadaan miring. Mobil itu mengeluarkan asap dan klakson mobil berbunyi tanpa henti. Aleandro keluar dengan kecepatan kilat tanpa peduli air hujan membasahi tubuhnya dan berlari mendekati mobil itu. “Yuriel! Apa kamu baik-baik saja!” dia mencoba untuk membuka pintu untuk mengeluarkan Yuriel. Namun pintu mobil terkunci. “Riel! Bukan pintunya! Apa kamu baik-baik saja di dalam?!’” Dia memukul-mukul kaca jendela dengan keras. Sopir truk itu gemetar ketakutan di dalam mobilnya. Setelah menenangkan diri
Katherine dengan cepat menutup mulutnya. Takut suaminya semakin marah mengusirnya di depan keluarga Kindle dan membuatnya malu.Hubungan keduanya belum membaik sejak dia kembali ke rumah utama setelah diusir Kakek Hendry.Di lorong itu tampak hening, tidak ada yang berani bersuara. Keluarga Gilren tampak tegang menunggu kabar Kakek Hendry....Kondisi kakek Hendry sangat buruk seperti yang dikatakan Cain.Sorot mata Aleandro melembut melihat Kakek Hendry terbaring di ranjang pasien dengan masker oksigen menutupi mulutnya. Layar monitoring yang memantau kondisi Kakek Hendry tampak lemah dan tidak stabil. Ada seorang dokter dan perawar yang tengah memeriksa kondisinya dengan wajah serius. Dia menoleh mendengar suara pintu dibuka.Aleandro memakai masker dan gaun luar pembesuk yang dikhususkan untuk menjenguk pasien yang dirawat di kamar perawatan intensif.“Bagaimana kondisi Kakek sekarang?” Aleandro bertanya den
Pernikahan Yuriel dan Aleandro bertempat di sebuah hotel pinggir pantai. Dekorasi pesta di dekor dengan serba putih dan dihias bunga Lily tulip seperti taman khayangan. Altar pengantin dibuat menyerupai gapura bunga. Para tamu sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Keluarga Aleandro berbincang keluarga Flint yang hadir. Di altar sosok Aleandro berdiri dengan gagah dalam balutan setelan putih. Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang. Dia sangat tampan hari ini. Banyak wanita maupun gadis-gadis muda mencuri-curi pandang ke arahnya. Terdengar dentingan piano di mainkan, dan semua orang berdiri melihat ke arah sosok pengantin berdiri di ujung jalan menuju altar. Yuri menjadi pendamping mereka, berdiri di depan sambil memegang keranjang berisi bunga. Dia menaburkan bunga di sepanjang jalan. Lewis secara pribadi menuntun Yuriel menyusuri jalan mengantarnya menuju ke altar, di mana Aleandro menunggu. Le
Ginny mendorong dada Lewis untuk melepaskan pelukannya.Lewis membeku, menatapnya dengan mata membelalak.“Ka-kamu …. Dari mana kamu ….” Dia tidak melanjutkan kata-katanya. Terdiam menatap air mata mengalir dari mata hijau wanitu.“Aku sudah tahu kamu membunuh kakakku dan mengambil jantung keponakanku untuk menyelamatkanku. Meski aku berterima kasih padamu sudah menyelamatkan aku, aku tidak bisa hidup dengan perasaan bersalah ini seumur hidup.”Ginny terisak memejamkan matanya membiarkan air matanya mengalir di pipinya. Dia menarik napas dalam-dalam dan mendongak menatap Lewis.“Aku tidak hidup bersamamu. Lewis, kamu pembunuh, berdarah dingin dan egois. Aku tidak bisa memaafkanmu karena sudah membunuh kakakku. Setiap bersamamu terasa mencekikku dan membuatku sangat muak.”Lewis terdiam sambil mengepalkan tangannya, menatap tanpa daya wanita di depannya.“Maafkan aku,” ujarn
Para pengawal Ludwig langsung bersiaga melihat Lewis menerobos pengawalan Raja. “Tuan Anda tidak bi—” Lewis meraih tangan seorang pengawal yang mencoba menahannya dan membantingkannya ke lantai. Pengawal Ludwig langsung mengeluarkan senjata mereka mencoba menghentikan Lewis mendekati Ludwig. “Berhenti atau kami akan menembak—!” Lewis dengan cepat menjatuhkan senjata pengawal terdekat dan mengalahkan mereka dengan keterampilan bertarungnya. Anak buah Lewis juga membantunya mengalahkan pengawal Ludwig. Senjata mereka dilempar jauh dan mereka terlibat pertarungan fisik. Terjadi kekacauanya di bandara akibat pertarungan mereka. “Gawat, keadaan darurat. Cepat kirim petugas keamanan. Terjadi perkelahian di tempat ini.” “Tuan-tuan mohon berhenti. Kalian tidak bisa berkelahi di tempa ini.” Para stas bandara panik dan memanggil keamanan untuk menghentikan mereka. Ludwig menatap dingin Lewis yang bertarung dengan pe
“Ibu, aku harap kamu akan bahagia.” Yuriel memeluk Ginny erat, sangat enggan melepaskannya.“Jangan khawatir,” ucap Ginny balas memeluknya dengan erat sebelum melepaskannya.“Apa yang kamu rencanakan setelah aku pergi? Apa kamu akan tinggal bersama ayahmu?” tanya Ginny khawatir sambil mengelus rambut Yuriel.“Jangan khawatir Bu, aku akan membawa Yuriel dan anak-anak kembali ke Capital. Kami tidak akan tinggal bersama Lewis. Aku berjanji akan mencintai dan menjaganya.” Aleandro yang menjawab sambil memeluk pinggang Yuriel dan menatap Ginny dengan tatapan tegas.Ginny menoleh menatap Aleandro dan tersenyum.“Syukurlah. Aku tidak akan mencemaskannya lagi. Aku harap kamu akan menepati janjimu.” Ginny menghela napas memandang Yuriel dan Aleandro.“Aku harap kalian selalu bahagia. Terutama kamu Yuriel, jangan bersikap keras kepala dan perlakukan Aleandro dengan lebih baik. Kamu tida
“Apa yang kamu lakukan?!” Dia meringis merasakan hidungnya sakit usai menabrak dada keras Aleandro.Aleandro menarik pinggangnya untuk semakin menempel di tubuhnya.“Apa Freyan sudah tidur?” tanya menunduk menatap Yuriel dengan tatapan panas.“Ya, kenapa?” Yuriel tersipu dan menghindari tatapan panasnya.Aleandro menyeringai dan menunduk untuk berbisik di samping telinganya.“Kalau begitu waktunya kamu menjadi milikku. Sayang mari kita mandi bersama,” bisiknya dengan suara rendah mulai menurunkan jubah mandi Yuriel.Wajah Yuriel memanas. Dia menahan tangan Aleandro dan mendorong dadanya dengan malu-malu.“He-hentikan, aku sudah mandi. Mandilah sendiri. Aku tidak bisa meninggalkan Freyan lama. Bagaimana kalau dia terbangun dengan suara berisik kita,” ujarnya tersipu malu.“Jadilah baik sayang. Bocah itu sudah tidur, dia tidak bangun. Aku akan melakukannya dengan c
Freyan melepaskan dada ibunya dan menangis keras. Tangisannya mengagetkan Yuriel. Dia dengan cepat membujuknya.“Sayang, sayang, kenapa kamu nangis?” ujarnya cemas mencoba membujuk Freyan dan menyusuinya lagi.Namun Freyan tidak berhenti menangis dan tangisannya semakin keras. Yuriel cemas dan memeriksa apa putranya buang besar.Dia berbalik untuk meletakkan Freyan di atas tempat tidur. Dia menoleh melihat Aleandro. Tatapan tajam pria itu tertuju pada putranya.Yuriel menunduk menatap putranya yang menangis dan Aleandro yang memelototi Freyan. Dia seketika marah.“Aleandro Gilren, apa kamu menakuti putraku!” seru Yuriel memarahinya.Freyan terisak kecil di pelukan ibunya, tampak seolah merasakan ibunya membelanya dan memarahi ayahnya.“Bagaimana aku bisa menakutinya? Bocah itu terlalu manja.” Aleandro berkata dengan enggan dan memelototi Freyan.Tangisan bayi kecil itu mengeras.Yuriel
Wajah Yuriel memanas. Dia mencoba mendorong Aleandro.“A-alenadro Gilren … kamu sebaiknya lepaskan aku—Angh!” Yuriel tidak bisa menahan suara erangannya kala lidah panas Aleandro menjilati bibirnya.“Sayang, akui saja kamu menyukainya. Kamu merindukan aku juga, kan?” bisik Aleandro menggoda di samping telinganya. Sementara tangannya menjelajah di tubuh Yuriel dengan nakal.Wajah Yuriel memerah menangkap tangan nakal Aleandro di bawah perutnya.“Aleandro Gilren, hentikan—” desisnya memukul tangan nakal Aleandro yang menyusup di bawah jubahnya.Aleandro mengangkat kepalanya dan tersenyum miring menatap wajah merah Yuriel.Wajahnya berkeringat bergelut dengannya. Keringat mengalir di wajahnya turun ke leher jenjang nan putihnya. Dia terengah-engah memelototi Aleandro. Wajahnya yang memerah membuatnya tampak menggairahkan.Aleandro menelan ludah kering.“Sayang, akui saja
Aleandro berdiri tenang di bawah guyuran hujan deras. Pakaiannya basah kuyup dan wajahnya memucat.“Hei, apa yang kamu lakukan di situ! Kenapa kamu tidak pergi!” seru Yuriel dari atas.Aleandro mendongak dan tersenyum tipis memandang Yuriel dari bawah. Wajahnya pucat, bibirnya membiru bergetar saat dia tersenyum.“Riel, akhirnya aku bisa melihatmu.”Yuriel berdecak.“Apa yang kamu lakukan di sana? Apa kamu tidak lihat hujan semakin deras!”Aleandro seolah tidak mendengarnya.“ Aku minta maaf sudah menipumu dan berpura-pura bertunangan. Aku tidak bermaksud begitu. Aku melakukan itu agar aku bisa bertemu denganmu dan anak-anak kita. Kamu tahu tidak mudah bagiku untuk ke Kingtown,” ujar Aleandro dengan suara rendah, tampak lemah.Yuriel merasa cemas dalam hati melihat hujan semakin deras.“Apa-apaan, apa kamu pikir dengan melakukan ini aku akan memaafkan kamu. Pergilah,
“Mengapa aku harus bekerja sama denganmu? Apa kamu meremehkan kemampuanku?” kata Lewis tidak senang.“Kamu bahkan tidak bisa mengusirnya dari Kingstown-mu dan membuatnya berkeliaran di sekitar Ibu,” balas Aleandro meremehkan.“Lalu bagaimana denganmu? Kamu bahkan tidak bisa menghentikannya membawa Yuriel,” balas Lewis dingin.Aleandro terdiam dengan ekspresi kesal.“Daripada kita di sini bertengkar tidak jelas, mengapa tidak bekerja sama saja mengusir Ludwig Arghio kembali ke tempat asalnya.”Lewis meliriknya dari ujung matanya acuh tak acuh.“Aku tidak butuh bantuanmu untuk mengusirnya. Lagi pula tidak akan lama dia meninggalkan Kingstown.”Ludwig tidak bisa tinggal lebih lama di sini. Lewis hanya perlu bersabar lagi menunggunya pergi dari sini dan membalas dendam kecil pada Presiden yang membuatnya terlihat remeh di depan Ludwig.“Benarkah?” kata Aleandro