Wajah Aleandro melembut menatap putri kecilnya. Dia membungkuk dan meraih Yuri ke dalam pelukannya.
Yuri memeluk leher ayahnya dengan erat. Kepalanya terkulai di Pundak Aleandro dengan lesu. “Papa, Yuri mau pulang.”
“Ada apa? Katakan pada Papa siapa yang menggertak Yuri?” Aleandro bertanya sambil mengelus rambut hitam Yuri dan mencoba untuk melihat raut wajah putrinya.
Tetapi Yuri tidak mau melepaskan pelukannya dari leher ayahnya dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia semakin membenamkan wajahnya di leher Aleandro.
“Yuri ….” Aleandro sangat ingin melihat wajah putrinya.
Katherine berjalan mendekat dan melihat Yuri dalam gendongan Aleandro. Raut wajahnya tampak tidak senang.
“Yuri, cepat turun dari gendongan ayahmu. Jangan merepotkan ayahmu. Kamu sudah berumur lima tahun dan masih saja bersikap manja. Coba liat Deon, dia seumuran denganmu tetapi tidak semanja kamu. Kamu anak perempuan cuma tahu merepotkan orang tuamu. Cepat
Hai apa kabar my reader, masih antusias mengikuti cerita ini? Setuju nggak kalo cerita ini Hiatus? Tolong beri komentar atau beri author semangat buat lanjut cerita ini. Beberapa hari ini lagi mood down, hingga ceritanya gak asyik lagi klo menurut pembaca😌
Dia kemudian menatap Katherine. Raut wajahnya sangat buruk, “Ibu, jika kamu melakukan sesuatu untuk membawa Yuri paksa sekali lagi, aku tidak punya pilihan lain memindahkan pekerjaanku dan pindah ke luar negeri bersama Yuri.” Setelah mengatakan itu Aleandro berbalik meninggalkan ruang makan. “Alendro!” Raut wajah Cain menegang dan dia menatap Katherine dengan kesal. Tanpa memedulikan semua orang di meja makan, dia mengangkat tangannya dan memukul Katherine dengan keras. “Sekarang kamu senang mengacaukan keluarga ini!” Cain sangat menyukai putra bungsunya yang paling membanggakan dan Yuri merupakan satu-satunya putri yang memiliki darah daging keluarga Gilren. Dia tidak tahan berpisah dengan kedua orang itu. Jika Kakek Gilren masih hidup, dia akan bahagia mendengar kelahiran Yuri. Cain tidak mengerti dengan otak Katherine, yang sangat tidak menyukai Yuri. Keluarga Gilren selalu mendambakan seorang anak perempuan lahi
Tetapi dia tidak menangis, dia bangkit dengan marah dan mendorong Novan.“Yuri bukan anak yang dibuang! Ibuku benar-benar mencintaiku!” Dia meraih tangan gemuk Novan dan menggigit dengan keras.“Arrrggg sakit! Ibuuu!” Novan menangis keras dan memukul kepala Yuri dengan kepala tangannya yang gemuk.Yuri tidak peduli kepalanya dipukul. Dia tidak melepaskan mulutnya dari tangan Novan dan menggigitnya semakin keras hingga anak itu menangis meraung.“Ibuuuu! Huaaa! Yuri mengggigitku!”Seorang wanita gemuk yang berjalan di ujung lorong mendengar tangisan anaknya dan bergegas menghampiri putranya. Dia meraung marah melihat Yuri menggigit putra kesayangannya.“Anak nakal, beraninya kamu menggigit anakku!” Wanita gemuk itu dengan marah mencuit tangan kecil Yuri dan mendorongnya menjauh.Untuk ketiga kalinya gadis kecil terjatuh di lantai dengan keras. Mata Yuri memerah dan berkilau oleh air mata.
Ibu Novan tampak bersalah. Tetapi tidak mau mengaku.“Aku mengkhawatirkan anakku karena mendengarnya menangis keras. Yuri tidak mau melepaskan gigitannya sampai aku harus mendorongnya dan mencubitnya karena dia melawan.”“Walaupun begitu, kamu sebagai orang dewasa tidak seharusnya menyakiti anak kecil dan anakmu yang duluan mendorong dan menghina Yuri,” ujar Yuriel menatap Ibu Novan dingin.Ibu Novan kehilangan kata-kata.“Terus apa, apa kamu mau ganti rugi. Baik, katakan berapa harganya dan lupakan masalah ini. Aku akan menanggung biaya perawatan rumah sakit.” Dia mendengus sombong dan berkata arogan.Guru mengerutkan keningnya dan menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Ibu Novan.Dia kemudian menatap Novan dengan ekspresi tegas, “Novan, kamu salah karena sudah mendorong dan menghina Yuri duluan. Kamu harus minta maaf pada Yuri sekarang.”Novan merasa dirugikan dan menatap ibunya memi
Sudut bibir Sherly tertarik membentuk garis tipis dan wajahnya sangat dingin. “Nona, apa itu benar? Kamu mengasuh Yuri atau menggoda suamiku? Sebagai seorang wanita, kamu sangat tercela merusak rumah tangga orang.” “Benar!” Ibu Novan langsung menyetujui. Akan lebih baik jika kedua wanita itu bertengkar. Maka dia dan anaknya yang akan terbebas dari masalah ini. Yuriel mendengus tak percaya dengan tuduhan kedua orang itu padanya. Dia menyilangkan tangannya di depan dada dan menyeringai menatap Sherly. “Nona, pertama aku bukan seorang pengasuh. Suamimu mencariku untuk menjaga Yuriel dan omong-omong, bukan aku yang menggoda suaminya. Tetapi suamimu mencoba merayuku dan membawa putrinya untuk terus melekat padaku. Nyonya, kamu jangan menyalahkan aku karena suamimu mencari wanita lain. Salahkan dirimu karena tidak bisa menarik perhatian suamimu,” ujarnya penuh provokatif. Wajah Sherly memerah menahan amarah dan malu. “Ka-kamu
Yuriel memberi isyarat pada Yuri untuk tidak memberitahu Aleandro bahwa mereka makan mie instan.“Yuri, jangan katakan pada papamu bahwa kita makan mie intan, oke.” Yuriel berbicara dengan suara kecil dan menggunakan isyarat tangannya dengan panik.Yuri memiringkan kepalanya dengan ekspresi polos. “Mengapa?”“Jika Yuri tidak bilang pada Papa, kakak Riel akan membawa Yuri ke taman bermain akhir pekan.” Yuriel memberinya janji dan menatapnya dengan memohon.Dia tahu tidak seharusnya menyembunyikan dari Aleandro bahwa dia memberi makan putrinya mie instan. Mengingat betapa lelaki itu sangat menyayangi dan protektif pada putrinya, dia yakin Aleandro akan marah besar.Yuri berbinar mendengar janji Yuriel dan menganggukkan kepalanya.Aleandro mengangkat sebelah alisnya di layar melihat gerakan Yuri yang mencurigakan. “Apa yang kalian bisik-bisikkan?”Yuri menatap wajah ayahnya di layar ponsel
Yuriel menggigit bibir bawahnya berjalan mondar-mandir di depan sebuah pintu kamar rawat.Setalah pulang dan merenung, dia menyadari kata-katanya sudah keterlaluan pada Aleandro.Bagaimana pun dia sudah salah karena memberi Yuri makan makanan tidak sehat. Aleandro sebagai ayahnya yang paling khawatir dan menyalahkannya.Setelah mengetahui Aleandro memindah Yuri ke perawatan intensif dan kamar VIIP, dia memberanikan diri menjenguk kamar Yuri.Yuriel menarik napas dan menatap karangan bunga di tangannya. Dia mengangkat tangannya ragu-ragu mengetuk pintu kamar Yuri. Tetapi tangannya berhenti di udara.Yuriel terpaku menatap ke dalam kamar rawat Yuri. Melalui kaca kecil di pintu kamar, dia melihat Aleandro duduk di samping ranjang Yuri dan menggenggam tangan gadis kecil itu.Dia tidak mengganti pakaiannya yang dipakai beberapa jam yang lalu. Yang lebih penting, seorang wanita berdiri di sebelah dan memijat bahunya dengan lembut
Yuriel memberontak dan mengutuknya. “Enyah, kamu bajingannya!”Temperamennya sangat kasar saat dia sadar. Ketika dia mabuk, temperamennya menjadi tidak terkontrol.Pria itu kewalahan merasakan perjuangan Yuriel. Ternyata wanita ini lumayan kuat.“Sayang, ayo kita pulang.” Pria itu menahan memeluk pundak Yuriel dan dengan paksa membawanya meninggalkan meja bartender.“Lepaskan dia.” Sosok pria tinggi menahan pria itu dan menghentikan langkahnya.….Setelah kondisi Yuri membaik, Aleandro baru menghela napas lega. Setelah memastikan demam putrinya turun, Aleandro mengambil pakaian gantinya dan pergi ke kamar mandi untuk mandi.Dia belum mandi sejak tiba di Capital dan sibuk menjaga Yuri yang sakit.Tidak lama kemudian Aleandro keluar dari kamar mandi dengan pakaian bersih. Dia mengenakan sweater hitam dan celana kain hita.Aleandro melirik jam yang menunjukkan larut malam dan baru
Aleandro mengenakan sweater hitam dan celana hitam tampak misterius memegang gelas wine di tangannya. Dia duduk di sofa depan perapian.Ruang tamu tampak remang-remang dengan cahaya dari api dari perapian.“Aleandro Gilren, mengapa kamu ada di sini?” Yuriel berhenti di samping sofa dalam keadaan berjingkrak seperti maling yang ketahuan masuk ke rumah orang.Aleandro menggoyang-goyangkan gelas berisi wine di tangannya dan berkata dengan datar. “Ini rumahku.”Yuriel mengerucutkan bibirnya cemberut dan menegakkan punggungnya. Dia berjalan mendekati Aleandro.“Kamu yang membawaku ke sini? Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa kamu membawaku ke rumahmu?!” Dia berdiri di depannya dan bertanya dengan menuntut.“Kamu mabuk. Jika aku tidak datang tepat waktu, kamu akan dibawa pergi oleh dua orang pria.” Suara Aleandro sangat dingin dan dia menatap Yuriel dengan tajam.“Yuriel Flint, kamu bah