Yuriel hanya terkekeh. Lagian dia juga lelah setelah kuliah seharian. Dia tidak mood untuk sekadar shopping. Dia hanya menelpon untuk menanyakan kabar Melly.
“Lupakan aja, waktunya agak mepet. Aku ingin beristirahat sebentar sebelum pergi ke pesta bar Bule Star.”
“Buat apa kau pergi ke sana?”
Yuriel tersentak dengan mendengar suara Aleandro. Dia menoleh dengan cepat melihat ke ruang tamu.
Di sofa single, duduk sosok pria tampan dengan pakaian santai, menghadapnya. Dia menurunkan koran di tangannya dan menatapnya tajam.
“Kapan kau di situ?”
“Sebelum kau pulang.”
“Tumben kau pulang cepat?” Yuriel mengerutkan keningnya menatap lelaki itu, lalu melirik jam tangannya. Waktu masih menunjukkan pukul lima sore.
“Apa aku tidak boleh pulang ke rumahku sendiri?” Aleandro malah balik bertanya.
Yuriel hanya mendengus.
“Yayaya, terserah kau. Kau yang
Pandangan Aleandro menyapu ke seluruh bar seperti mencari seseorang. Dia seperti suami yang ingin memergoki istrinya berselingkuh. “Wow, datang tepat waktu saat istrinya tengah bermain dengan laki-laki lain.” Salah satu gadis berkata dengan pandangan tertarik seolah sedang menonton drama menarik. “Apa Presdir Gilren ingin menangkap basah istrinya yang berselingkuh?” “Sangat mungkin, jika tidak, bagaimana dia bisa masuk saat bar sedang di pesan seharian.” “Kali ini Yunifer akan tamat.” Sebagian perempuan senang ketidakberuntungan Yunifer dan sebagian ingin melihat dari sosok Aleandro Gilren yang cuma bisa mereka lihat di majalah bisnis, secara langsung. Ariana dan Thalia saling pandang. “Apa kemunculan Presdir Gilren bagian dari rencanamu?” Ariana bertanya dengan suara pelan, takut ada yang mendengar mereka. “Mana mungkin. Apa kau pikir mudah mendapatkan kontak Presdir Gilren?” Thalia balik berbisik. Mereka berdua cemas dengan kehadiran tak terduga Aleandro yang entah berakiba
Jon membukakan pintu belakang mobil ketika melihat Aleandro kembali dengan membawa Yuriel di pelukannya. Aleandro meletakkan Yuriel di kursi penumpang sebelum duduk di sampingnya. Dia memerintahkan dengan dingin pada sopirnya. “Kembali ke mansion!” “Baik, Tuan.” Jon segera masuk ke dalam mobil dan mengemudi ke kediaman majikannya. Kemarahan Aleandro belum reda. Dia menatap Yuriel yang tidak bisa berhenti bergerak dengan kening berkerut. Gaunnya menjadi berantakan. Satu tali gaun melorot ke bahunya hingga memperlihatkan kulit pundaknya yang mulus. Dia terlihat berkeringat, wajahnya memerah menatap Aleandro dengan pandangan sayu dan memohon. “Tolong aku, aku merasa panas ...” Dia merengek dan terisak. Ekspresi Aleandro tampak dingin. “Sayang, ini tidak akan terjadi jika kau patuh dan tidak menghadiri pesta itu.” Yuriel semakin tersiksa. Obatnya tampaknya sangat kuat. " ... panas sekali~” Dia menarik gaunnya turun. Jon tidak berani melihat ke belakang setelah mendengar erangan
“Bagaimana kau akan melaporkanku? Hm, istriku, atau ... harus kupanggil, penipu?” Yuriel menegang dan berhenti memberontak. Matanya membelalak syok menatap wajah tampan di depannya. Aleandro telah menyentuhnya dan pasti mengetahui dirinya masih perawan. Yunifer yang sebenarnya bukan lagi perawan karena dia pernah hamil. “ Siapa kau sebenarnya? Mengapa kau pura-pura menjadi istriku?” Aleandro mengelus wajahnya dengan lembut, sebelum kemudian mencengkeram rahangnya. “Beraninya kau mempermainkanku!” Aleandro teringat bagaimana Yuriel mempermainkannya dan menginjak-injak harga dirinya. Dia telah memenuhi semua keinginannya dan memanjakan, hanya untuk seseorang yang palsu entah siapa. Dia tidak pernah merasa semarah ini. Harga dirinya terluka ditipu oleh seseorang yang entah sejak kapan mulai memasuki hatinya. “Katakan siapa kau sebenarnya?!” Yuriel mengerang kesakitan akibat cengkeramannya, di tambah dengan rasa di sekujur tubuhnya. Rasa takutnya yang sesaat dia rasakan karena meng
Yuriel memandang tubuh Nyonya Jenkins yang di dorong ke ruang operasi sampai pintunya tertutup. “Maaf,” gumamnya meminta maaf. “Hanya ini yang bisa kulakukan.” Dia kemudian berbalik, pergi untuk membayar tagihan rumah sakit dan biaya perawatan jangka panjang Nyonya Jenkins dengan menggunakan kartu hitam Aleandro. Dia tidak berencana untuk tinggal. Yuriel menarik uang tunai untuk kembali ke kotanya, sebelum mengirimkan kartu hitam tanpa limit kembali ke mansion. Dia kemudian naik kereta bawah tanah, kembali ke kotanya. Memandang gedung-gedung pencakar langit Ibukota yang menjauh dari balik jendela, Yuriel mengucapkan selamat tinggal. .... Aleandro tidak bisa berkonsentrasi bekerja di kantornya. Dia memutar-mutar pena di jarinya, dengan mata menatap dokumen keuangan di depannya. Namun, tidak ada satu pun yang masuk ke kepalanya. Pikirannya berputar-putar dengan kejadian tadi pagi. Tok, tok, tok. “Tuan Gilren
Yuriel berdiri diam di depan sebuah bangun berlantai dua. Semua pintu dan jendela tertutup rapat. Dia melihat jam tangannya, sekarang pukul sepuluh malam. Jam segini anak-anak sudah tidur. Yuriel maupun anak-anak dalam panti asuhan tidak pernah merasakan perayaan natal sejak kecil. Mereka sangat miskin dan kepala panti orang yang kikir tidak mau membuang dana untuk perayaan natal. Malam natal yang seharusnya penuh kegembiraan terasa sepi di dalam panti yang terpencil dan lusuh di sudut kota. Dia menghela napas dan bersandar di tiang lampu jalan, menatap bangunan panti asuhan yang sudah lama ditinggalkannya. Dia meninggalkan panti asuhan sejak usianya 18 tahun untuk hidup mandiri. Bangunan panti tidak banyak berubah dari apa yang dia ingat. Ini adalah tempat yang dia habiskan di masa kecil dalam kemiskinan. Berjuang untuk sepotong pakaian dan makanan dengan anak-anak lain. Berharap suatu saat orang tua kandungnya akan datang mencarinya. Namun sayang mimpi hanya lah mimpi. Orang yang
“Thalia, semua ini karena ide busukmu. Cepat datang dan selamatkan aku. Jika kau tidak menyelamatkanku sekarang, jangan harap keluargaku akan membiarkanmu lolos!” Ariana terisak ketakutan, namun masih memiliki tenaga untuk mengancam Thalia. Menyelamatkanmu? Aku pikir aku bodoh? Thalia mencemooh dalam hati. Karena Aleandro suda menangkap Ariana, dia tidak mau mengekspos dirinya terlibat dalam masalah ini jika menyelamatkan Ariana. “Ariana, apa yang kau katakan? Aku tidak bisa mendengarmu dengan jelas. Sinyal sangat buruk, aku akan meneleponmu nanti.” Thalia buru-buru menutup teleponnya. Dia terdiam dengan wajah cemas. Jika apa yang terjadi pada Ariana sampai diketahui keluarga Grinn, dia akan mendapat masalah. “Apa yang harus aku lakukan?” Dia menggigit kuku jarinya cemas. Andai keluarganya memiliki kekuasaan dan kekayaan yang lebih besar dari keluarga Grinn, dia tidak akan secemas ini. “Tidak, aku harus mencari bantuan.” Dia kemudian mengotak-atik ponselnya dan memutar nomor ora
Wajah Yuriel memerah. Sapuan napas beraroma mint lelaki itu terasa menerpa wajahnya. Dia linglung sesaat, namun tersadar ketika melihat lelaki itu mundur dan berbalik pergi. Dia dengan marah berbalik dan merutuk di belakang punggungnya. “Dalam mimpimu, brengsek!” Dia tidak sudi bersama dengan bajingan itu, bahkan jika hanya berpura-pura. Aleandro tetap terus berjalan lurus, tak menghiraukannya. Senyum tipis mengembang di wajahnya yang dingin saat dia naik mobilnya, pergi ke hotel dengan perasaan ringan. Sementara itu di sini lain, Yuriel menghela napas sedih ketika menyadari dia sedang membutuhkan dana untuk membantu panti asuhan. Bajingan busuk! Yuriel mengumpat dalam hati. Setelah semua yang dia alami dan kehilangan keperawanannya, Yuriel tidak mendapatkan apa-apa dari lelaki itu. Yuriel menggertakkan gigi, dan kembali ke panti asuhan dengan perasaan sedih. Dia semakin sedih menyaksikan dengan
Ibu Hanna kemudian menatap Yuriel dengan senyum lebar mengembang di wajah bulatnya.“Yuriel kami adalah gadis yang baik dan bisa merawat anak-anak. Kenapa tidak menjadikannya istri Tuan Smith?”Yuriel menatap Ibu Hanna tidak percaya. Dia merasa seperti dijual.“Hahahaha, aku setuju!” Tuan Smith tertawa gembira dan bertepuk tangan saking senangnya. Dia sampai mengabaikan gadis belia yang meringis di pelukannya karena terjepit dengan tangan gemuknya.“Sudah saatnya Mark memiliki seorang Ibu.”“Karena Tuan Smith sudah setuju, bagaimana kalau kita membahas mas kawin untuk Yuriel,” ujar Ibu Hanna dengan serakah.Dia bahkan tidak mempertimbangkan Yuriel akan setuju apa tidak dan menjual pernikahannya demi uang.“Apa! Tidak! Aku tidak mau!” Seru Yuriel menolak keras mendengar ide mengerikan Ibu Hanna. Dia menarik tangannya dari cengkeraman Ibu Hanna dengan kasar.Ibu Hanna te
Pernikahan Yuriel dan Aleandro bertempat di sebuah hotel pinggir pantai. Dekorasi pesta di dekor dengan serba putih dan dihias bunga Lily tulip seperti taman khayangan. Altar pengantin dibuat menyerupai gapura bunga. Para tamu sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Keluarga Aleandro berbincang keluarga Flint yang hadir. Di altar sosok Aleandro berdiri dengan gagah dalam balutan setelan putih. Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang. Dia sangat tampan hari ini. Banyak wanita maupun gadis-gadis muda mencuri-curi pandang ke arahnya. Terdengar dentingan piano di mainkan, dan semua orang berdiri melihat ke arah sosok pengantin berdiri di ujung jalan menuju altar. Yuri menjadi pendamping mereka, berdiri di depan sambil memegang keranjang berisi bunga. Dia menaburkan bunga di sepanjang jalan. Lewis secara pribadi menuntun Yuriel menyusuri jalan mengantarnya menuju ke altar, di mana Aleandro menunggu. Le
Ginny mendorong dada Lewis untuk melepaskan pelukannya.Lewis membeku, menatapnya dengan mata membelalak.“Ka-kamu …. Dari mana kamu ….” Dia tidak melanjutkan kata-katanya. Terdiam menatap air mata mengalir dari mata hijau wanitu.“Aku sudah tahu kamu membunuh kakakku dan mengambil jantung keponakanku untuk menyelamatkanku. Meski aku berterima kasih padamu sudah menyelamatkan aku, aku tidak bisa hidup dengan perasaan bersalah ini seumur hidup.”Ginny terisak memejamkan matanya membiarkan air matanya mengalir di pipinya. Dia menarik napas dalam-dalam dan mendongak menatap Lewis.“Aku tidak hidup bersamamu. Lewis, kamu pembunuh, berdarah dingin dan egois. Aku tidak bisa memaafkanmu karena sudah membunuh kakakku. Setiap bersamamu terasa mencekikku dan membuatku sangat muak.”Lewis terdiam sambil mengepalkan tangannya, menatap tanpa daya wanita di depannya.“Maafkan aku,” ujarn
Para pengawal Ludwig langsung bersiaga melihat Lewis menerobos pengawalan Raja. “Tuan Anda tidak bi—” Lewis meraih tangan seorang pengawal yang mencoba menahannya dan membantingkannya ke lantai. Pengawal Ludwig langsung mengeluarkan senjata mereka mencoba menghentikan Lewis mendekati Ludwig. “Berhenti atau kami akan menembak—!” Lewis dengan cepat menjatuhkan senjata pengawal terdekat dan mengalahkan mereka dengan keterampilan bertarungnya. Anak buah Lewis juga membantunya mengalahkan pengawal Ludwig. Senjata mereka dilempar jauh dan mereka terlibat pertarungan fisik. Terjadi kekacauanya di bandara akibat pertarungan mereka. “Gawat, keadaan darurat. Cepat kirim petugas keamanan. Terjadi perkelahian di tempat ini.” “Tuan-tuan mohon berhenti. Kalian tidak bisa berkelahi di tempa ini.” Para stas bandara panik dan memanggil keamanan untuk menghentikan mereka. Ludwig menatap dingin Lewis yang bertarung dengan pe
“Ibu, aku harap kamu akan bahagia.” Yuriel memeluk Ginny erat, sangat enggan melepaskannya.“Jangan khawatir,” ucap Ginny balas memeluknya dengan erat sebelum melepaskannya.“Apa yang kamu rencanakan setelah aku pergi? Apa kamu akan tinggal bersama ayahmu?” tanya Ginny khawatir sambil mengelus rambut Yuriel.“Jangan khawatir Bu, aku akan membawa Yuriel dan anak-anak kembali ke Capital. Kami tidak akan tinggal bersama Lewis. Aku berjanji akan mencintai dan menjaganya.” Aleandro yang menjawab sambil memeluk pinggang Yuriel dan menatap Ginny dengan tatapan tegas.Ginny menoleh menatap Aleandro dan tersenyum.“Syukurlah. Aku tidak akan mencemaskannya lagi. Aku harap kamu akan menepati janjimu.” Ginny menghela napas memandang Yuriel dan Aleandro.“Aku harap kalian selalu bahagia. Terutama kamu Yuriel, jangan bersikap keras kepala dan perlakukan Aleandro dengan lebih baik. Kamu tida
“Apa yang kamu lakukan?!” Dia meringis merasakan hidungnya sakit usai menabrak dada keras Aleandro.Aleandro menarik pinggangnya untuk semakin menempel di tubuhnya.“Apa Freyan sudah tidur?” tanya menunduk menatap Yuriel dengan tatapan panas.“Ya, kenapa?” Yuriel tersipu dan menghindari tatapan panasnya.Aleandro menyeringai dan menunduk untuk berbisik di samping telinganya.“Kalau begitu waktunya kamu menjadi milikku. Sayang mari kita mandi bersama,” bisiknya dengan suara rendah mulai menurunkan jubah mandi Yuriel.Wajah Yuriel memanas. Dia menahan tangan Aleandro dan mendorong dadanya dengan malu-malu.“He-hentikan, aku sudah mandi. Mandilah sendiri. Aku tidak bisa meninggalkan Freyan lama. Bagaimana kalau dia terbangun dengan suara berisik kita,” ujarnya tersipu malu.“Jadilah baik sayang. Bocah itu sudah tidur, dia tidak bangun. Aku akan melakukannya dengan c
Freyan melepaskan dada ibunya dan menangis keras. Tangisannya mengagetkan Yuriel. Dia dengan cepat membujuknya.“Sayang, sayang, kenapa kamu nangis?” ujarnya cemas mencoba membujuk Freyan dan menyusuinya lagi.Namun Freyan tidak berhenti menangis dan tangisannya semakin keras. Yuriel cemas dan memeriksa apa putranya buang besar.Dia berbalik untuk meletakkan Freyan di atas tempat tidur. Dia menoleh melihat Aleandro. Tatapan tajam pria itu tertuju pada putranya.Yuriel menunduk menatap putranya yang menangis dan Aleandro yang memelototi Freyan. Dia seketika marah.“Aleandro Gilren, apa kamu menakuti putraku!” seru Yuriel memarahinya.Freyan terisak kecil di pelukan ibunya, tampak seolah merasakan ibunya membelanya dan memarahi ayahnya.“Bagaimana aku bisa menakutinya? Bocah itu terlalu manja.” Aleandro berkata dengan enggan dan memelototi Freyan.Tangisan bayi kecil itu mengeras.Yuriel
Wajah Yuriel memanas. Dia mencoba mendorong Aleandro.“A-alenadro Gilren … kamu sebaiknya lepaskan aku—Angh!” Yuriel tidak bisa menahan suara erangannya kala lidah panas Aleandro menjilati bibirnya.“Sayang, akui saja kamu menyukainya. Kamu merindukan aku juga, kan?” bisik Aleandro menggoda di samping telinganya. Sementara tangannya menjelajah di tubuh Yuriel dengan nakal.Wajah Yuriel memerah menangkap tangan nakal Aleandro di bawah perutnya.“Aleandro Gilren, hentikan—” desisnya memukul tangan nakal Aleandro yang menyusup di bawah jubahnya.Aleandro mengangkat kepalanya dan tersenyum miring menatap wajah merah Yuriel.Wajahnya berkeringat bergelut dengannya. Keringat mengalir di wajahnya turun ke leher jenjang nan putihnya. Dia terengah-engah memelototi Aleandro. Wajahnya yang memerah membuatnya tampak menggairahkan.Aleandro menelan ludah kering.“Sayang, akui saja
Aleandro berdiri tenang di bawah guyuran hujan deras. Pakaiannya basah kuyup dan wajahnya memucat.“Hei, apa yang kamu lakukan di situ! Kenapa kamu tidak pergi!” seru Yuriel dari atas.Aleandro mendongak dan tersenyum tipis memandang Yuriel dari bawah. Wajahnya pucat, bibirnya membiru bergetar saat dia tersenyum.“Riel, akhirnya aku bisa melihatmu.”Yuriel berdecak.“Apa yang kamu lakukan di sana? Apa kamu tidak lihat hujan semakin deras!”Aleandro seolah tidak mendengarnya.“ Aku minta maaf sudah menipumu dan berpura-pura bertunangan. Aku tidak bermaksud begitu. Aku melakukan itu agar aku bisa bertemu denganmu dan anak-anak kita. Kamu tahu tidak mudah bagiku untuk ke Kingtown,” ujar Aleandro dengan suara rendah, tampak lemah.Yuriel merasa cemas dalam hati melihat hujan semakin deras.“Apa-apaan, apa kamu pikir dengan melakukan ini aku akan memaafkan kamu. Pergilah,
“Mengapa aku harus bekerja sama denganmu? Apa kamu meremehkan kemampuanku?” kata Lewis tidak senang.“Kamu bahkan tidak bisa mengusirnya dari Kingstown-mu dan membuatnya berkeliaran di sekitar Ibu,” balas Aleandro meremehkan.“Lalu bagaimana denganmu? Kamu bahkan tidak bisa menghentikannya membawa Yuriel,” balas Lewis dingin.Aleandro terdiam dengan ekspresi kesal.“Daripada kita di sini bertengkar tidak jelas, mengapa tidak bekerja sama saja mengusir Ludwig Arghio kembali ke tempat asalnya.”Lewis meliriknya dari ujung matanya acuh tak acuh.“Aku tidak butuh bantuanmu untuk mengusirnya. Lagi pula tidak akan lama dia meninggalkan Kingstown.”Ludwig tidak bisa tinggal lebih lama di sini. Lewis hanya perlu bersabar lagi menunggunya pergi dari sini dan membalas dendam kecil pada Presiden yang membuatnya terlihat remeh di depan Ludwig.“Benarkah?” kata Aleandro