Yuriel menggigit bibir bawahnya berjalan mondar-mandir di depan sebuah pintu kamar rawat.
Setalah pulang dan merenung, dia menyadari kata-katanya sudah keterlaluan pada Aleandro.
Bagaimana pun dia sudah salah karena memberi Yuri makan makanan tidak sehat. Aleandro sebagai ayahnya yang paling khawatir dan menyalahkannya.
Setelah mengetahui Aleandro memindah Yuri ke perawatan intensif dan kamar VIIP, dia memberanikan diri menjenguk kamar Yuri.
Yuriel menarik napas dan menatap karangan bunga di tangannya. Dia mengangkat tangannya ragu-ragu mengetuk pintu kamar Yuri. Tetapi tangannya berhenti di udara.
Yuriel terpaku menatap ke dalam kamar rawat Yuri. Melalui kaca kecil di pintu kamar, dia melihat Aleandro duduk di samping ranjang Yuri dan menggenggam tangan gadis kecil itu.
Dia tidak mengganti pakaiannya yang dipakai beberapa jam yang lalu. Yang lebih penting, seorang wanita berdiri di sebelah dan memijat bahunya dengan lembut
Yuriel memberontak dan mengutuknya. “Enyah, kamu bajingannya!”Temperamennya sangat kasar saat dia sadar. Ketika dia mabuk, temperamennya menjadi tidak terkontrol.Pria itu kewalahan merasakan perjuangan Yuriel. Ternyata wanita ini lumayan kuat.“Sayang, ayo kita pulang.” Pria itu menahan memeluk pundak Yuriel dan dengan paksa membawanya meninggalkan meja bartender.“Lepaskan dia.” Sosok pria tinggi menahan pria itu dan menghentikan langkahnya.….Setelah kondisi Yuri membaik, Aleandro baru menghela napas lega. Setelah memastikan demam putrinya turun, Aleandro mengambil pakaian gantinya dan pergi ke kamar mandi untuk mandi.Dia belum mandi sejak tiba di Capital dan sibuk menjaga Yuri yang sakit.Tidak lama kemudian Aleandro keluar dari kamar mandi dengan pakaian bersih. Dia mengenakan sweater hitam dan celana kain hita.Aleandro melirik jam yang menunjukkan larut malam dan baru
Aleandro mengenakan sweater hitam dan celana hitam tampak misterius memegang gelas wine di tangannya. Dia duduk di sofa depan perapian.Ruang tamu tampak remang-remang dengan cahaya dari api dari perapian.“Aleandro Gilren, mengapa kamu ada di sini?” Yuriel berhenti di samping sofa dalam keadaan berjingkrak seperti maling yang ketahuan masuk ke rumah orang.Aleandro menggoyang-goyangkan gelas berisi wine di tangannya dan berkata dengan datar. “Ini rumahku.”Yuriel mengerucutkan bibirnya cemberut dan menegakkan punggungnya. Dia berjalan mendekati Aleandro.“Kamu yang membawaku ke sini? Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa kamu membawaku ke rumahmu?!” Dia berdiri di depannya dan bertanya dengan menuntut.“Kamu mabuk. Jika aku tidak datang tepat waktu, kamu akan dibawa pergi oleh dua orang pria.” Suara Aleandro sangat dingin dan dia menatap Yuriel dengan tajam.“Yuriel Flint, kamu bah
Aleandro melepaskan bibir tautan bibir mereka dengan napas terengah engah. Yuriel terengah-engah dan memerah menatap Aleandro.“Yuriel, apa kamu serius? Jika kamu ingin bersamaku, aku tidak akan pernah melepaskanmu,” bisik Aleandro dengan suara rendah menatap Yuriel dengan sepasang mata gelapnya, tampak menahan nafsu di tubuhnya.Yuriel mengulurkan tangannya memeluk leher Aleandro dengan wajah merah. “Ya, aku ingin bersamamu.”“Sekali kamu menjadi milikku, hati dan tubuhmu milikku. Aku tidak akan pernah melepaskanmu meski kamu ingin pergi dariku.”Aleandro menatapnya dengan mata gelapnya yang penuh obsesi. Dia memberinya kesempatan untuk lepas darinya. Jika ingatan Yuriel pulih, dia tidak akan melepaskannya.“Aku tidak keberatan. Aku milikmu,” bisik Yuriel menggoda sambil mengedipkan sebelah matanya genit.Sorot mata Aleandro menggelap mendengar ucapan wanita itu. Dia menundukkan kepalanya dan
Beberapa hari berlalu dan Yuriel sudah kembali bekerja setelah dia memutuskan untuk tinggal di vila Aleandro untuk merawat Yuri sampai gadis kecil itu benar-benar sembuh dan kembali bersekolah.Hubungan dia dan Aleandro menjadi lebih dekat setelah itu. Tetapi Yuriel tidak tahu ke mana hubungan mereka akan berlanjut.Dia belum memutuskan tentang hubungan yang lebih serius ke jenjang pernikahan dengan Aleandro atau meminta lelaki itu menceraikan istrinya.Lagi pula toh Aleandro tidak peduli dengan istrinya dan telah tinggal terpisah setelah menikah.Hubungan mereka pada dasarnya hanya pernikahan bisnis dan Sherly tidak bisa ikut campur dalam hidup Aleandro bersama wanita yang menjadi kekasihnya.Yuriel sama sekali tidak tertarik pada hubungan Aleandro dan Sherly selama wanita itu tidak pernah mengganggunya.Hal sebaliknya Sherly bagai cacing kepanasan setiap kali mendengar setiap menerima berita dari mata-mata pelayan yang di tempatkan di vila
Perbedaan antara Aleandro dan Lewis adalah Aleandro mencintai dan menyayangi putrinya.Lelaki itu bahkan masih mencintai ibu kandung Yuri dan selalu mengingatnya selama lima tahun.Sementara Lewis berhati dingin dan sama sekali tidak pernah memedulikannya. Lewis membutuhkannya untuk mengisi kekosongan pewaris karena Audrey tidak bisa hamil.Bahkan jika dia ingin menemukan ibunya, Lewis akan tetapi menggali jantungnya demi Audrey karena tidak ada jantung yang cocok untuk ibu tirinya selama bertahun-tahun.Satu-satunya yang memiliki jantung yang cocok dengan Audrey adalah jantung ibunya.Aleandro seratus kali lebih baik dari Lewis yang berhati dingin dan kejam.Semua pria di sekitar Yuriel tidak normal dan fanatik. Hanya Aleandro merupakan pria yang memiliki perasaan untuk mencintai.Yuriel tertarik melihat kasih sayang dan cinta Aleandro pada putrinya.Bisa dibilang, Yuriel adalah mendambakan cinta dan ingin dicintai. Dia tidak
Aleandro mengenakan piama sutra hitam saat duduk di sofa ruang tamu. Dia melihat-lihat dokumen yang disimpan di ponselnya sementara telinganya fokus mendengar tawa ibu dan anak di dalam kamar.Pintu kamar terbuka hingga dia bisa melihat Yuriel dan Yuri saling menggelitik dan cekikikan di atas tempat tidur.Hatinya menghangat mendengar tawa dua perempuan paling penting dalam hidupnya. Aleandro menunduk dan menunduk melanjutkan pekerjaannya. Dia berpindah memeriksa email di ponselnya.Sejam kemudian, Yuriel keluar dari kamar dan menutupi pintu di kamarnya.Dia melirik Aleandro yang sibuk bekerja di ruang tamu dan pergi ke dapur. Tak lama kemudian dia menghampiri Aleandro dengan sebotol Wine dan dua gelas di tangannya.Dia menuangkan Wine di gelas.“Apa kamu masih bekerja?” Dia memberikan gelas berisi Wine pada Aleandro dan satunya untuk dirinya.Aleandro mengalihkan pandangannya dan mematikan ponselnya. Dia mengambil gelas W
Aleandro menjilat bibir bawahnya menatap bibir bengkak dan merah Yuriel akibat ciumannya. Sorot matanya dipenuhi dengan keinginan. Wajah Yuriel memerah padam. Dia dengan menggoda mengangkat pinggangnya untuk menurunkan celana dalamnya dan menuntun milik Aleandro memasukinya. “Ahhh ….” “Ssstt ….” Keduanya mengerang bersama merasakan penyatuan organ intim. Yuriel menggerakkan pinggulnya dengan gerakan pelan sambil menatap Aleandro dengan tatapan menggoda. “Sayang, bagaimana rasanya? Apa aku memuaskanmu?” Dia mengalunkan tangannya di leher Aleandro . Bibirnya menyusuri fitur wajahnya yang tampan. Dia menggerakkan pinggulnya maju-mundur sangat pelan, bahkan berhenti setengah-tengah. Dia tampak menikmati raut wajah Aleandro frustrasi secara karena dia lambat. Aleandro menggeram dan menggigit bahu mungilnya, “Sayang, gerakkan pinggulmu. Kamu membuatku tersiksa.” Yuriel mencengkeram kejantanannya dengan dindingny
“Hati-hati saat mengendarai mobil,” ujar Yuriel pada Aleandro dan Yuri yang akan bersiap meninggalkan apartemennya.“Maafkan aku, nanti aku akan menghubungimu,” kata Aleandro mengecup keningnya.Akhir pekan yang mereka rencanakan untuk pergi ke taman bermain batal karena keluarga Gilren menelepon Aleandro untuk mengunjungi Cain yang mengalami kecelakaan kecil dan dirawat ke rumah sakit.Yuriel tidak mengikuti mereka karena bagaimana pun dia bukan istri Aleandro dan tidak ingin membangkitkan ketidaksukaan keluarga Gilren pada dirinya karena menjadi kekasih Aleandro saat lelaki itu sudah menikah.“Jangan khawatirkan aku. Kamu harus mengkhawatirkan ayahmu.” Yuriel tersenyum.“Papa, apa Yuri tidak bisa tinggal bersama Kakak Riel?” Yuri menarik ujung mantel Aleandro. Dia kecewa karena tidak bisa pergi ke taman bermain bersama orang tuanya.Dia tidak mau bertemu dengan neneknya yang jahat. Dia ingin
Pernikahan Yuriel dan Aleandro bertempat di sebuah hotel pinggir pantai. Dekorasi pesta di dekor dengan serba putih dan dihias bunga Lily tulip seperti taman khayangan. Altar pengantin dibuat menyerupai gapura bunga. Para tamu sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Keluarga Aleandro berbincang keluarga Flint yang hadir. Di altar sosok Aleandro berdiri dengan gagah dalam balutan setelan putih. Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang. Dia sangat tampan hari ini. Banyak wanita maupun gadis-gadis muda mencuri-curi pandang ke arahnya. Terdengar dentingan piano di mainkan, dan semua orang berdiri melihat ke arah sosok pengantin berdiri di ujung jalan menuju altar. Yuri menjadi pendamping mereka, berdiri di depan sambil memegang keranjang berisi bunga. Dia menaburkan bunga di sepanjang jalan. Lewis secara pribadi menuntun Yuriel menyusuri jalan mengantarnya menuju ke altar, di mana Aleandro menunggu. Le
Ginny mendorong dada Lewis untuk melepaskan pelukannya.Lewis membeku, menatapnya dengan mata membelalak.“Ka-kamu …. Dari mana kamu ….” Dia tidak melanjutkan kata-katanya. Terdiam menatap air mata mengalir dari mata hijau wanitu.“Aku sudah tahu kamu membunuh kakakku dan mengambil jantung keponakanku untuk menyelamatkanku. Meski aku berterima kasih padamu sudah menyelamatkan aku, aku tidak bisa hidup dengan perasaan bersalah ini seumur hidup.”Ginny terisak memejamkan matanya membiarkan air matanya mengalir di pipinya. Dia menarik napas dalam-dalam dan mendongak menatap Lewis.“Aku tidak hidup bersamamu. Lewis, kamu pembunuh, berdarah dingin dan egois. Aku tidak bisa memaafkanmu karena sudah membunuh kakakku. Setiap bersamamu terasa mencekikku dan membuatku sangat muak.”Lewis terdiam sambil mengepalkan tangannya, menatap tanpa daya wanita di depannya.“Maafkan aku,” ujarn
Para pengawal Ludwig langsung bersiaga melihat Lewis menerobos pengawalan Raja. “Tuan Anda tidak bi—” Lewis meraih tangan seorang pengawal yang mencoba menahannya dan membantingkannya ke lantai. Pengawal Ludwig langsung mengeluarkan senjata mereka mencoba menghentikan Lewis mendekati Ludwig. “Berhenti atau kami akan menembak—!” Lewis dengan cepat menjatuhkan senjata pengawal terdekat dan mengalahkan mereka dengan keterampilan bertarungnya. Anak buah Lewis juga membantunya mengalahkan pengawal Ludwig. Senjata mereka dilempar jauh dan mereka terlibat pertarungan fisik. Terjadi kekacauanya di bandara akibat pertarungan mereka. “Gawat, keadaan darurat. Cepat kirim petugas keamanan. Terjadi perkelahian di tempat ini.” “Tuan-tuan mohon berhenti. Kalian tidak bisa berkelahi di tempa ini.” Para stas bandara panik dan memanggil keamanan untuk menghentikan mereka. Ludwig menatap dingin Lewis yang bertarung dengan pe
“Ibu, aku harap kamu akan bahagia.” Yuriel memeluk Ginny erat, sangat enggan melepaskannya.“Jangan khawatir,” ucap Ginny balas memeluknya dengan erat sebelum melepaskannya.“Apa yang kamu rencanakan setelah aku pergi? Apa kamu akan tinggal bersama ayahmu?” tanya Ginny khawatir sambil mengelus rambut Yuriel.“Jangan khawatir Bu, aku akan membawa Yuriel dan anak-anak kembali ke Capital. Kami tidak akan tinggal bersama Lewis. Aku berjanji akan mencintai dan menjaganya.” Aleandro yang menjawab sambil memeluk pinggang Yuriel dan menatap Ginny dengan tatapan tegas.Ginny menoleh menatap Aleandro dan tersenyum.“Syukurlah. Aku tidak akan mencemaskannya lagi. Aku harap kamu akan menepati janjimu.” Ginny menghela napas memandang Yuriel dan Aleandro.“Aku harap kalian selalu bahagia. Terutama kamu Yuriel, jangan bersikap keras kepala dan perlakukan Aleandro dengan lebih baik. Kamu tida
“Apa yang kamu lakukan?!” Dia meringis merasakan hidungnya sakit usai menabrak dada keras Aleandro.Aleandro menarik pinggangnya untuk semakin menempel di tubuhnya.“Apa Freyan sudah tidur?” tanya menunduk menatap Yuriel dengan tatapan panas.“Ya, kenapa?” Yuriel tersipu dan menghindari tatapan panasnya.Aleandro menyeringai dan menunduk untuk berbisik di samping telinganya.“Kalau begitu waktunya kamu menjadi milikku. Sayang mari kita mandi bersama,” bisiknya dengan suara rendah mulai menurunkan jubah mandi Yuriel.Wajah Yuriel memanas. Dia menahan tangan Aleandro dan mendorong dadanya dengan malu-malu.“He-hentikan, aku sudah mandi. Mandilah sendiri. Aku tidak bisa meninggalkan Freyan lama. Bagaimana kalau dia terbangun dengan suara berisik kita,” ujarnya tersipu malu.“Jadilah baik sayang. Bocah itu sudah tidur, dia tidak bangun. Aku akan melakukannya dengan c
Freyan melepaskan dada ibunya dan menangis keras. Tangisannya mengagetkan Yuriel. Dia dengan cepat membujuknya.“Sayang, sayang, kenapa kamu nangis?” ujarnya cemas mencoba membujuk Freyan dan menyusuinya lagi.Namun Freyan tidak berhenti menangis dan tangisannya semakin keras. Yuriel cemas dan memeriksa apa putranya buang besar.Dia berbalik untuk meletakkan Freyan di atas tempat tidur. Dia menoleh melihat Aleandro. Tatapan tajam pria itu tertuju pada putranya.Yuriel menunduk menatap putranya yang menangis dan Aleandro yang memelototi Freyan. Dia seketika marah.“Aleandro Gilren, apa kamu menakuti putraku!” seru Yuriel memarahinya.Freyan terisak kecil di pelukan ibunya, tampak seolah merasakan ibunya membelanya dan memarahi ayahnya.“Bagaimana aku bisa menakutinya? Bocah itu terlalu manja.” Aleandro berkata dengan enggan dan memelototi Freyan.Tangisan bayi kecil itu mengeras.Yuriel
Wajah Yuriel memanas. Dia mencoba mendorong Aleandro.“A-alenadro Gilren … kamu sebaiknya lepaskan aku—Angh!” Yuriel tidak bisa menahan suara erangannya kala lidah panas Aleandro menjilati bibirnya.“Sayang, akui saja kamu menyukainya. Kamu merindukan aku juga, kan?” bisik Aleandro menggoda di samping telinganya. Sementara tangannya menjelajah di tubuh Yuriel dengan nakal.Wajah Yuriel memerah menangkap tangan nakal Aleandro di bawah perutnya.“Aleandro Gilren, hentikan—” desisnya memukul tangan nakal Aleandro yang menyusup di bawah jubahnya.Aleandro mengangkat kepalanya dan tersenyum miring menatap wajah merah Yuriel.Wajahnya berkeringat bergelut dengannya. Keringat mengalir di wajahnya turun ke leher jenjang nan putihnya. Dia terengah-engah memelototi Aleandro. Wajahnya yang memerah membuatnya tampak menggairahkan.Aleandro menelan ludah kering.“Sayang, akui saja
Aleandro berdiri tenang di bawah guyuran hujan deras. Pakaiannya basah kuyup dan wajahnya memucat.“Hei, apa yang kamu lakukan di situ! Kenapa kamu tidak pergi!” seru Yuriel dari atas.Aleandro mendongak dan tersenyum tipis memandang Yuriel dari bawah. Wajahnya pucat, bibirnya membiru bergetar saat dia tersenyum.“Riel, akhirnya aku bisa melihatmu.”Yuriel berdecak.“Apa yang kamu lakukan di sana? Apa kamu tidak lihat hujan semakin deras!”Aleandro seolah tidak mendengarnya.“ Aku minta maaf sudah menipumu dan berpura-pura bertunangan. Aku tidak bermaksud begitu. Aku melakukan itu agar aku bisa bertemu denganmu dan anak-anak kita. Kamu tahu tidak mudah bagiku untuk ke Kingtown,” ujar Aleandro dengan suara rendah, tampak lemah.Yuriel merasa cemas dalam hati melihat hujan semakin deras.“Apa-apaan, apa kamu pikir dengan melakukan ini aku akan memaafkan kamu. Pergilah,
“Mengapa aku harus bekerja sama denganmu? Apa kamu meremehkan kemampuanku?” kata Lewis tidak senang.“Kamu bahkan tidak bisa mengusirnya dari Kingstown-mu dan membuatnya berkeliaran di sekitar Ibu,” balas Aleandro meremehkan.“Lalu bagaimana denganmu? Kamu bahkan tidak bisa menghentikannya membawa Yuriel,” balas Lewis dingin.Aleandro terdiam dengan ekspresi kesal.“Daripada kita di sini bertengkar tidak jelas, mengapa tidak bekerja sama saja mengusir Ludwig Arghio kembali ke tempat asalnya.”Lewis meliriknya dari ujung matanya acuh tak acuh.“Aku tidak butuh bantuanmu untuk mengusirnya. Lagi pula tidak akan lama dia meninggalkan Kingstown.”Ludwig tidak bisa tinggal lebih lama di sini. Lewis hanya perlu bersabar lagi menunggunya pergi dari sini dan membalas dendam kecil pada Presiden yang membuatnya terlihat remeh di depan Ludwig.“Benarkah?” kata Aleandro