Beberapa hari setelah kejadian berdarah itu Liora alami, tak pernah sekalipun Liora melihat sosok Kevin, Liora juga semakin canggung saat dengan Karin. Bagaimanapun juga Karin adalah adik dari lelaki yang sudah menyentuhnya.
Hari ini adalah hari minggu, semua karyawan di butik akan di liburkan, hanya ada Liora saja yang menjaga butik karena ia tinggal di sana. Liora membersihkan butik dari debu yang menempel, tak lama Karin datang.
“Liora.”
“Iya mbak.”
“Kamu lihat kain yang aku simpan di sini gak, seingatku kemarin aku taruh di sini.” Karin celingukan, Liora ikut celingukan mencari apa yang Karin cari.
“Kain yang mana mbak, soalnya saya tadi belum bersihkan ruangan mbak Karin atau mungkin mbak Karin lupa taruh di mana.” jawab Liora.
Karin berdiri mencoba mengingat di mana kain yang ingin ia gunakan di letakkan sedangkan Liora ikut membantu, Karin lantas membuka lemari dan menemukan lipatan kain persegi di dalam lemari tersebut.
“Ah ternyata di sini.” ucap Karin.
Liora menoleh, “Kalau gitu saya lanjut kerja lagi di luar mbak kalau kain nya sudah ketemu.” kata Liora, Karin mengangguk.
Liora keluar dari ruangan Karin untuk melanjutkan pekerjaannya, di saat butik libur kerja seperti ini tentu saja Liora tidak bisa libur juga karena ia tinggal di sana, jadi dari pada tidak ada hal yang ia kerjakan lebih baik membersihkan butik agar jika ada pelaanggan datang mereka akan merasa nyaman ketika berbelanja.
Sebuah mobil hitam berhenti di depan, Liora menoleh berniat untuk menyapa karena mengira itu adalah pelaanggan yang sudah ada janji dengan Karin tapi melihat siapa yang masuk ke dalam butik, tiba-tiba tubuh Liora mematung.
Sesaat Liora dan Kevin saling tatap, Kevin mengernyitkan kening lalu melewati Liora.
“Karin ada di dalam ‘kan?” tanya Kevin.
“I.iya pak.” jawab Liora.
Liora menyentuh dadanya yang sesaat seperti mati rasa, ini pertama kalinya ia melihat Kevin sejak kejadian hari itu terjadi dan sepertinya Kevin benar-benar tidak ingat, sesaat Liora merasa kecewa tapi ia juga bersyukur saat Kevin tidak ingat.
Kevin tidak terlihat saat masuk ke rungan Karin. Liora menghela nafas panjang terkesan lega karena Kevin terlihat sangat santai seperti tidak pernah terjadi apapun saat berhadapan dengan Liora.
Segera Liora menuju pantry untuk menyiapkan minuman, karena yang datang adalah Kevin jadi Liora tidak tau apa yang lelaki itu sukai. Setelah menyiapkan minuman, Liora mengetuk pintu beberapa kali sebelum pintu ruangan Karin terbuka, Liora datang dengan membawakan teh dan juga kopi hangat beserta cemilan juga.
“Saya gak tau pak Kevin suka teh atau kopi jadi saya bikin dua-duanya.” ucap Liora meletakkan apa yang ia bawa di meja, Kevin menatap Liora sampai Liora pamit keluar dari rungan Karin.
Karin menyadari tatapan Kevin terus melihat kearah Liora, bahkan sampai Liora keluar pun Kevin masih menatap pintu terakhir di mana Liora baru lewat dari sana.
“Kalau kak Kevin mikirnya dia anak sd atau smp kak Kevin salah besar.” ucap Karin dan Kevin menoleh ke arah Karin dengan mengernyitkan kening.
“Kamu udah ngecek ktp nya kalau dia bukan anak sd atau smp?”
Karin mengangguk, “Bulan depan usianya memasuki angka dua puluh dua tahun tapi mukanya awet muda ya.” kata Karin, “oh ya kak, aku kira kak Kevin udah pernah ketemu deh sama Liora soalnya kan dia yang waktu itu mengantar baju kakak ke hotel.” lanjut Karin yang tentunya membuat Kevin syok.
“Dia?”
“Kenapa, kok kak Kevin kayak kaget gitu?” tanya Karin, Kevin langsung menggeleng dan menyeruput teh buatan Liora melihat itu Karin mengernyitkan kening, “sejak kapan kak Kevin suka minum teh panas?” katanya yang membuat Kevin sadar ia salah mengambil gelas.
Karin terkekeh geli, “Ternyata kakak udah banyak berubah ya.” ucap Karin, Kevin berdiri membuat karin menoleh ke arah kakak nya itu, “mau kemana kak?” tanya Karin.
“Sebentar, kayaknya tadi aku lihat ada baju bagus di sini jadi aku ambil gak papa ‘kan.” jawab Kevin seenaknya padahal ia keluar mencari Liora untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.
Perasaan Kevin sejak hari itu terasa tidak tenang, apakah ia telah melakukan hal ilegal pada seseorang di bawah kendali pengaruh alkohol yang ia teguk terlalu banyak.
Butik Karin cukup luas untuk menemukan satu orang berbadan mungil di dalam sana, tapi Kevin tidak menemukan Liora hingga ia memutuskan naik ke lantai dua dan Kevin melihat perempuan yang ia cari sedang membelakanginya merapikan kain-kain yang berserakan di lantai.
“Bisa bicara sebentar?”
Liora menegang mendengar suara Kevin ada di belakangnya, perlahan Liora menoleh tapi Kevin sudah menarik lengannya lebih dulu.
“Pak, ada apa?”
Kevin menatap Liora, “Itu kamu kan?” tanya Kevin. Liora melepaskan tangan Kevin yang memegang lengan nya sambil mendongak melihat pria tinggi di depannya ini bahkan tinggi Liora hanya sebatas daada Kevin.
“Maaf pak, saya gak tau apa yang pak Kevin bicarakan. Lebih baik pak Kevin turun aja, di sini berantakan jadi biar saya selesaikan tempat ini dulu.”
“Kamu yang datang ke hotel buat mengantarkan baju-bajuku ‘kan? Bilang sama aku apa yang aku lakukan sama kamu.” kata kevin mengabaikan ucapan Liora.
Liora mengukir senyum tipis terlihat seperti tidak terjadi apa-apa, “Saya memang mengantarkan baju pak Kevin di alamat yang mbak Karin kirim tapi saat itu gak terjadi apa-apa kok pak, emang pak Kevin gak ingat?” kini Liora merutuki dirinya sendiri karena tidak bisa berkata jujur, tapi Liora rasa akan lebih baik tidak mengatakan apa yang terjadi.
Kevin mundur selangkah, ia yakin benar darah yang ada di atas tempat tidur bukan darah miliknya karena ia sedang tidak terluka dan bagaimana orang mabuk saat bangun tidur sudah tidak memakai sehelai benangpun? Kevin yakin saat itu terjadi sesuatu, tapi siapa yang menemaninya malam itu ia sama sekali tidak ingat.
Kevin berbalik tanpa mengatakan kalimat apapun lagi, saat itulah Liora dapat menghela nafas lega setelah sesaat ia hampir lupa bagaimana caranya untuk bernafas dengan normal.
Liora kembali membersihkan apa yang harus ia kerjakan, pikirannya masih terbayang jika Kevin pasti tidak akan pernah tau apa yang terjadi. Lelaki itu berada dalam pengaruh alkohol, orang yang tidak sadar pasti akan menganggap apa yang terjadi adalah mimpi.
Tapi kenapa dadanya sakit. Liora menyentuh bajunya, mencengkeram di bagian dadanya yang terasa nyeri akibat kepergian Kevin begitu saja. Ingatan akan rasa sakit yang pernah Liora alami kembali muncul, tanpa sadar bulir air mata itu kembali menetes.
___
Bersambung...
Beberapa minggu kemudian.Butik di liburkan selama tiga hari saat Karin dan suaminya melakukan acara pernikahan. Liora malam itu datang ke acara besar yang di gelar oleh Karin, sangat mewah. Terlihat Karin dan suaminya bernama Altar berdiri bagaikan raja dan ratu di panggung acara.Mereka adalah pasangan yang sangat serasi. Liora datang lebih dulu untuk memberikan ucapan selamat untuk Karin, karena Liora tidak punya apapun untuk di berikan pada Karin, Liora hanya bisa membuatkan baju yang ia rancang sendiri. Entah Karin akan menyukainya atau tidak itu urusan belakang.Terdapat banyak makanan di acara tersebut, Liora tak segan mencoba aneka makanan tanpa malu. Sesekali Liora di tatap oleh para tamu undangan, karena wajah Liora yang menggemaskan dan terlihat seperti anak kecil, para tamu undangan mengira jika Liora adalah anak dari salah satu tamu undangan yang datang.“Makanan di sini semua enak banget, jadi pengen gak mau berhenti makan.&rdquo
Liora masih belum sadarkan diri selama kurang lebih satu jam sejak Kevin membawanya ke rumah sakit. Wajah imut Liora terlihat pucat. Kevin duduk dengan tangan mengusap wajahnya berkali-kali.Ia telah membuat gadis seperti Liora mengandung bayinya, hal yang tidak Kevin sengaja telah menciptakan nyawa yang belum lahir.Kevin keluar, ia pulang kerumahnya selagi Liora masih berada di rumah sakit dalam keadaan tidak sadar. Kebetulan kedua orang tua Kevin ada di rumah, walaupun sosok ayah Kevin kini terlihat akan kembali ke rumah istri barunya.“Kamu dari mana Vin, pulang-pulang kok wajahnya pucat begitu.” Tanya Sandra.Hasan juga menatap Kevin. “Kamu ada masalah? Kamu bisa bicarain sama papa sebelum papa balik ke Kalimantan.” Katanya.Kedua pupil mata Kevin menatap ayah dan ibunya bergantian, semalam. Ya semalam, Karin baru saja mengadakan acara resepsi pernikahan. Bukan Kevin ingin mendahului Karin dalam perihal keturunan tapi h
Tak terasa sudah tiga hari Kevin menyembunyikan rahasia kehamilan Liora, tidak ada yang tau selain dirinya dan dokter yang memeriksa keadaan Liora kemarin. Tapi, sejak saat itu Liora setiap pagi akan selalu merasa mual.Hal itu membuat para karyawan lain membiarkan Liora istirahat, gadis semenggemaskan Liora tentu saja tidak ada yang tega melihat gadis itu sakit.Sudah tiga hari dan Kevin sudah mengatur pernikahannya dengan Liora. Waktu tiga hari itu di manfaatkan oleh Kevin dengan sangat baik, ia mengurus segala hal mengenai pernikahan legal yang akan ia lakukan dengan Liora.Karena Karin masih belum datang ke butik setelah acara pernikahannya dengan Altar, kedatangan Kevin di butik itu mengundang tatapan takjub para karyawan lain. Pasalnya Kevin memang sangat jarang datang ke butik, lalu sekarang lelaki itu datang di butik di saat Karin tidak ada di sana, lalu apa yang Kevin cari dengan datang ke butik?Mengabaikan tatapan kekaguman yang di lontarkan ke
Liora duduk di tepi tempat tidur yang pernah ia masuki di rumah besar Kevin tempo hari. Jari-jari tangan saling memilin, perasaan kacau Liora saat ini tak bisa di deskripsikan dengan jelas.Kemarin adalah hari yang sangat mengejutkan bagi Liora, ada bayi di perutnya dari kesalahan satu malam yang tidak di sengaja.Sedih, tapi juga senang. Sedih karena ia hamil sebelum pernikahan, tapi senang karena ia akan menjadi seorang ibu dari bayinya yang belum lahir. Sesekali Liora mengusap perutnya yang masih rata, tiap kali mengusap perutnya sendiri, ada rasa berdebar yang Liora rasakan.Brakk!Liora melonjak kaget, pintu terbuka dan terlihat sosok Karin berdiri di sana. Wajah Karin tidak seramah seperti yang Liora kenal sebelumnya, Liora takut jika apa yang akan Kevin lakukan telah di dengar oleh Karin, lalu boss-nya ini akan memarahi Liora karena menggoda kakaknya.“Mbak Karin.” Desis Liora.Karin berjalan cepat ke arah Liora, sedangkan p
Hari pernikahan pun tiba, Liora di bantu oleh seseorang untuk memakai gaun pernikahan berwarna putih tulang rancangan Karin yang tepat di tubuh Liora. Kini Liora telah tampil cantik, ditambah make up dewasa yang di poleskan di wajahnya menambah kesan kecantikan gadis itu semakin banyak.Pernikahan di gelar tidak begitu mewah, hanya beberapa orang yang di undang, dan acara pun hanya akan berlangsung sampai sore hari. Harusnya saat hari pernikahannya ini, ibunya ada untuk memuji dan ayahnya ada untuk menggandeng tangan Liora.Namun, kenyataan bahwa ia hanya sebatang kara kembali membuat Liora kembali sedih. Tak lama Kevin datang, Liora menoleh ke arah suaminya yang sudah berpenampilan tampan lengkap dengan setelan tuksedo berwarna putih dan dasi kupu-kupu hitam melingkari lehernya.Sangat tampan. Beruntungnya Liora akan menjadi istri dari lelaki seperti Kevin.Di lain itu Kevin hanya berdiri di depan pintu menatap takjub dengan sosok Liora, gadis mung
Seorang Kevino Adrian, seumur hidup gak pernah pegang yang namanya pohon mangga kini harus mencari pohon mangga yang berbuah untuk ia panjat. Kevin sudah membeli buah rambutan yang bisa ia dapatkan dengan mudah di supermarket, lalu kini Kevin tinggal mencari buah mangga yang menggantung di pohonnya.Mengendarai mobil di malam hari saat pukul tujuh malam, sudah hampir dua jam Kevin mencari pohon mangga yang berbuah tapi tidak ia temukan. Hampir menyerah, tapi sekali lagi Kevin ingat jika ia mencari buah mangga muda ini demi calon bayinya.Pencarian Kevin tidak sia-sia, ia menghentikan mobil di tepi jalan lalu berhenti saat melihat pohon mangga yang cukup tinggi itu sedang berbuah, pemilik pohon mangga itu terlihat sedang duduk di teras rumah, dan Kevin tebak jika rumah itu adalah milik seorang perwira tentara, pagarnya saja sudah kentara loreng-loreng.“Permisi, pak.” Sapa Kevin dari luar pagar. Seekor anjiing langsung menggongong
“Makan nasi, ya?” ucap Kevin, Liora menggeleng keras kepala.“Aku udah kenyang pak. Mangga yang pak Kevin tadi lumayan besar loh, aku udah abis tiga, masa iya gak kenyang makan mangga sebanyak itu.”“Tapi dari tadi siang kamu gak makan nasi loh, nanti kalau sakit gimana?” tanya Kevin.Liora menggeleng tetap menolak. Kevin menghela nafas, ia lalu mengambil bekas kulit rambutan sebelum di buang ke tempat sampah. Liora terlihat santai berbaring di tempat tidur begitu buah yang Kevin bawakan ludes tak tersisa sedikitpun.Kevin hari ini merasa cukup lelah, tak pernah Kevin duga kalau manjat pohon mangga ternyata menguras tenaga ekstra. Saat Kevin akan berbaring di samping Liora, Kevin di buat kaget karena Liora langsung turun dari tempat tidur.“Kamu gak mau tidur?” tanya Kevin heran.“Pak Kevin mau tidur satu ranjang sama saya?” Liora balik bertanya.Kevin menggaruk belakang teli
Pagi hari menyapa. Kevin terbangun karena mendengar suara Liora dari arah kamar mandi. Segera Kevin bergegas menghampiri Liora yang sudah lemas duduk di atas closet.Wajah Liora memerah. Kevin terlihat panik, saat Kevin akan menyentuh tangan Liora, perempuan itu kembali mual tidak karuan. Mengeluarkan apapun yang ada di dalam perut, namun yang keluar hanya cairan kental.Kevin berlari keluar kamar, mencari Mbok Inem salah satu asisten rumah tangga.“Mbok! Mbok!” seru Kevin. Orang yang di panggil lari dari arah belakang menghampiri Kevin.“Ada apa, Den?” tanya mbok Inem kaget.“Punya minyak masuk angin gak mbok? Liora butuh itu soalnya.” Ucap kevin.“Bentar, Den. Mbok ambilkan.”Kevin mengangguk dan menunggu. Tak lama terlihat Sandra menghampiri Kevin.“Liora kenapa, Vin?” tanya nya.“Mual-mual mah, wajahnya merah banget. Kevin khawatir.” Jawab Kevin.
Ke esokan harinya, Liora terbangun dengan badan pegal-pegal, kepalanya menoleh melihat sang suami yang masih tidur. Liora sedikit merenggangkan tangannya, sejak permainnya dengan Kevin untuk membuat adik untuk Varka selesai, tubuhnya terasa tidak bersahabat kali ini.Liora turun dari tempat tidur, meraih bajunya yang jatuh di bawah tempat tidur untuk ia pakai sebelum ke kamar mandi, di tatapnya wajah yang sedikit bulat itu di kaca besar.“Aku sudah telat berapa hari ya?” gumamnya. Tanpa sepengetahuan Kevin, Liora mencoba alat tes kehamilan, dalam hitungannya ia sudah tidak mendapatkan bulanan sekitar lima hari, Liora sangat berharap jika sekarang ada yang sudah tumbuh di dalam rahimnya, sudah tujuh belas tahun sejak ia melahirkan Varka, Tuhan masih belum mengijinkannya untuk mengandung lagi.Sembari menunggu hasil tes keluar, Liora kembali menghampiri Kevin yang masih terlelap dalam tidurnya. “Sayang, bagun. Kamu kan harus kerja hari ini.
Seorang remaja memasuki sebuah rumah besar menggunakan kendaraan roda dua, motor hitam dengan sedikit corak berwarna merah tersebut lantas berhenti di depan rumah, helm yang di gunakan remaja tersebut di lepas, lantas ia pun masuk ke dalam rumah yang tak di jaga.“VARKA!” serunya. Namun yang di panggil tak menyahut, remaja itu pun berjalan cepat ke arah kamar Varka namun remaja yang ia cari juga tak ada di kamar, sampai ia kembali turun ke lantai utama, mencari ke belakang rumah di mana ada kolam renang di sana.“Woy! Kamvret lu! Gak ingat ini hari apa!” bentak Saga dengan Varka yang sedang asik bermain air seperti ikan lumba-lumba.Varka berenang menepi, sedikit mendongak melihat ke arah Saga. “Napa sih lo! Pagi-pagi dah ngajak ribut aja!”“Eh sompret! Buruan ganti baju, ini kepala isinya apa sih, dasar tukang lupa padahal masih muda. Tante Liora nyuruh aku buat manggil kamu.”Varka mencebikkan
17 tahun kemudian. “Mami!” seorang remaja berlari setelah memakirkan kendaraannya di depan rumah tanpa peduli jika kendaraan tersebut akan menghalangi kendaraan lain yang akan lewat. “MAMI!” kembali ia meneriaki salah satu penghuni rumah, “Mami kemana sih.” sambil berlarian di rumah yang sangat besar itu sendirian. Sementara itu. Orang yang di cari ada di dalam ruang kerja Kevin, setelah memikirkan cukup panjang akhirnya Kevin dan Liora memutuskan untuk tidak pindah ke jakarta meski hal itu mengharuskan Kevin sering pulang balik jakarta sampai tujuh kali sebulan atau bahkan lebih. “Udah tujuh belas tahun, apa kita akan terus menunda untuk kasih adik buat Varka?” Liora menatap pantulan dirinya di depan cermin yang tergantung di dekat pintu sebelum berbalik mendekati Kevin, suaminya itu akhir-akhir ini sibuk dengan layar laptop, Liora mendengus. Kevin terlihat sangat fokus sampai tidak memperhatikan Liora sedetik pun. Merasa di abaikan, Liora mendekat, menutup layar laptop tanp
“Gimana? Sudah kamu temuin?” Airin duduk di samping Gim yang memangku laptop, keduanya sibuk menjelajah internet bersamaan sampai ada sebuah link web yang mengarahkan Gim mengklik link tersebut sehingga membawanya ke sebuah informasi yang sejak kemarin ia dan Airin cari.Airin menepuk bahu Gim dengan cukup keras. “TUH KAN!” ujarnya, Gim meringis akibat pukulan refleks dari Airin. “Apa aku bilang.” lanjutnya sembari menatap Gim dengan senyum lebar.Saat malam hujan kembali turun, langit gelap dan angin yang ikut serta menggoyangkan dedaunan pohon yang basah. Liora sejak tadi memperhatikan Kevin yang sibuk memeriksa informasi dari orang-orang suruhannya dan juga website yang memposting informasi anak hilang.Sudah semakin larut, ketika Kevin menoleh ia melihat Liora tertidur di sofa dengan posisi meringkuk kedinginan. Matanya sedikit bengkak karena banyak menangis. Kevin berdiri dari duduknya menghampiri Liora, mengangkat istrin
Tiga hari kemudian.Selama itu Kevin jarang pulang untuk mencari keberadaan Varka yang tak kunjung di temukan, padahal sudah cukup banyak informasi yang di sebar, mulai dari internet bahkan koran dengan mencantumkan nominal angka yang cukup banyak bagi siapapun yang berhasil menemukan Varka.Namun Varka masih belum bisa di temukan sampai sekarang.“Kenapa cairan asi yang kamu sedot makin hari makan banyak?” tanya Karin, hari pertama satu botol, dan sekarang hari ke tiga Liora bisa menghasilkan asi tiga botol, Karin bahkan tidak bisa mengeluarkan asi nya sebanyak itu untuk Saga.“Kamu gak lagi maksain diri, kan?” Karin menyentuh tangan Liora. “percaya sama kak Kevin, dia pasti bisa bawa Varka pulang dengan selamat.”“Karin, aku kangen sama Varka. Siapa yang penuhi kebutuhan Varka di luar sana? Ini sudah tiga hari Varka di luar jangkauan aku.”“Percaya deh, Varka pasti kembali.” u
Liora merasakan dadanya nyeri, cairan yang harusnya di habiskan oleh Varka kini menetes sia-sia. Dan dari pada harus membiarkan cairan itu terbuang semakin banyak, Liora mengambilnya menggunakan alat agar bisa di berikan untuk Saga.Sudah pukul sepuluh malam dan Kevin masih belum kembali, di luar juga hujan, Liora cemas jika Varka tidak di temukan. Setelah selesai mengambil asupan gizi bayi, Liora menyimpan cairan putih itu ke tempat khusus agar tetap bisa di pakai sampai besok.Sejam kemudian, suara mobil terdengar, Liora sudah siap berdiri menyambut kedatangan Kevin dan Varka, sejak tadi Liora sangat cemas sampai terus berdebar-debar.“Kamu berhasil membawa Varka?!” seru Liora tepat saat Kevin baru saja membuka pintu, harapan yang terpancar di wajah Liora menghilang begitu melihat Kevin datang seorang diri.“Varka mana, Vin?” Liora berlari keluar, mungkin seseorang yang membawa Varka, tapi sebelum Liora keluar, tangan Kevin
Hari sudah malam, di hari yang sama saat kehilangan sang ibu, Kevin juga harus kehilangan putranya yang di culik oleh Almira. Pihak IT yang Kevin miliki telah melacak posisi terakhir nomor Almira yang menghubunginya berada.Kevin juga tidak jadi menghubungi Polisi, jangan sampai Almira mencelakai Varka saat kondisinya terpojok.“Bawa Varka kembali dengan selamat.” pesan Liora, ia tidak ikut saat Kevin akan pergi, Liora takut jika ia ikut nantinya malah menjadi beban untuk Kevin. Tapi tetap saja Liora cemas, ia tak berhenti berdoa agar nanti Kevin kembali membawa Varka.“Aku akan berusaha bawa Varka pulang.”Kevin mengecup singkat kening Liora sebelum pergi ke lokasi Almira berada setelah tim IT berhasil mendapatkan lokasi perempuan itu.Sementara itu, Almira menatap bayi yang amat mirip dengan Kevin masih menangis di atas tempat tidur, Almira tidak diam saja, ia sudah memberikan su-su untuk Varka dan untuk beberapa saat bayi itu sem
Masalah yang di terima oleh keluarga Kevin tak berhenti begitu saja, sepulangnya mereka dari pemakaman. Seluruh penghuni rumah terlihat panik, termasuk para pembantu di rumah besar tersebut, bahkan pak security yang berjaga di luar pun ikut panik di dalam rumah.Kevin mendekati salah satu pembantu di rumahnya. “Bik, ada apa?” tanya Kevin. Tak lama mbak Nunik lari menuruni tangga dan mbak Husni lari dari arah belakang rumah.“ADEN VARKA HILANG, DEN.” seru mbak Nunik panik, kepanikan itu spontan mempengaruhi keterkejutan Kevin dan Liora.“Kok bisa?! Varka masih dua bulan, gimana caranya bayi dua bulan hilang?” Liora kini ikut mencari, si mbok terlihat mencari di kamar Liora sampai bawah kolong tempat tidur. Meskipun mustahil bayi dua bulan merangkak ke bawah tempat tidur.“Periksa keamanan CCTV!” teriak Kevin memerintah. Dan keamanan pun mulai siaga, mereka sigap mematuhi perintah yang Kevin berikan.
Varka di titpkan ke mbok di saat Kevin dan Liora bergegas ke rumah sakit yang menampung para korban kecelakaan pesawat. Kevin bahkan tidak menoleh ke arah Liora karena fokusnya hanya ke depan untuk segera melihat kondisi ibunya, memastikan Sandra baik-baik saja. Meski kemungkinan itu tipis, Kevin tau ibunya tidak bisa berenang.“Kak Kevin juga di sini?” Kevin menoleh sekilas melihat Karin juga datang bersama Altar. “Keadaan mama bagaimana kak?”Kevin juga tidak tau, ia tidak menjawab pertanyaan Karin dan langkahnya terus mencari ruangan para korban. Karin mengikuti di belakang, Liora juga mengikuti sambil berlari.Mereka tiba di ruangan di mana ada tiga mayat di ruangan tersebut yang tertutup oleh kain berwarna putih. Ada seorang penjaga di luar ruangan, satu dokter yang baru saja keluar setelah memastikan para korban tidak bisa di selamatkan.Karin tanpa takut ataupun ragu membuka satu persatu kain putih itu untuk memastikan Sandr