Share

istri idaman 20

Author: Irma W
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Apa sudah selesai?” tanya Rangga saat bertemu di pintu masuk.

“Sudah,” jawab Mareta.

Rangga memandangi Mareta yang termenung sambil melihat ke belakang.

“Ada apa?” tanya Rangga.

“Tidak.” Mareta bergidik. “Aku tadi bertemu Ares di toko baju.”

“Lalu kenapa wajahmu murung begitu?” tanya Rangga. “Jangan bilang kau masih menyimpan rasa.”

“Sembarangan!” sembur Mareta.

Mareta menyingkirkan Rangga yang sudah berdiri di samping badan pintu. Membuka pintu mobil belakang kemudian memasukkan barang belanjaannya.

“Kalau bukan begitu, terus kenapa?” Rangga masih bertanya.

Mareta sudah menutup pintu mobil dan kini berkacak pinggang menghadap ke arah Rangga.

“Aku cuma kasihan,” ujar Mareta. “Mungkin dia terbebani karena harus menikah dengan wanita yang tidak dicintai.”

Rangga tertawa lalu membukakan pintu untuk Mareta. “Kau benar. Dia mungkin sedang stres.”

Setelah itu, Rangga berjalan memutar dan masuk ke dalam mobil lewat pintu sebelah kanan.

Sementara Ares sendiri, ternyata sudah lebih dulu pergi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Idaman Tuan Ares   Istri Idaman 21

    Hari di mana yang sudah ditentukan pun datang. Pesta pernikahan pun di selenggarakan dengan mewah di sebuah Vila milik keluarga Abas Wicaksono.Semua dekorasi sudah siap dengan hidangan komplit yang serba mewah juga. Kursi-kursi dengan meja bundar di bagian tengah juga susah tersusun rapi memenuhi sebagian ruangan. Rencana Ares untuk melaksanakan pesta secara besar-besaran terpaksa urung dan pada akhirnya dilangsungkan bersamaan dengan pernikahan Rangga dan Mareta.“Apa kau gugup?” tanya Rena saat Anggun sedang dirias di salah satu kamar di lantai dua.Anggun mengangguk. “Aku sangat gugup. Aku takut jelek.”Rena menepuk pundak Anggun sambil tertawa. “Mana mungkin jelek? Penata riasnya sudah ahli. Kau tenang saja.”Tetap saja Anggun merasa gugup yang sangat luar biasa. Ini momen di mana Anggun tidak pernah membayangkan sebelumnya. Harusnya nanti tersenyum terus sepanjang acara?Huh! Anggun ingin sekali berteriak sekencang mungkin.BRAK! Seseorang membuka pintu dengan keras. Ketiga or

    Last Updated : 2024-10-29
  • Istri Idaman Tuan Ares   Istri idaman 22

    Selesai dari acara, Tuan rumah beserta para anak-anaknya tentunya tidak pulang. Mereka terap bereda di vila dan bermalam di sini. Pun dengan keluarga Abas.Ares dan Anggun sendiri saat ini sudah berada di dalam satu kamar yang sama.Bersama dalam satu kamar, dan sudah berganti status. Kenapa terdengar mengerikan. Anggun sudah merasa gemetaran sedari tadi—sejak pintu kamar terbuka dan tertutup kembali.“Tuan,” panggil Anggun lirih.“Apa?” sahut Ares setengah menyalak.Anggun mengatupkan bibir rapat-rapat. Terdiam sejenak, lalu anggun terlihat menggigit bibirnya. “Bisa tolong bantu aku.”Ares menoleh dan Anggun langsung menunduk. Anggun tak berani menatap mata Ares yang terlihat menyala jauh dari saat acara masih berlangsung.“Tolong apa?!” sambil membuka kancing kemeja putihnya, Ares mendekat.Anggun menunduk lagi, tapi jari telunjuknya terangkat sambil menunjuk ke arah punggung. “Aku tidak bisa membuka kancing gaunku.”Ares berdecak sebal. Sambil mencibir, dua tangan Ares mulai menyen

    Last Updated : 2024-10-29
  • Istri Idaman Tuan Ares   Istri idaman 23

    Satu hari hidup bersama suami beserta keluarganya, Anggun belum bisa menjelaskan bagaimana rasanya. Yang jelas lebih banyak kebingungan dari pada kepastian.Sifat Ares dari sejak pulang dari Vila, masih sama. Terkadang dingin, padas, kemudian menyala lagi seperti hendak membakar. Bahkan, sampai menjelang petang, Ares tak kunjung terlihat batang hidungnya setelah pagi tadi keluar rumah tanpa berpamitan pada Anggun.“Bagaimana pernikahanmu dengan Ares?” tanya Mareta saat Anggun sedang duduk termenung di pembaringan pinggir kolam.Sebenarnya Anggun enggan untuk menjawab. Pertanyaan itu terdengar seperti sebuah hinaan untuk Anggun.“Biasa saja. Kenapa?” saur Anggun.“Tidak ....” Mareta ikut duduk sambil menyilang kedua kakinya. “Aku hanya tak yakin.”“Tak yakin kenapa?” Anggun bertanya malas.“Aku yakin Ares tidak mungkin mencintaimu,” ucap Mareta bernada hinaan.“Dari mana kau tahu?” Anggun masih bisa menyahuti.“Tentu saja. Aku yakin Ares masih mencintaiku.” Mareta berkata penuh percaya

    Last Updated : 2024-10-29
  • Istri Idaman Tuan Ares   Istri Idaman 24

    Suasana di ruang makan hanya ada Ares, Anggun, Rangga dan Mareta. Bian dan Ana sedang pergi ke Bali untuk mengurus sebuah bisnis. Tidak pokok karena bisnis, melainkan liburan sekalian menjemput adik Rangga.Ya, Rangga memiliki adik perempuan yang seumuran dengan Ares. Jika bukan karena saat itu ibu Ares meninggal, mungkin Ares tak akan mengenal keluarga ini.“Pagi Anggun,” sapa Mareta dengan raut wajah dibuat seramah mungkin.Anggun hanya membalasnya dengan senyuman.“Buatkan aku bekal. Aku makan di dalam mobil saja,” pinta Ares sambil berlalu.Anggun tentunya langsung mengangguk dan meminta bantuan pelayan untuk mengambilkan wadah.“Kau itu sudah menikah, masih saja mengepang dua rambutmu!” cibir Mareta. “Apa kau tidak malu?”Di samping Mareta, Rangga terlihat mengulum senyum sambil mengunyah roti.Kali ini Mareta berpindah mengamati pakaian Anggun yang harganya murahan. Sebuah baju terusan dengan panjang selutut. Sementara dua kaki Anggun tertutup sepatu kets.“Kampungan sekali!” c

    Last Updated : 2024-10-29
  • Istri Idaman Tuan Ares   Istri Idaman 25

    “Ini seragam Nona.” Nando menjulurkan lembaran seragam dengan model rok wiru berwarna hitam.Pakaian yang saat ini Anggun jembreng sama persis dengan yang dipakai pelayan lain di luar sana. Dan satu lagi, ada satu kain berbentuk celemek untuk diikatkan di pinggang.“Apa ini tidak terlalu mini untukku?” tanya Anggun saat mencoba menempelkan seragam tersebut di badan.“Sepertinya tidak, Nona. Yang lain juga memakai seragam itu,” jawab Nando.“Baiklah ....” Anggun mendesah sambil memeluk seragam itu. “Oh iya, kau jangan panggil aku Nona. Bisa kena amuk Tuan Ares nanti.”Nando tertawa. “Iya Nona. Tuan Ares sudah menelponku tadi.”“Apa aku mulai sekarang?” tanya Anggun, menunjuk ke arah pintu.“Iya, Nona. Apa mau saya tunjukkan ruang para pelayan?” tawar Nando.“Tidak. Tidak usah. Jangan sampai mereka curiga.” Anggun tersenyum sebelum akhirnya meninggalkan Nando di ruangannya.“Kenapa Nona Anggun harus bekerja di restoran ini?” gumam Nando saat sudah sendirian. “Apa Tuan Ares yang menyuruh

    Last Updated : 2024-10-29
  • Istri Idaman Tuan Ares   Istri Idaman 26

    Anggun sempat ditawari Darius untuk pulang bersama, tapi Anggun memilih menolaknya. Bukan berniat begitu, hanya saja Anggun tak mau disangka macam-macam. Apalagi sekarang Anggun sudah bersuami, apa jadinya kalau diantar pulang oleh pria lain?“Dari mana kau?” tanya Mareta sinis.Wanita judes ini nampaknya hanya seorang pengangguran saja saat ini. Karena memang Anggun selalu saja menjumpai wajah menyebalkan itu di setiap sudut.“Apa urusannya denganmu?” Anggun balik bertanya.Mareta mendecih lalu menarik tas selempang Anggun hingga jatuh dari pundak. “Berani sekali kau padaku? Kau pikir, kau sudah punya tempat dirumah ini?”“Punya tempat atau tidak, aku sama sekali tidak peduli,” jawab Anggun.Mareta bergumam sambil memutari tubuh Anggun. “Sepertinya aku kenal dengan pakaianmu,” kata Mareta dengan jemari mengusap dagu.Anggun tetap acuh dan berniat tidak peduli.“Bukankah ini seragam pelayan restoran milik Ares?” tebak Mareta diikuti seringaian.Anggun masih acuh dan justru memilih ing

    Last Updated : 2024-10-29
  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 27

    Biarpun sifat suami masih galak, tetap saja Anggun tak mungkin menolak perintahnya. Seperti apa sifat sang suami, Anggun tetap wajib mematuhi dan menghormatinya.“Kenapa Nona ada di sini?” tanya Bibi Rani terkejut. “Inikan masih pagi.”Anggun tersenyum. “Aku mau bantu bibi memasak.”“Apa?” pekik Bibi Rani. “Tidak usah, Nona. Ini sudah menjadi tugas bibi dan pelayan lain.”Anggun menoleh mencari dua pelayan lain yang sedang memegang tugas masing-masing. Ada satu yang sedang mengepel di ruang tengah, satu lagi mungkin sedang mencuci.Dan sepertinya ada satu pelayan pria. Sepertinya dia penjaga rumah sekaligus supir kalau sedang dibutuhkan.“Ini perintah dari Tuan Ares, Bibi,” ucap Anggun.Kalau sudah dikatakan karena di Tuan muda, Bibi Rani tak mungkin membantah.“Apa benar begitu?” tanya Bibi Rani.“Iya, Bibi.”Anggun mendekat dan membuka pintu kulkas. “Biasanya makanan seperti apa yang disukai tuan Ares?” tanya Anggun. “Hampir semua makanan, pasti Tuan Ares suka,” jawab Bibi Rani.“M

    Last Updated : 2024-10-29
  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 28

    Sampai di parkiran mobil, Ares tak langsung mengijinkan Anggun untuk turun.“Kenapa?” tanya Anggun saat Ares menarik lengannya.“Jangan keluar sebelum kau kepang rambutmu!” pinta Ares.Anggun diam dan tak mengerti. Sikap Ares pagi ini sungguh membuat Anggun bingung.“Kepang rambutmu, cepat!”Anggun gelagapan dan segera melepas kuncir rambutnya. Kedua tangannya gemetaran saat membagi rambut menjadi dua bagian karena Ares terus menatapnya.“Ambilan karet di dalam tas,” pinta Anggun pelan.Berdecak, Ares menjambret tas di atas pangkuan Anggun. “Di mana?” tanya Ares saat resleting tas terbuka.“Ada di dalam.” Anggun hanya menunjuk dengan tatapan mata karena dua tangannya sedang memegang ujung rambutnya yang sudah ia kepang.“Ini!” kata Ares ketika karet kecil berwarna pink sudah dalam genggaman dua jarinya.“Terimakasih,” ucap Anggun.Saat Anggun masih sibuk dengan rambutnya, Ares meraih ponsel di dalam dasbor.“Keluar sekarang!” perintah Ares saat ponsel sudah terhubung. “Bawakan seragam

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 57 (Tamat)

    Sesuai saran Rena, pelan-pelan Ares mendekati Anggun yang saat ini sedang menangis di sudut ranjang. Anggun menyembunyikan wajahnya di balik lutut dan kedua tangannya yang terlipat.Dari jarak beberapa meter saja, Ares bisa mendengar dengan jelas kalau Anggun masih terus menangis hingga tubuhnya bergetar.“Anggun,” panggil Ares dengan sangat pelan.Anggun mendongak sekilas sebelum akhirnya menelungkup lagi. Ares hampir saja menjerit saat melihat wajah Anggun yang sembab, tapi kemudian memilih membisu dan mendekat.Ares tak peduli jika nanti Anggun marah atau berteriak, tapi Ares tetap maju dan ikut naik ke atas ranjang. Anggun tak bergerak selain tetap menelungkup.“Anggun ... maafkan aku,” kata Ares. Ares hampir meraih siku Anggun, sayangnya lolos karena Anggun menyingkir.“Maafkan aku, Anggun. Aku hanya cemburu.” Ares kian mendekat dan kali ini berhasil merengkuh tubuh Anggun.“Lepaskan aku!” Anggun berontak, tapi Ares tetap mendekapnya.“Tidak sebelum kau memaafkan aku,” Ares kian

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 56

    Hampir setengah jam Ares mondar mandir di ruang tamu. Menunggu Anggun yang tak kunjung pulang, membuat Ares meradang. Ares marah, tapi juga khawatir. Nomor Anggun berulang kali ia hubungi juga tak kunjung tersambung.“Kau di mana?” gumam Ares masih dengan mondar-mandiri.Cekleeek ...Seketika Ares berbalik badan dan mendongak. Pintu terbuka dan seseorang menyembul dari baliknya.Melihat siapa yang datang, Ares seketika menggeram keras sambil mengepalkan kepalan di udara. Rena yang terkejut lantas masuk dengan perasaan bingung.“Kau kenapa?” tanya Rena saat sudah mendekat.Rena meraih pundak Ares dan bertanya lagi. “Heh, kau kenapa?”Ares meraup wajah lalu menghempas duduk di atas sofa. Rena yang masih belum mengerti, angkat bahu kemudian ikut duduk.“Ada apa?” Rena bertanya lagi. “Ada masalah?”“Anggun belum pulang,” jawab Ares.“Ha?” Anggun ternganga. “Belum pulang? Memangnya Anggun kemana?”Ares tidak menjawab dan hanya mendesah.Tak lama kemudian, pintu terbuka lagi. Keduanya mendo

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 55

    Klunting!Satu pesan singkat masuk ke ponsel Anggun yang berada di atas pangkuan. Anggun yang kala itu sedang duduk bersantai sambil menonton televisi, segera meraih ponselnya lalu membuka pesan masuk tersebut.“Nomor siapa ini?” batin Anggun. Karena penasaran, Anggun pun menggeser lagi layar ponselnya. Dan saat itu juga muncullah serentetan pesan bergambar.Anggun menutup mulutnya yang terbuka dengan satu telapak tangan. Matanya berkedut tanpa beralih pandangan pada layar ponselnya yang masih menyala. Anggun mulai bergetar ketika melihat tanggal yang tertera di gambar tersebut. Itu artinya, foto ini di ambil saat Ares meninggalkan Anggun di rumah ayah mertua.“Bukankah ini ... em?” Anggun nampak berpikir. “Ini ... ini wanita yang sempat datang ke apartemen beberapa bulan yang lalu. Aku lupa namanya.”Saat Anggun hendak melempar ponselnya di ruang kosong di samping ia duduk, ponsel tersebut tiba-tiba berdering. Nomor yang baru saja mengirim gambar tersebut menelpon.Anggun menelan lud

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 54

    Pagi hari, Ares menyempatkan diri menengok ayahnya. Beliau sudah mendingan karena hari ini sudah bisa ikut sarapan bersama. Wajahnya pun terlihat sudah tidak terlalu pucat.“Ayah sudah sehat?” tanya Anggun.“Tentu saja sehat. Kau pikir suamiku akan sakit terus?!” Ana menyerobot menjawab. “Atau kau suka kalau mertuamu sakit?”Anggun terdiam sambil mencengkeram tangan Ares di bawah meja.“Istriku. Jangan membuat kegaduhan, Anggun hanya bertanya. Toh selama aku sakit, dia yang sering membantuku,” timpal Bian.“Apa maksudmu? Jadi kamu pikir Mareta juga tidak membantu?” Ana melirik tajam ke arah Anggun.Ares mungkin marah, tapi dia sedang menahannya dan menunggu reaksi apa yang akan terjadi selanjutnya.“Kau coba tanya saja pada Mareta. Aku tidak mau membeda-bedakan menantuku, tapi karena kau selalu memancingku, aku juga bisa marah.”Pagi di ruang makan mulai terlihat kacau. Bian baru saja sembuh dan sang istri justru memanggil kegaduhan.“Jangan memancing amarahku di ruang makan!” gertak

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 53

    Sekitar pukul sepuluh malam Ares sampai di rumah lagi. Suasana rumah sudah sepi, lampu-lampu di lantai bawah pun sudah di matikan. Hanya terlihat satu sinar terang dari arah dapur. Karena haus, Ares pun berbelok ke arah dapur. Ia pikir Anggun ada disana, karena sering kali malam-malam Anggun merasa lapar.“Kau?” pekik Ares saat yang ia jumpai di dapur bukanlah Anggun melainkan Mareta.Mareta menoleh sambil memegang gelas berisi air mineral. “Hai, Ares. Kau baru pulang?”“Hem.” Ares memilih acuh.Meski Mareta berniat menghalangi jalan dengan berdiri di depan meja konter, tapi Ares terap maju untuk meraih sepoci air mineral yang ada di belakang Mareta.“Awas, aku mau ambil minum,” kata Ares.“Oh, maaf.” Mareta menyingkir, tapi mendadak kakinya terkilir.Ares yang belum sempat meraih gelas lebih dulu menangkap tubuh Mareta yang sudah miring dan hampir jatuh. Gelas yang Mareta pegang masih aman, tapi air di dalamnya sudah tumpah membasahi lantai.“Kalian sedang apa?” tanya Anggun yang tib

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 52

    Sore harinya, Anggun dan Ares kembali ke rumah. Bukan untuk bermalam, tapi rencananya hanya untuk memberikan buah yang tadi sempat dibeli di pasar. Namun, karena mendadak Ares mendapat panggilan dari Nando, Ares terpaksa harus meninggalkan Anggun di rumah ini.“Aku tinggalkan kau sebentar tak apa kan?” tanya Ares. “Aku mau mengajakmu, tapi takutnya nanti sampai larut malam.”“Tidak apa-apa. Aku sudah biasa di rumah ini kan?”“Kalau Mareta mengganggumu, kau bisa telpon aku. Oh atau nanti aku akan suruh Mareta datang. Bagaimana?”Melihat ekspresi Ares yang terlihat begitu khawatir, Anggun jadi ingin tertawa. Namun, karena tak mau membuat Ares marah, Anggun mengumpat tawa dengan cara memeluk tubuh Ares.“Tidak usah, aku akan baik-baik saja di sini. Tidak ada yang akan menyakitiku.”Setelah obrolan singkat itu, pada akhirnya Ares benar-benar meninggalkan Anggun. Kalau saja tempat tujuannya searah dengan jalur ke apartemen, mungkin Ares akan mengantar Anggun pulang dulu. Namun, karena jar

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 51

    Sayangnya kepindahan mereka ke luar kota harus tertunda. Ayah mendadak sakit dan tidak mengijinkan Ares untuk pindah lebih dulu. Ares sempat jengkel karena semua rencana membawa Anggun pergi dari kota ini gagal. Namun, sebagai sang istri, Anggun tentunya mencoba membujuk supaya Ares mau bertahan di sini sampai ayah sembuh."Kita tunggu sampai ayah sembuh, Sayang." Kalau sudah dipanggil dengan sebutan sayang, mendadak perasaan Ares menjadi lumer."Tapi aku tak mau tinggal di rumah itu," kata Ares."Iya. Kan kita tinggal di sini." Anggun merangkul lengan, lantas mendaratkan kepala di pundak Ares. "Kita siap-siap."Ares menunduk mencari wajah Anggun. Memberi satu kecupan di bibir sembari mengelus kening Anggun. “Kau tidak boleh dekat-dekat dengan Mareta.”Anggun mengangguk. “Ya sudah aku ganti baju dulu.” Anggun lantas berdiri.Setelah semua sudah beres, Anggun dan Ares kemudian meninggalkan apartemen dan pergi menjenguk ayahnya di rumah.“Suamiku, harusnya kau tidak usah mencegah Ares u

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 50

    “Sampai sini saja. Ini sudah malam juga,” kata Ares saat dua koper besar sudah di depan pintu apartemen. “Kau antar Rena pulang.” Ares berkata pada Nando.“Baik, Tuan.” Nando mengangguk.“Kabari aku kalau kau sudah beneran pindah ke rumah baru,” kata Rena.Ares tersenyum. “Pasti.”Setelah Nando dan Rena pergi, Ares segera masuk ke dalam. Menyeret koper bergantian, kemudian Ares meletakkannya di samping lemari besar di dekat rak TV. Setelah itu, Ares menghela napas sambil menyugar rambutnya ke belakang. “Melelahkan juga ternyata.”“Apa Anggun sudah tidur?” gumam Ares. Didapati jam di pergelangan tangan sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.Perlahan-lahan, Ares membuka pintu kamar. Lampu masih menyala terang. Ares menutup pintu kemudian berbalik dan mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Berhenti di gazebo di dekat jendela, Ares mendapati sosok Anggun tengah meringkuk dengan kedua telapak tangan terhimpit di antara paha.Ares mendekat. Tak mau sampai Anggun terbangun, Ares mulai men

  • Istri Idaman Tuan Ares   istri idaman 49

    Sebelum kembali ke rumah, Ares mampir terlebih dulu ke restoran. Rencananya Ares akan menelpon Nando, tapi berhubung ponselnya tertinggal di apartemen, pada akhirnya Ares terpaksa menemui Nando di restoran.Sampai di sana—di ruang khusus menejer—Ares dikejutkan dengan adanya Rena di dalam sana. Rena tengah duduk tak jauh dari Nando di atas sofa.“Kau di sini?” tanya Ares pada Rena. Rena meringis. “Jangan bilang kalian?”Mereka berdua saling pandang sebelum akhirnya sama-sama meringis menatap Ares.Ares nampak menghela napas, lalu memutar bola malas. “Baguslah. Aku senang ada yang kau sama Rena.”“Apa!”“Pfff!”Jika Rena melotot, Nando justru sedang mengumpat tawa.“Kau menertawakanku, ha?” sembur Rena“Aduh!” jerit Nando saat telapak tangan mendarat di pundaknya. “Sakit tahu!”Saat mereka berdua hendak mulai adu mulut dan saling memukul, Ares sudah lebih dulu menyela. “Diamlah!”Sesaat keduanya langsung diam. Meski sempat saling mencebik dan lirik, tapi kemudian mereka berdua foku

DMCA.com Protection Status